Mohon tunggu...
Anakhadi
Anakhadi Mohon Tunggu... Editor - Ayah dari Sibad dan Suami dari Anayaka

ini tentang celoteh ku, dalam melihat kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Money

Indonesia Riwayatmu Kini, Sedari Dulu Dijajah

10 Februari 2012   07:00 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:50 345
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Indonesia adalah negara dimana imprelisme lama bertemu dengan imprelaisme baru, negara kaya dengan sumber daya alam melimpah seperti kayu, emas, tembaga, perak, batubara, dan masih banyak energi dan sumber daya alam yang belum ditemukan keberadaannya Namun sejak dari abad ke-16 Indonesia dijajah oleh barat, kekayaan Indonesia dikeruk dengan brutal tanpa belas kasihan. Dan tak ayal para penjajah negeri ini-pun hidup mewah bergelimang harta sampai saat ini, serta meninggalkan warisan budaya korupsi dan hutang yang tak kunjung lunas untuk bangsa Indonesia.

Negeri yang begitu kaya ini di ubah menjadi negara pengemis, sehingga pada tahun 1998 kita bisa di dikte oleh IMF sampai saat ini. Kejadian itu tidak semena-mena ada, namun sudah dirancang sedemikian rupa oleh para penjajah sejak zaman dulu. Ketidakadaan karakter bangsa -lah yang menyebabkan bangsa ini makin terpuruk, karena negara Indonesia dididik untuk menjadi negara yang sangat konsumtif.

Imprealisme baru mengatakan perdagangan bebas, dapat mengurangi kemiskinan serta meratakan kekayaan didunia ini karena bisa berdagang secara bebas di negara manapun. Namun pada kenyataannya yang miskin tambah miskin yang kaya makin kaya.

Tak dapat kita elakan, sekitar 70 juta orang hidup dalam kondisi yang teramat miskin, dan sampai saat ini pula negara kita masih dijajah oleh imprealisme baru yang mengatas namakan kemakmuran untuk rakyat Indonesia.

Pabrik-pabrik besar merek terkenal didirikan di bangsa ini, seperti nike, yamaha, honda, Wal-Mart Stores, Exxon Mobil, Royal Dutch Shell, Toyota motor, Chevron, Total, dan yang dari dulu mencuri emas kita 'Free Port' dll, namun rakyat masih saja tetap menderita. Ironis memang, sampai saat ini kita masih dijajah, walaupun katanya kita sudah merdeka.

Penjajahan Dimana-Mana

Buruh pabrik, tani, nelayan, TKI, karyawan merupakan bagian dari perekonomian, namun sampai saat ini mereka tidak merasakan yang namanya kemerdekaan indonesia yang 100%. Hak-hak mereka dirampas oleh para pemilik modal yang hanya segelintir orang dibandingkan dengan jumlah rakyat Indonesia. Upah mereka dibayar murah, padahal semua barang yang terpampang di dalam mall atau supermarket dengan merek-merek terkenal adalah hasil jerih payah mereka, membanting tulang dengan kesejahteraan ala kadarnya.

Didalam negeri sendiri seakan kita tidak bisa hidup dengan layak lagi, karena setiap hari kebutuhan hidup semakin meningkan namun taraf hidup rakyat hanya bisa merangkak. Alkibatnya semakin hari banyak rakyat yang kelaparan dan menderita. jumlah penduduk yang kelaparan di Indonesia hingga saat ini masih terus mengalami lonjakan, paling sedikit 23,63 juta penduduk Indonesia terancam kelaparan saat ini, di antaranya 4,35 juta tinggal di Jawa Barat.

Ancaman kelaparan ini akan semakin berat, dan jumlahnya akan bertambah banyak, seiring dengan Mereka yang terancam kelaparan adalah penduduk yang pengeluaran per kapita sebulannya di bawah Rp 30.000,00. Di antara orang-orang yang terancam kelaparan, sebanyak 272.198 penduduk Indonesia, berada dalam keadaan paling mengkhawatirkan, Artinya banyak penduduk Indonesia tidak bisa merasakan kemerdekaan mendapatkan makanan yang seharusnya tidak perlu terjadi, karena kita hidup di negeri yang bergelimang sumberdaya alam.

Belum lagi penyiksaan TKI yang bekerja diluar negeri, hampir setiap bulan, minggu bahkan hari kita mendapatkan berita tentang penyiksaan para 'pahlawan devisa' kita diperlakukan secara tidak manusiawi oleh para majikan.

Ini adalah data secara general mengenai jumlah kasus baik pemerkosaan, penganiayaan, pembunuhan, pelecehan yang saya ambil dari harian kompas Sabtu, 20 November 2011 beberapa saat yang lalu:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun