Mohon tunggu...
Amazia W Yudha
Amazia W Yudha Mohon Tunggu... Freelancer - 24, Female, Yogyakarta

Junior Writer

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Kemunculan Jurnalisme Multimedia

7 September 2017   05:58 Diperbarui: 7 September 2017   06:04 642
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang terjadi saat ini tentunya memberikan dampak di berbagai aspek kehidupan manusia, salah satunya pada industri media. Adanya perkembangan ini membawa perubahan besar di industri media dalam ranah jurnalisme sehingga munculah istilah jurnalisme multimedia. Munculnya jurnalisme multimedia ini juga tentunya tidak serta merta hanya karena perkembangan teknologi saja, tetapi juga dipengaruhi oleh beberapa faktor.

Sebagai pembuka, sebenarnya apa yang dimaksud dengan jurnalisme multimedia? Lebih rinci lagi, multimedia itu apa? Dari dasar kata 'multi' yang berarti banyak dan media yang merupakan sarana untuk menyebarkan informasi, maka multimedia dapat dipahami sebagai sistem komunikasi berbasis komputer yang memberikan pengalaman interaktif dengan memadukan teks, gambar, grafik, suara, animasi dan video. Lalu, apa yang disebut dengan jurnalisme multimedia? Jurnalisme multimedia adalah praktik jurnalisme kontemporer (baru) yang mendistribusikan konten berita baik menggunakan dua atau lebih format media melalui internet atau menyebarkan laporan berita melalui beberapa platform media (Deuze, 2004).

Istilah jurnalisme multimedia digunakan untuk menggambarkan kemunculan genre baru dalam praktik jurnalistik. Studi jurnalistik kontemporer menekanan dua cara dalam mendefinisikan jurnalisme multimeda. Pertama, World Wide Web (WWW) dianggap sebagai hal yang fundamental (penting dan utama) dalam menyampaikan informasi kepada khalayak. Jurnalisme multimedia mengacu pada konten berita yang disebarkan melalui situs berita yang dilengkapi dengan berbagai elemen media seperti teks, gambar, audio, video, animasi dan sebagainya (Sundar, 2016). Dalam hal ini jurnalisme multimedia seringkali disamakan dengan jurnalisme online yang menghasilkan konten berita berbasis internet, padahal keduanya berbeda. 

Untuk memahami perbedannya kita perlu melihat cara kedua definisi dari jurnalisme multimedia. Perlu dipahami bahwa praktik jurnalisme multimedia tidak terlepas dari konvergensi media (kerjasama antar newsroom media untuk saling melengkapi). Jurnalisme multimedia merupakan produksi dan distribusi liputan berita melalui berbagi platform komunikasi seperti televisi, surat kabar, radio, situs web, media sosial dan sebagainya (mengandung lebih dari dua elemen media), sehingga format konten yang dihasilkan oleh wartawan multimedia berbeda terkait dengan berbagai platform yang digunakan. Sedangkan dalam jurnalisme online tidak 'multi' karena konten media ditampilkan di situs hanya dalam bentuk teks dengan gambar (Steensen, 2009).

Jurnalisme multimedia dianggap sebagai perubahan revolusioner dalam dunia media. Kemunculan jurnalisme multimedia tidak hanya 'menantang' praktik jurnalisme tradisional tetapi juga mengubah model bisnis media yang sudah ada. Kekuatan jurnalisme multimedia ada pada berbagai platform yang digunakan. 

Suatu media untuk mendapatkan keuntungan yang lebih tinggi, memproduksi berbagai konten berita yang dapat diakses oleh khalayak melalui berbagai platfrom media sehingga cakupan khalayaknya luas (cakupan khalayak semakin luas, platform yang digunakan khalayak bermacam-macam, keuntungan yang didapatkan semakin tinggi). Kemunculan jurnalisme multimedia yang pertama disebabkan oleh pesatnya pertumbuhan teknologi dan internet. 

Pekerja media sebagai penyedia berita menyadari bahwa internet memiliki pengaruh besar sehingga memang ingin memigrasikan pembaca dari media cetak fisik ke digital. Melalui hal ini, pekerja media memperluas sasaran khalayak melalui penggunaan berbagai platform, celah periklanan sebagai 'penggerak' utama produksi media juga ikut terbuka lebar. 

Melalui penjualan digital, persentase pendapatan keuntungan yang didapatkan cenderung besar walaupun media cetak fisik tetap mempertahankan dan mengandalkan distribusi sebagai pemasukan. Kedua, munculnya generasi digital yang tumbuh berdampingan dengan perkembangan teknologi membuat penyedia berita harus menyesuaikan format berita agar tidak kehilangan khalayaknya. Generasi digital yang umumnya adalah generasi muda cenderung memiliki minat baca yang rendah. 

Generasi muda lebih banyak menghabiskan waktu untuk menjelajahi dunia maya dengan teknologi baru. Melalui hal ini penyedia berita beradaptasi dengan lingkungan baru, dengan cara menyesuaikan format berita dan memperluas penyebaran konten berita dengan penggunaan berbagai platform untuk memenuhi kebutuhan khalayak yang sangat mengandalkan teknologi baru. Generasi muda yang cenderung sudah meninggalkan media cetak fisik konvensional dapat terpenuhi kebutuhannya namun juga sekaligus menambah pendapatan media melalui penjualan digital.

Tambahan tentang Jurnalisme Multimedia dapat dipelajari lebih lanjut di :

Daftar Pustaka :

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun