Mohon tunggu...
Alif Widiyanto
Alif Widiyanto Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Pilihan

Fuel Cell Terobosan Kendaraan Ramah Lingkungan

26 Mei 2017   15:01 Diperbarui: 11 Juni 2017   23:21 2488
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Otomotif. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Emisi Naik, saatnya alih teknologi

Semakin menipisnya cadangan bahan bakar minyak, akan memberikan dampak nagatif pada sektor transportasi. Menurunnya produksi minyak bumi setiap tahunnya menunjukkan bahwa jumlah cadangan minyak bumi mulai menyusut. Berkurangnya lifting/produksi minyak bumi tidak serta merta menurunkan produksi kendaraan transportasi khususnya kendaraan berbahan bakar energi fosil. Justru setiap tahun produksi dan penjualan kendaraan cenderung semakin meningkat. Berdasarkan data dari Gaikindo, penjualan kendaraan bermesin konvensional di Indonesia terus menunjukkan tren kenaikan. Pada tahun 2006 sampai dengan 2013 kenaikan penjualan kendaraan rata-rata 23,4 persen. Sejalanan dengan kenaikan penjualan kendaraan bermesin konvensional, maka naik pula konsumsi energi fosil.

Dilansir dari data Outlook Energi Indonesia 2016 BPPT, trend konsumsi energi di Indonesia terus naik. Porsi konsumsi energi sektor transportasi menempati ranking kedua sebesar 35 persen. Konsumsi energi fosil semakin tinggi maka berdampak pula pada naiknya emisi gas beracun hasil dari pembakaran bahan bakar fosil. Pencamaran CO2 di Indonesia diperkirakan 34 juta ton pertahun atau 0,75 ton per orang per tahun. Secara global pencamaran CO2 di negara-negara berkembang mencapai 3,4 – 3,8 persen per tahun dan tingkat pencemaran di Indonesia terletak diantaranya.

Dalam rangka mengurangi emisi, telah banyak dibuat kesepakatan antar negara. Pada Desember 1997, di Kyoto, Jepang telah ditanda tangani perjanjian Kyoto oleh 160 negara yang berisi rencana pengurangan kandungan gas beracun, diantaranya karbondioksida, yaitu salah satu penyebab pemanasan global.

Beberapa negara maju seperti Amerika Serikat, Canada, Eropa, dan Jepang telah menyusun standar mengenai gas buang kendaraan, yang mengharuskan agar kadar racun dari gas buang diturunkan secara bertahap sampai dengan tahun 2020. Negara Jerman telah menyusun suatu standar EURO3 dan EURO4 yang menentukan penurunan kadar nitrogen oksida (NOx), non methan hidrokarbon, benzene dan partikel lain. Sebagai salah satu langkah alternatif dalam rangka mengurangi emisi gas buang dari kendaraan adalah dengan memanfaatkan teknologi fuel cell. Saat ini kendaraan berteknologi fuel cell maupun hybrid fuel cell semakin berkembang pesat.

Sejarah Pengembangan Fuel Cell

Fuel cells pertama kali didemonstrasikan oleh ahli fisika amatir yaitu Sir William Robert Grove pada tahun 1839. Pada tahun 1932 Francis Bacon berhasil mengembangkan fuel cell. Penggunaan praktis fuel cell baru dilakukan 27 tahun kemudian, yaitu sebagai penghasil tenaga listrik untuk alat las dengan kapasitas 5 kW. Mulai tahun 1950 pihak NASA di Amerika Serikat telah melakukan pemanfaatan untuk program angkasa luar mereka yaitu untuk pesawat roket Appolo dan Gemini.

Kendaraan bermotor bertenaga fuel cells pertama kali didemonstrasikan pada tahun 1958 oleh General Electric (GE). Pengembangan fuel cell terus berlanjut dari tahun ke tahun, pada 1997 produsen mobil terkemuka dunia seperti Daimler, Toyota, Renault, dan Mazda mendemonstrasikan kendaraan penumpang fuel cell pertama berbahan bakar methanol dengan daya mencapai 20 kW sampai dengan 50 kW.

Mengapa Fuel Cell ?

Fuel cells merupakan sebuah peralatan pengubah energi berdasarkan prinsip elektrokimia yang menghasilkan energi listrik arus searah (DC). Cara kerja fuel cells mirip seperti baterai, tetapi masa pengisian ulang baterai lebih lama dan umur cell baterai lebih pendek. Fuel cell menjawab kelemahan dari baterai. Fuel cell bekerja menghasilkan energi listrik berdasarkan sirkulasi udara (oksigen) dengan bahan bakar seperti hidrogen, coal gas, biogas, propana, methanol, dan gas alam. Meskipun mesin konvensional dapat memanfaatkan bahan bakar hidrogen, tetapi efisiensi yang didapatkan belum mampu menandingi efisiensi Fuel Cell yang mencapai 40% sampai dengan 70%.

Selain efisiensi yang tinggi, hasil sisa pembakaran kendaraan fuel cell bertenaga hidrogen murni tidak menimbulkan emisi CO2. Proses pengisian bahan bakar yang cepat, dengan kapasitas tangki 70 Mpa hanya membutuhkan waktu sekitar tiga menit sekali pengisian penuh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun