Mohon tunggu...
Boeng  Edo
Boeng Edo Mohon Tunggu... Penulis lepas -

Pengamat dan Penikmat

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Krisis Identitas

29 Agustus 2017   22:51 Diperbarui: 29 Agustus 2017   23:22 615
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Bung Karno dikenal sebagai pemimpin bangsa yang tak pernah lepas dari peci hitamnya. Tapi entah kenapa, kebanyakan dari kita merasa lebih pede ketika memilih pakaian bermodelkan Eropa. Bung Karno terkenal sebagai orator sejati. Tapi entah kenapa, kebanyakan dari kita lebih memilih bungkam tak bersuara meskipun kebenaran telah didepan mata. 

Kartini mengusung tema emansipasi, memperjuangkannya dengan sepenuh jiwa, dan selalu memakai baju batik sebagai identitas wanita bangsa. Tapi entah kenapa, para wanita dari golongan kita lebih memilih hidup bebas tanpa norma, pergaulan tanpa aturan, dan lebih memilih celana kecil berbentuk pensil, berbaju ketat dengan masih memakai hijab yang mungkin hanya sebagai syarat.  

Generasi muda seringkali disebut sebagai generasi penerus bangsa. Masa depan bangsa berada di tangan kita. Lantas apa yang akan terjadi dengan bangsa ini jika kita lebih memilih berpola hidup kebarat-baratan, lebih mengetahui tentang Justin Bieber tanpa mengenal siapa itu Sutan Syahrur, Tan Malaka, Agus Salim, dan tokoh-tokoh pejuang lainnya?

Dalam ranah pembangunan, kita memliki model arsitekur sendiri, seperti kubah masjid dengan model tiga susunan yang memiliki makna dan keunikan tersendiri, lahir dari akulturasi antara agama Hindu dan Islam. Lalu kenapa kita lebih memilih model kubah berbentuk bundar ciptaan Turki? Mau dikemanakan identitas bangsa ini?

Percuma kita membicarakan pentingnya memahami pluralisme, keanekaragaman budaya, tapi kita masih menganggap anak muda yang memakai batik terlihat kampungan dan tua. Percuma kita menggembor-gemborkan pentingnya memahami kebhinekaan, tapi kita masih mengekor pada pola hidup kebarat-baratan.

Hal ini sejalan dengan sajak bertajuk "Maskumambang" milik WS Rendra :

Kami tidak mampu membuat rencana menghadapi masa depan,

karena kami tidak menguasai ilmu untuk membaca tata bukumasa lalu,

dan tidak menguasai ilmu untuk membaca tata buku masa kini,

maka rencana masa depan hanyalah spekulasi, keinginan, dan angan-angan.

Semoga tulisan singkat ini dapat menumbuhkan rasa nasioanalisme generasi kita, benar-benar mengamalkan sumpah kita sebagai pemuda bangsa; Bertumpah darah satu, tanah air Indonesia. Berbangsa satu, bangsa Indonesia. Menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia. Amin.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun