Mohon tunggu...
Abdurachman Ali
Abdurachman Ali Mohon Tunggu... Insinyur - Hidup dengan penuh syukur

Writer-Traveller-Engineer

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Tekwan

9 Juni 2017   10:07 Diperbarui: 18 Juli 2017   12:50 270
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dulu saya enggak suka tekwan, tapi sekarang suka. 

 
Sore ini, saat makan tekwan menjelang datangnya bulan Ramadhan, saya langsung ingat om Dirwan. Orang yang bikin saya suka sama tekwan.

Ramadhan 2012, saya dapat kesempatan menengkok Abah dan Mamah di Kuwait. Saat mendarat, Abah sudah ada di bandara. Abah bilang "malam nanti ada buka puasa bersama orang-orang Indonesia yang kerja di Kuwait, kalo kamu gak capek mendingan ikut". Tanpa pikir dua kali saya langsung setuju, jet lag tidak terasa karena sepanjang perjalanan saya sukses tidur dengan lelap.

Ba'da Dzuhur, saya dan Abah berangkat ke rumah om Ardhi sang "sohibul bait" buka puasa bersama, sudah ada beberapa orang yang kumpul disana. Setelah meeting singkat, disepakati pembagian tugas untuk persiapan acara. Ada yang bertugas ke restoran untuk pesan makanan, ada yang ke supermarket untuk beli minuman dan perlengkapan, ada juga yang melakukan persiapan di rumah. Berhubung saya baru sampai, saya pun ikut bergabung ke tim persiapan rumah.

Tim persiapan rumah hanya terdiri dari tiga orang saja, saya, om Dirwan dan adik saya. Om Dirwan asli dari Palembang dan sudah beberapa tahun terakhir ini mencari nafkah di Kuwait. Sambil menunggu waktu berbuka puasa, beliau mengajak kami berdua untuk membuat masakan khas kampungnya, tekwan. "Saya sudah bawa ikan dan bahan-bahan lainnya" katanya.

Saat itu saya tidak terlalu tertarik dengan jenis masakan yang akan dibuat, hanya sekedar ikut berkontribusi agar acara buka puasa malam itu lancar. Saat itu tekwan memang bukan masakan palembang yang saya suka.

Om Dirwan mulai dengan terampil menyiangi ikan dan menyiapkan bumbu-bumbu lainnya. Saya dan adik saya diberi tugas untuk memasak kuah, tentu saja dengan arahan beliau. Sambil memasak, on Dirwan juga membagi rahasia memasak tekwan agar hasilnya enak, terus terang saya sudah lupa sekarang. Pelan-pelan saya mulai menikmati proses membuatnya, ditambah indra penciuman yang semakin tajam akibat puasa, semakin hati ini tidak sabar untuk mencoba rasanya nanti.

Saat waktu berbuka telah tiba, kebanyakan orang memulainya dengan korma. Saya sudah tidak sabar untuk langsung mencoba tekwan yang saya ikut membuatnya tadi siang. Enak sekali rasanya, ikannya, ebinya dan  kuahnya sangat istimewa. Sayang rahasia yang diceritakan om Dirwan siang tadi tidak saya catat.

Semenjak itu, saya jadi suka makan tekwan. Bahkan beberapa kali saya pesan sendiri untuk dinikmati di sore hari.

Kadang citarasa dan cara pandang  kita bisa akan sesuatu bisa berubah setelah menjalani suatu proses. Saya mengalaminya beberapa kali, untuk tekwan, asinan, belajar ekonomi dan hal-hal lainnya. Ada beberapa juga yang sedang saya jalani prosesnya sekarang.

Banyak orang bahkan terlalu takut untuk menjalani suatu proses. Saking takutnya sampai tidak maju-maju.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun