Â
[caption caption="keluarga andin di banjarmasin, koleksi keluarga andin dali batu pahat malaysia, sum: Sahrudin Esa"][/caption]
Â
Bunga Rampai Sejarah Jaringan Intelektual Diaspora Banjar
 oleh: Andin Alfigenk Ansyarullah Naim
Diaspora intelektual banjar seharusnya menjadi diktum menarik yang bisa kita bicarakan, hal ini dikarenakan hal-hal berbau intelektual saat ini bukan sesuatu yang menarik minat banyak orang banjar khususnya di daerah asal mereka di Kalimantan Selatan,
Tulisan ini merupakan sebuah tanggapan dan apresiasi dari tulisan Ahmad Rizky Mardatillah Umar yang berjudul Djohan Effendi dan Diaspora Intelektual Banjar (http://banjarmasin.tribunnews.com/2015/10/13/djohan-effendi-dan-diaspora-intelektual-banjar )
Djohan Effendi sebagai salah tokoh Islam moderat di Indonesia memang tidak sampai menjadi sesuatu yang kontroversial di daerah asalnya yaitu Banua Banjar, alasannya sangat sederhana yaitu beliau tidak dikenal luas dikalangan orang banjar sendiri baik ditanah asal di Kalimantan Selatan atau daerah lain di Nusantara dimana banyak orang banjar bermukim.
Zaman ini di Nusantara orang Banjar di perantauan mungkin lebih terkenal sebagai pedagang, ulama, orang yang taat dan kuat dalam agama Islam, atau orang jagau (orang yang pemberani), profesi lain sebagai petani misalnya seperti sejarah mereka yang pernah membuka lahan pertanian di Riau dan Sumatera utara hampir tak pernah terdengar, atau menjadi pemeran penting dalam membuka perkebunan karet di sumatera utara dan Malaya juga hampir tidak diketahui.
Suku Banjar juga dikenal sebagai produsen ulama di Nusantara, baik dalam ranah Islam traditional dan moderat, Â gairah mereka dalam menuntut ilmu agama sangat bergelora sepanjang jaman, setelah lulus dari pesantren-pesantren traditional ataupun pesantren modern maka mereka siap merantau mencari penghidupan di daerah-daerah baru, semakin tahun semakin jauh.
Sebagai pengingat kita harus menyadari bahwa suku banjar yang berjumlah kurang lebih 6 juta orang di dunia ini, setengah dari mereka berada di luar daerah asal mereka di Kalimantan Selatan dngan penggunaan bahasa banjar yang masih massif, Permasalahannya adalah bahwa orang-orang banjar di Banua sendiri di Kalimantan Selatan banyak tidak tahu jika lebih dari separuh dari orang Banjar itu tidak berada di tanah Banjar.