Mohon tunggu...
Alan Agustian
Alan Agustian Mohon Tunggu... wiraswasta -

Alumni UI\r\n\r\nmemuji apa yang benar, mengkritisi apa yang salah.\r\n\r\nfollow me on\r\nhttp://laminincomm.blogspot.com/\r\nhttp://devotionofgod.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Pilpres, Tak Ada Alasan Tidak Memilih!

22 Juni 2014   00:19 Diperbarui: 20 Juni 2015   02:52 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Bukankah kita Rakyat Indonesia, Kita lahir di Indonesia, Negara dengan sejuta permasalahan besar dan kecil, namun tetap milik kita, urusan kita..  apa alasan anda tidak memilih?

Meski kata negeri tetangga, kita tertinggal, meski kata dunia, kita bukan negara maju. Tubuh ini milik kita, kita yang bertanggung jawab menyembuhkan negeri kita.

apa alasan anda tidak memilih? kecewa karena pemimpin negara ini tidak lagi bisa dipercaya? atau malu kalau salah memilih? karena merasa negara ini tidak lagi mampu bangkit (sudah terlalu rusak)? anda salah. negara ini disebut-sebut dunia sebagai negara yang berpotensi luar biasa maju di Asia (hanya bermaksud menumbuhkan kepercayaan Anda).

Kita pernah Berjaya, kita pernah berswasembada, kita pernah menjadi negara penjaga perdamaian dunia (ingat Konferensi Asia Afrika siapa pencetusnya.. indonesia); terlalu banyak fakta, terlalu banyak sumber daya hebat baik Alam maupun Manusia, terlalu banyak alasan untuk kita kembali berjaya.

Kita bukan negara kecil, kita masih sangat mampu menjadi besar, ya memang pernah terjadi masalah besar sebelum orde Baru, tidak salah bila saya sebut sebagai "waktu-waktu kebodohan" zaman itu (tepatnya sebelum 1998 rezim Soeharto). Kekayaan Alam kita dirampok pihak Asing secara Legal (47 tahun Freeport berjaya di Irian bersama ratusan perusahaan asing lainnya), Mental "karyawan" di ajarkan kepada rakyat dan mengijinkan pihak asing memimpin dan kita jadi kuli-nya.

Buang sampah sembarangan jadi tradisi; serobot lampu merah jadi kebiasaan pak Polisi; Membunuh kok di 'halal' kan, korupsi diperbolehkan asal ga ketauan; asal ada uang dan kekuasaan semua lancar (terlalu banyak kasus tajam kebawah tumpul keatas dalam hal ini), lucunya Bos besar di Lembaga Peradilan dan lembaga ke'agama'an secara tragis masuk bui. Prof. Dr. Ir. tak lagi menjamin kejujurannya.

Sekarang tidak ada waktu banyak, Dunia mulai berteriak, globalisasi semakin marak, tapi tinggalkan masa lalu yang kelam. bukan sibuk cari siapa tersangkanya (mereka yang sampai detik ini tidak berhenti menutupi aibnya), tapi sekarang cari siapa pahlawannya (yang mampu memperbaiki itu semua).

tidak pernah ada kata terlambat untuk bangkit, untuk indonesia yang tidak manja, yang tidak mau kalah akan cepatnya negara lain berlari. indonesia yang terdidik dan mendidik, yang menjadi teladan bangsa lain,

terima kasih untuk manusia-manusia hebat zaman ini yang berhasil memberikan kepercayaan rakyat bahwa masih ada orang benar di negara ini, yang masih berjuang untuk bangkit; mereka yang benar-benar perwakilan rakyat, pemimpin-pemimpin desa dan kota yang pluralis (masihkah zaman membedakan SARA?), berintegritas (yang tidak hanya bisa katakan "tidak" pada korupsi), dan pendekar-pendekar negara ini yang tidak cuma bisa 'bernyanyi' tapi turun ke lahan untuk 'bertani'.

untuk 9 Juli, pilih SATU atau DUA,

untuk negeri ini, tugas KAMU dan SAYA

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun