Mohon tunggu...
Politik

Kisah Kuduli Hingga Kasus Ahok

12 Januari 2017   10:38 Diperbarui: 12 Januari 2017   11:45 450
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
http://nasional.kompas.com/read/2016/07/27/06320081/Mengenang.27.Juli.1996.Ini.Kronologi.Penyerbuan.Kantor.DPP.PDI?page=all

Sejarah kerusuhan pada 27 Juli 1996 atau ‘Kuduli’(Kerusuhan Dua Puluh Tujuh Juli) sampai saat ini tidak terlupakan. Pada saat itu penyerangan kantor DPP PDI di Jalan Diponegoro, Jakarta Pusat yang saat itu dikuasai oleh Megawati Soekarnoputri menjadi sejarah kelam yang tidak terlupakan. Saat itu kantor DPP PDI diserang sekelompok orang yang menyatakan dirinya pendukung Soerjadi yang merupakan Ketua Umum PDI hasil Kongres Medan periode 1996-1998.

Dalam peristiwa tersebut ternyata ada dualisme kepemimpinan dalam kubu PDIP saat itu. Soerjadi yang dibantu oleh aparat keamanan di masa kepemimpinan Presiden Soeharto merasa bahwa dirinya sah untuk memimpin PDI. Namun Megawati ternyata tidak tinggal diam, Mega merasa bahwa PDI merupakan bagian dari dirinya.

Dalam sejarah tersebut sepertinya ada persamaan terhadap kasus yang menimpa calon Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja alias Ahok saat ini. Bahkan Mega menganggap apa yang menimpa Ahok sangat persis dengan peristiwa Keduli tersebut. Pada peristiwa serangan Keduli dan Ahok memiliki satu kesamaan yakni banyaknya pihak-pihak yang ingin melakuka provokasi yang pada akhirnya menimbulkan perpecahan horizontal, hal ini akan berbahaya bagi keamanan dan stabilitas negara.

Ahok yang kini ditetapkan sebagai tersangka kasus penistaan Agama oleh Bareskrim Mabes Polri menjadi sebuah peristiwa penting, Ahok bahkan digadang-gadang merupakan pemimpin yang arogan dan penuh kepalsuan oleh beragam pihak maupun warga Jakarta. Dalam sidang pun Ahok menyatakan dirinya tidak bersalah ketika menyampaikan ujaran kebencian tersebut di saat kampanyenya di kepulauan Seribu.

Hal inilah yang pada akhirnya memicu konflik sosial kepada masyarakat Indonesia, khususnya warga Jakarta. Tidak heran demo besar-besaran pun akhirnya bergejolak di Ibukota Jakarta ini. Kini Ahok diibaratkan mengemis dihadapan Megawati untuk membantunya dalam kasus penistaan agama tersebut. Segala cara Mega memberikan ucapan kepada kader-kadernya untuk bersikap tenang, namun tenang dalam arti diam saja ya tidak juga, kader PDIP rela mati-matian untuk membela Ahok dari beragam serangan politik.

Megawati Selotip Mulut Ahok

Ucapan Megawati ternyata benar, hubungan peristiwa kelam Kuduli dengan Ahok sama-sama ada persamaan. Kini Mega merasa bahwa dirinya siap turun gunung untuk membela Ahok, salah satu ucapan Megawati terhadap Ahok adalah “Selotip Ajaib” artinya Ahok harus bersikap baik, mulai dari tingkah laku hingga gaya bicaranya. Ahok juga dianggap punya potensi menimbulkan kegaduhan, hal tersebut memang cukup nyata, ketika beragam ucapan Ahok memang dirasa cukup menyakitkan banyak orang.

Akankan selotif ajaib dari Megawati itu akan berfungsi dengan baik? jawabannya tidak sama sekali. Bahkan Ahok semakin menjadi-jadi, seperti kisah sidang kasus penistaan agama, saksi dari FPI (Front Pembela Islam) Novel Chaidir Hasan Bamukmin yang dihadirkan dalam sidang tersebut justru menjadi candaan bagi Ahok. Akibat salah ketik pihak kepolisian dengan kata Fitsa Hats justru menjadi hujatan Ahok. Sebelumnya Novel menyerahkan dokumen mengenai riwayat hidup dirinya yang pernah bekerja di sebuah perusahaan besar di Pizza Hut, namun dalam pelaporan tersebut ternyata pihak kepolisian salah ketik, bahkan hingga ke meja persidangan.

Sikap Ahok inilah yang kini menjadi perdebatan seru dikalangan PDIP dan Megawati sendiri, bahwa apa yang diberikan Mega kepada Ahok berupa selotif ajaib tersebut memang terbukti tidak berfungsi dengan baik.

Dapat disimpulkan dalam permasalahan ini Ahok sepertinya tidak bisa dibungkam dengan pola cara tingkah laku, etika dan tutur bahasanya yang ngawur. Jadi sia-sia belaka ketika Megawati dengan mengisahkan bahwa Ahok harus membungkam dirinya dengan selotif ajaib itu ntuk Ahok. Dapat dikatakan perangai Ahok sudah menjadi dasar bahwa etikanya yang bobrok itu dimulai saat kecil. Ini adalah bukti, dengan didikan yang salah menjadi seorang pejabat sekalipun tingkah laku dan etika tersebut tidak akan hilang begitu saja, karena sudah menjadi bawaan bahwa Ahok punya perangai seperti itu.

Kini masyarakat dituntut kedewasaannya dalam memilih seorang pemimpin, bukan hanya ucapan bersih, berwibawa dan terbukti Jakarta baik di bawah kepemimpinan Ahok saat itu. Dalam kenyataannya justru terbalik, Ahok banyak menyakiti warga Jakarta dengan menggusur paksa wilayah-wilayah yang dianggap kurang baik bagi Ahok saat itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun