Mohon tunggu...
Andi Suryawan
Andi Suryawan Mohon Tunggu... -

I smile to hide my sorrow and laugh to hide that I'm dying!

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Do We Really Need God...???

30 Maret 2011   16:01 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:17 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

*curahan kegelisahan seorang sahabat*

Apa yang akan saya sampaikan ini, muncul begitu saja pada suatu malam, ketika saya merenung sendirian di tengah kesunyian yang menyejukkan dan menenangkan.

Terus terang pada saat itu, pikiran saya tengah kalut. Bisnis kacau, rumah tangga sedang goncang, keuangan seret, tagihan menumpuk, pokoknya resep sempurna untuk bikin pikiran seseorang jadi melantur ke mana-mana.

Saya marah kepada diri saya sendiri, atas kebodohan-kebodohan yang saya lakukan. Saya marah pada nasib yang terus-terusan memberi kesialan kepada saya. Dan, terutama saya marah kepada Tuhan, yang tampaknya seperti akan menjatuhkan saya ke jurang kenistaan secara perlahan-lahan.

Ya. Saya marah kepada Tuhan. Saya dibesarkan sebagai Muslim dan saya menyadari saya bukan bangsa kyai alim yang sholat sehari 100 X, ngaji qatam sebulan 10X, amal jari’ah 1 miliar per bulan, puasa dua hari sekali dst, dst.

Tapi meskipun saya jarang sekali sholat (paling cuma sholat Jum’at saja), saya tidak pernah melakukan hal-hal nista seperti mencuri, merampok, judi, mabuk2-an, zina, membunuh dan sejenisnya. (Orang Jawa mengenal dgn sebutan Mo Limo, singkatan dari Main (Judi), Madat (Madat), Madon (Main perempuan), Mabuk, Maling. Tapi kalo saya tambah satu lagi, jadi Mo Limo tambah siji yaitu Mateni (Membunuh).)

Saya sudah berusaha mati-matian untuk menghindari hal-hal di atas. Sampai dengan saat ini, syukur Alhamdulillah saya masih mampu melewati godaan dan keinginan untuk melanggar pantangan di atas. Tapi.... kenapa nasib saya sial terus?
Kenapa keadaan saya tidak kunjung membaik?
Apa saya harus jadi kyai yang setiap saat menyembah dan menyembah saja kerjaannya?
Apa saya harus melakukan semua apa yang terdapat dlm Al-Qur’an dan Al-Hadist tanpa ada satu pun yang terlewat?

Kalau itu yang harus saya lakukan, maka sebaiknya saya nda usah hidup aja sekalian. Sebab kalau mau menuruti semua ajaran Al-Qur’an dan Al-Hadist, bahkan sekedar lukisan dan patung binatang pun akan terpaksa harus saya hancurkan karena benda2 itu bagi agama Islam sama saja berusaha menyamai ciptaan Allah.

Peter Pan, Ungu, Krisdayanti, ST12 harus saya bunuh karena menurut Al-Hadist orang yang melantunkan syair-syair non Islami lebih buruk daripada orang yang perutnya dipenuhi nanah, karena syair-syair mereka dapat melenakan manusia lainnya sehingga lupa kepada Allah.

Saya bingung. Pusing. Marah. Dan akhirnya mulai mempertanyakan, apa sih tujuan hidup saya? Kenapa sih saya harus ada? Ga ada saya pun dunia juga ga akan kehilangan. Bahkan kalo nda ada siapa pun di dunia ini, dunia juga ga ada masalah.
Ga ada siapa pun......dunia ga masalah.....
Ga ada siapa pun......
Dunia ga masalah.....

Mulai dari pemikiran ini, angan saya terus berkembang. Kenapa saya diciptakan? Toh bumi ini juga ga akan apa2 kalo manusia ga ada. Malah mungkin lebih baik. Bebas pencemaran. Tidak ada hutan gundul. Pemanasan global dll.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun