Mohon tunggu...
Ajidah AbdulMajid
Ajidah AbdulMajid Mohon Tunggu... -

Mahasiswa UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Perkembangan Kognitif pada Masa Kanak-Kanak Awal

27 April 2015   14:47 Diperbarui: 4 April 2017   17:37 27538
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

A.  PERKEMBANGAN KOGNITIF PADA MASA KANAK-KANAK AWAL

Kognitif adalah salah satu ranah dalam taksonomi pendidikan. Secara umum kognitif diartikan potensi intelektual yang terdiri dari tahapan: pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehention), penerapan (aplication), analisa (analysis), sintesa (sinthesis), evaluasi (evaluation). Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak).

Kognitif berarti persoalan yang menyangkut kemampuan untuk mengembangkan kemampuan rasional (akal). Teori kognitif lebih menekankan bagaimana proses atau upaya untuk mengoptimalkan kemampuan aspek rasional yang dimiliki oleh orang lain.

Oleh sebab itu kognitif berbeda dengan teori behavioristik, yang lebih menekankan pada aspek kemampuan perilaku yang diwujudkan dengan cara kemampuan merespons terhadap stimulus yang datang kepada dirinya. Dalam kehidupan sehari-hari kita sering mendengar kata kognitif. Dari aspek tenaga pendidik misalnya. Seorang guru diharuskan memiliki kompetensi bidang kognitif. Artinya seorang guru harus memiliki kemampuan intelektual, seperti penguasaan materi pelajaran, pengetahuan mengenai cara mengajar, pengetahuan cara menilai siswa dan sebagainya.

Seiring dengan masuknya anak ke sekolah dasar, maka kemampuan kognitifnya turut mengalami perkembangan yang pesat. Karena dengan masuk sekolah, dunia dan minat anak semakin luas, dan dengan meluasnya minat maka bertambah pula pengertian tentang manusia dan objek-objek yang sebelumnya kurang berarti bagi anak. Pada sekolah dasar, pemikiran seorang anak sudah berkembang ke arah konkrit, rasional dan objektif. Daya ingatnya menjadi sangat kuat, sehingga anak benar-benar dalam stadium belajar.

B.  PENDEKATAN PIAGET

Jean Piaget menggambarkan masa kanak-kanak awal sebagai tahap praoperasional (preoperational stage) yaitu, tahap utama kedua dalam perkembangan kognitif Piaget dimana seorang anak menjadi lebih canggih dalam menggunakan pemikiran simbolis tetapi masih belum dapat menggunakan logika. Tahap praoperasional berlangsung pada usia sekitar 2-7 tahun, ditandai oleh ekspansi besar dalam pemikiran-pemikiran simbolis, atau kemampuan representasi yang pertama kali muncul pada akhir tahap sensorimotorik (tahap pertama dalam perkembangan kognitif).

1.Kemajuan pemikiran Praoperasional menurut piaget.

Kemajuan pemikiran simbolis disertai pemahaman yang tumbuh mengenai ruang, sebab akibat, identitas, kategorisasi, dan lainya.

1)Fungsi simbolis

Fungsi simbolis (Symbolic function): kemampuan anak menggunakan representasi mental  (kata-kata, angka, atau gambar). Tanpa simbul-simbul, individu tidak dapat berkomuniasi secara verbal, membuat perubahan, membaca peta, atau mengenali foto-foto yang disayangi dari kejauhan. Simbol-simbol bisa membantu seorang anak untuk mengingat dan berpikir tentang sesuatu yang tidak hadir secara fisik.Penggunaan simbol bagi anak pada tahap ini tampak dalam lima gejala berikut:

a.Imitasi tidak langsung

Anak mulai dapat menggambarkan sesuatu hal yang dialami atau dilihat, yang sekarang bendanya sudah tidak ada lagi. Jadi pemikiran anak sudah tidak dibatasi waktu sekarang dan tidak pula dibatasi oleh tindakan-tindakan indrawi sekarang. Contoh: anak dapat bermain kue-kuean sendiri atau bermain pasar-pasaran. Ini adalah hasil imitasi.

b.Permainan Simbolis

Sifat permainan simbolis ini juga imitatif, yaitu anak mencoba meniru kejadian yang pernah dialami. Contoh: anak perempuan yang bermain dengan bonekanya, seakan-akan bonekanya adalah adiknya.

c.Menggambar

Pada tahap ini merupakan jembatan antara permainan simbolis dengan gambaran mental. Unsur pada permainan simbolis terletak pada segi “kesenangan” pada diri anak yang sedang menggambar. Sedangkan unsur gambaran mentalnya terletak pada “usaha anak untuk memulai meniru sesuatu yang riel”. Contoh: anak mulai menggambar sesuatu dengan pensil atau alat tulis lainnya.

d.Gambaran Mental

Merupakan penggambaran secara pikiran suatu objek atau pengalaman yang lampau. Gambaran mental anak pada tahap ini kebanyakan statis. Anak masih mempunyai kesalahan yang sistematis dalam mengambarkan kembali gerakan atau transformasi yang ia amati.Contoh yang digunakan Piaget adalah deretan lima kelereng putih dan hitam.

e.Bahasa Ucapan

Anak menggunakan suara atau bahasa sebagai representasi benda atau kejadian. Melalui bahasa anak dapat berkomunikasi dengan orang lain tentang peristiwa kepada orang lain.

2)Memahami Identitas

Dalam memahami identitas, biasanya anak akan mengenal atau memahami identitas seseorang yang dekat dengannya, misalnya orang tua, guru, dll. Anak-anak mulai memahami bahwa perubahan penampilan atau perubahan di permukaan tidak mengubah seseorang tersebut. Misalnya gurunya yang  memakai baju olahraga, anak akan mengenal bahwa orang tersebut adalah gurunya, hanya saja menggunakan pakaian yang berbeda dari biasanya.

kemampuan anak menyadari bahwa perubahan artifisial tidak akan mengubah sifat suatu hal.Contoh : Antonio tahu bahwa meskipun gurunya berpakaian seorang bajak laut, dibalik kostum itu gurnya tetap menjadi seorang guru bukan bajak laut.

3)Pemahaman sebab-akibat (transduction)

Dalam memahami hubungan sebab-akibat, anak-anak pada tahap praoperasional hanya mengetahui bahwa setiap kejadian memiliki sebab. Namun penalaran sebab-akibatnya belum bersifat logis dan objektif.

kemampuan anak secara mental untuk mengkaitkan fenomena partikular, terlepas dari atau ada atau tidaknya sebab-akibat yang logis. contoh : ketika melihat ada bola yang menggelinding dari balik dinding, Rafi mencari orang yang menendang bola tersebut dibalik dinding.

4)Pemahaman terhadap angka.

Pemahaman angka pada anak-anak preoperational berbeda-beda. Seberapa cepat anak dapat memahami angka dan berhitung tergantung pada seberapa besar penggunaan angka di kebudayaan masing-masing.

Kemampuan anak untuk dapat menghitung dan menangani kuantitas. Contoh : Lisa membagi beberapa permen dengan temannya, menghitung untuk memastikan bahwa masing-masing temannya mendapatkan jumlah yang sama.

5)Kemampuan mengklasifikasikan.

Pengkategorian atau klasifikasi pada anak-anak di tahap praoperational biasanya berdasarkan persamaan dan perbedaan diantara objek-objek yang ada. Anak-anak yang berumur 4 tahun biasanya dapat mengklasifikasikannya ke dalam dua kriteria, seperti yang samawarnanya dan bentuk atau ukurannya. Sedangkan dalam pengkategorian, anak-anak menggunakannya dalam aspek kehidupannya yang berkaitan dengan implikasi psikososial, seperti membedakan orang yang baik , jahat, dll.

Kemampuan anak untuk mengorganisasikan benda-benda, orang, dan kejadian ke dalam kategori yang bermakna.Contoh : Rosa memilah-milah biji cemara yang ia kumpulkan ketika berjalan-jalan sesuai dengan ukurannya yang besar atau kecil.

6)Empati.

Kemampuan anak utuk mulai lebih bisa membayangkan apa yang dirasakan oleh orang lain.Contoh : Emi berusaha menghibur temannya ketika ia melihat temannya itu sedang sedih.

7)Teori tentang pikiran.

kemampuan anak untuk menyadari aktivitas mental dan fungsi dari pikiran.Contoh : Bianca ingin menyimpan kue untuk dirinya sendiri sehingga ia menyembunyikan kuenya dari kakanya di kotak pasta. Ia tahu bahwa kuenya akan aman karena kakanya tidak akan mencari kue di tempat di mana ia tidak mengharapkan akan menemukan kue.

2.Aspek-aspek Ketidakmatangan Pemikiran Praoperasional

Salah satu karekteristikdari pemikiran praoperasional adalah Sentrasi, kecendrungan fokus pada salah satu aspek dari sebuah situasi dan melalaikan yang lain. Menurut Piaget, anak-anak prasekolah menjadi tidak logis karena tidak dapat berpikir tentang beberapa aspek dari suatu situasi pada saat yang sama. Sentrasi dapat membatasi anak-anak uantuk berpikir tentang hubungan sosial dan fisik.

1)Centration

Anak hanya berfokus pada satu aspek dari situasi dan mengabaikan aspek-aspek lainnya. Ketidakmampuan untuk decenter (berfikir mengenai berbagai aspek dari sebuah situasi pada saat yang bersamaan). Contoh : Timothy menggoda adiknya dengan menagtakan bahwa ia memiliki jus yang lebih banyak karena jusnya dituang kedalam gelas yang kurus dan tinggi sementara jus adiknya dituang kedalam gelas yang pendek dan lebar.

2)Irreversabilitas

kegagalan anak dalam memahami bahwa sebuah operasi dapat berlangsung dua arah atau lebih.Contoh : Timothy tidak menyadari bahwa jus dalam setiap gelas bisa dituang kembali dalam kotak asalnya, menyanggah klaimnya bahwa ia mendapatkan lebih banyak dari adiknya.

3)Fokus pada keadaan daripada transformasi

Anak gagal dalam memahami signifikasi transformasi diantara beberapa keadaanContoh : Dalam tugas konservasi, Timothy tida memahami bahwa mengubah bentuk zat cair (menuangkan dari satu wadah ke wadah lain) tidak mengurangi jumlahnya.

4)Penalaran transduktif.

Anak tidak menggunakan penalaran deduktif ataupun induktif ; tetapi mereka melompat dari satu pasrtikular lain melihat sebuah kausal meskipun pada kenyataannya tidak ada.Contoh : Sarah bersikap kasar kepada saudaranya. Kemudian saudaranya jatuh sakit. Sarah menyimpulkan bahwa ia menyebabkan saudaranya jatuh sakit.

5)Egosentris.

Salah satu wujud dari centration dan menjadi ciri utama pada masa kanak-kanak awal (praoperasional) adalah egosentrisme. Banyak yang salah mengartikan kata egosentrisme sama dengan sifat egois. Namun pengertian tersebut salah. Egosentrisme yang dimaksud disini adalah sifat dimana anak praoperational hanya berpusat pada sudut pandangnya atau prespektifnya saja dan tidak mampu mempertimbangkan atau memikirkan dari sudut pandang orang lain.Anak mengasumsikan bahwa semua orang lain befikir, mempersepsi, dan merasa hal yang sama dengan mereka.Contoh : Kara tiak menyadari bahwa ia perlu membalik buku yang dipegangnya sehingga ayahnya melihat gambar yang ia tanyakan. Ia bahkan memegang buku tersebut tepat didepannya, sehingga hanya ia yang bisa melihat gambaranya.

6)Animisme.

Keterbatasan lain dari pemikiran praopresional, adalah keyakinan bahwa benda-benda mati memiliki kualitas yang seolah-olah hidup dan mampu bereaksi.Anak mengatribusikan kehidupan pada benda-benda mati.

Contoh : Amanda mengatakan bahwa pagi ingin muncul tetapi malam berkata “aku tidak akan pergi”.

7)Ketidakmampuan membedakan tampilan luar dengan realitas.

Sentrasi, yaitu kecenderungan yang hanya berfokus pada satu keadaan, hanya pada satu dimensi dari objek atau situasi dan mengabaikan yang lain. Pada tahap ini anak-anak juga tidak dapat berfikir beberapa hal dalam satu waktu, yaitu dikenal dengan istilah decenter. Decenter inilah yang menyebabkan anak-anak pada masa kanak-kanak awal sering menyimpulkan hal-hal yang bersifat tidak logis.Anak bingung mengenai apa yang nyata melalui tampilan luar.Contoh : Ami bingung ketika melihat gabus yang dibentuk mirip batu. Ia menyatakan bahwa itu keliahtan seperti batu, dan itu memang benar-benar batu.

3.Proses dasar dan kapasitas

Teori pengolahan informasi berpikir bahwa informasi sebagai system pengarsipan yang memiliki tiga langkah, atau proses: pengodean, penyimpanan, dan pemanggilan kembali. Pengodean seperti meletakkan informasi kedalam folder untuk di masukkan dalam memori; melekat dalam bentuk kode, atau label, mengenai sebuah informasi sehingga memudahkan untuk ditemukan jika diperlukan. Peristiwa-peristiwa telah dikodekan bersama informasi tentang konteks-konteks yang mereka jumpai. Penyimpanan adalah meletakkan folder dalam lemari arsip. Pemanggilan kembali terjadi ketika informasi diperlukan; anak kemudian mencari berkas dan membawanya ke luar. Kesulitan dalam proes-proes ini bisa mengganggu efisiensi.

Cara otak menyimpan informasi sudah dipercaya secara universal, meskipun efisiensi dari sistemnya beragam (siegler, 1998). Model pengolahan informasi melukiskan otak yang berisi tiga “gudang penyimpanan”: memori sensori, memori kerja, dan memori jangka panjang.

Memori sensoris adalah tangki penahanan sementara berbagai informasi yang akan datang. Memori sensoris menunjukkan sedikit perubahan sejak masa infant. Bagaimanapun, tanpa proses (pengodean),memori sensoris bisa lenyap dengan cepat.

Informasi yang dikode atau dipanggil kembali disimpan dalam memori kerja kadang-kadang disebut juga memori jangka pendek- sebuah tempat penyimpanan informasi sementara untuk individu yang aktif bekerja; mencoba memahami, mengingat dan berpikir tentang sesuatu. Studi gambaran otak menemukan bahwa memori kerja berada pada bagian koreks prafontal, bagian besar dari lobus frontal yang berada persis dibelakang dahi (C. A. Nelson dkk., 2000).

Efisiensi memori kerja dibatasi oleh kapasitasnya. Peneliti dapat menaksir kapasitas memori kerja dengan dengan meminta anak-anak untuk memanggil kembali digit uruta angka dari belakang (contohnya 2-8-5-7-5-1 jika mereka mendengar 1-5-7-3-8-2). Kapasita memori kerja­- jumlah angka yang dapat diingat anak kembali- meningkat secara cepat. Pada usia 4 tahun, anak-anak biasanya hanya mengingat dua digit angka; pada usia 12  mereka umumnya mengingat 12 angka (Zelazo, Muller, Frye, & Marcovitch, 2003).

Pertumbuhan memori kerja mengizinkan berkembangnya fungsi eksekutif, control kesadaran dari pikiran, emosi, dan tindakan untuk melakukan tujuan atau memecahkan permasalahan. Fungsi eksekutif memungkinkan anak-anak bermain dan mencapai tujuan yang diarahkan oleh aktivitas mental. Pikiran ini muncul disekitar berakhirnya masa infant dan terus berkembang sesuai dengan usianya. Perubahan fungsi-fungsi eksekutif terjadi antara usia 2 dan 5 tahun membantu anak mengembangkan dan menggunakan aturan-aturan yang kompleks untuk memecahkan masalah (Zelaso dkk, 2003; Zelaso & Muller, 2002).

Berdasarkan perluasan model yang digunakan, eksekutif sentral mengontrol proses operasi dalam memori kerja (Baddeley, 1981, 1986, 1992, 1996, 1998). Eksekutif sentral memesan informasi yang berkode untuk mentransfernya ke memori jangka panjang, sebuah penyimpanan dengan kapasitas tidak terbatas secara virtual yang menahan semua informasi dalam jangka waktu lama. Eksekutif sentral juga memanggil kembali informasi dari memori jangka panjang untuk proses selanjutnya. Eksekutif sentral bisa memperluas sementara kapasitas dari memori kerja dengan memindahkan informasi ke dua bagian terpisah ketika eksekutif sentral sibuk dengan tugas-tugas lain. Salah satu system tambahan adalah menahan informasi verbal (sebagaimana dengan tugas angka), dan yang lain, gambaran visual/spasial.

Karena penggambaran proses atensi begitu menonjol dalam mengembangkan fungsi-fungsi eksekutif, eksekutif sentral dapat dikonseptualisasikan sebagai sebuah system atensi pusat. Sebagaimana anak kecil mengembangkan kemampuan mereka untuk memberikan atensi yang lebih selektif terhadap stimulus, untuk mengabaikan informasi yang tidak relevan, dan untuk mengalihkan atensi sebagai hal yang diperlukan untuk mengalami kemajuan dramatis. Sejumlah kemampuan didasari oleh munculnya fungsi eksekutif. Contohnya, ada hubungan antara memori kerja dan fungsi eksekutif, untuk itu penyimpanan materi dalam memori kerja dikonrol oleh jumlah atensi yang diberikan untuk hal tersebut. Jika perhatian mengembara kemana-mana, maka materi akan hilang. Sebagai tambahan, kemampuan untuk menghalangi respons- seperti misalnya menunggu giliranmu untuk melakukan aktivitas yang menggembirakan- juga hal pentig untuk fungsi eksekutif. Mampu untuk mencapai tujuan yang diinginkan seringkali membutuhkan kesadaran dan control dorongan, dan anak memiliki control yang baik sejalan dengan usia mereka. Terakhir menjadi mampu untuk mengalihkan atensi dengan sengaja diperlukan untuk tugas krusial –dan yang paling rumit- kemampuan mendasari fungsi eksekutif (Garon, Bryson, & Smith, 2008).

4.Merekognisi dan Mengingat

Merekognisi dan mengingat adalah jenis-jenis dari proses pemanggilan kembali. Merekognisi adalah kemampuan untuk mengidentifikasi sesuatu yang telah dihadapi sebelumnya (sebagai contoh mengambil sarung tangan yang hilang dari kotak temuan dan kehilangan). Mengingat adalah kemampuan menghasilkan ulang pengetahuan dari memori. Anak prasekolah, seperti halnya kelompok usia lain, melakukan pengenalan yang lebih baik dari pada pemanggilan kembali, tapi kedua kemampuan tersebut meningkat sejalan dengan usia. Semakin familier anak dengan sesuatu akan lebih mudah bagi mereka melakukan pemanggilan ulang.

Anak kecil seringkali gagal dalam menggunakan strategi untuk mengingat –meskipun strategi sudah mereka ketahui- kecuali diingatkan. Kecenderungan ini tidak menggenaralisasi strategi yang efisien dapat merefleksikan kurangnya kesadaran tentang bagaimana sebuah strategi akan berguna (shopian, Wood, & Vong, 1995). Anak yang lebih tua cenderung menjadi lebih efisien dalam menggunakan strategi memori yang lebih spontan).

C. PENDEKATAN VYGOTSKY

Teori Piaget merupakan teori perkembangan yang besar. Teori perkembangan lainnya yang berfokus pada kognisi anak-anak adalah teori Lev Vygosky. Seperti Piaget, Vygotsky (1896-1934) menekankan bahwa anak-anak secara aktif membangun pengetahuan dan pemahaman mereka. Dalam teori Piaget, anak-anak mengembangkan cara-cara berpikir dan pemahaman melalui tindakan dan interkasi mereka dengan dunia fisik. Dalam teori Vigotsky, anak-anak lebih sering digambarkan sebagai makhluk sosial daripada dalam teori Piaget. Mereka mengembangkan cara-cara mereka dalam berpikir dan pemahaman, terutama melalui interaksi sosial (Gauvain, 2008; Gauvain dan Parke, 2010). Perkembangan kognitif mereka bergantung pada alat yang disediakan oleh masyarakat, dan pikiran mereka dibentuk oleh konteks budaya tempat mereka tinggal(Gredler, 2008; Holzman, 2009).

1.Perkembangan Bahasa

Menurut Vigotsky anak-anak menggunakan percakapan tidak hanya untuk komunikasi sosial, tetapi juga untuk membantu dalam menyelesaikan masalah. Vigotsky (1962) lebih jauh berpendpat bahwa anak-anak menggiunakan bahasa untuk merencanakan, membimbing, dan memantau prilaku mereka. Penggunaan bahasa untuk pengaturan diri (self regulation) disebut private speech. Bagi Piaget Private Speech adalah egosentris dan tidak dewasa-tetapi bagi Vigotsky, private speech adalah merupakan perangkat pemikiran yang penting selama tahun-tahun masa kanak-kanak awal (John-Steiner, 2007).

Vigotsky menagatakan bahwa bahasa dan pemikiran awalnya berkembang secara mandiri satu sama lain dan kemudian bergabung. Ia menekankan bahwa semua fungsi mental memiliki asal-usul eksternal dan sosial. Anak-anak harus menggunakan bahasa untuk berkomunikasi dengan orang lain sebelum mereka harus fokus dengan pikiran mereka sendiri. Anak-anak yang perlu berkomunikasi secara eksternal dan menggunakan bahasa tersebut untuk jangka waktu yang panjang sebelum mereka dapat membuat transisi dari ucapan eksternal ke internal. Periode transisi tersebut terjadi di usia 3 dan 7 tahun dan melibatkan berbicara dengan diri sendiri. Setelah beberapa saat, berbicara sendiri(self talk) menjadi sifat kedua anak-anak, dan mereka dapat bertindak tanpa verbalisasi. Pada titik ini anak-anak telah menginternalisasi percakapan egosentris mereka dalam bentuk inner speech yang menjadi pemikiran mereka.

Vigotsky menyatakan bahwa anak-anak yang menggunakan banyak private speech lebih kompeten secara sosial daripada mereka yang tidak. Iaberargumen bahwa private speech mempresentasikan suatu transisi awal untuk menjadi komunikatif secara sosial. Bagi Vigotsky, ketika anak-anak berbicara pada diri sendiri, mereka menggunakan bahasa untuk mengatur prilaku mereka dan membimbing diri sendiri. Sebagai contoh, seorang anak yang mengerjakan puzzle mungkin berkata pada diri sendiri, “kepingan mana yang aku satukan terlebih dahulu?Aku akan mencoba yang hijau dulu. Sekarang aku perlu yang biru. Tidak, yang biru tidak cocok disana. Aku akan mencobanya di sini”.

Piaget berpendapat bahwa bicara sendiri bersifat egosentris dan mencerminkan ketidak matangan. Namun para peneliti telah menemukan dukungan terhadap pandangan Vigotsky bahwa private speech memainkan peran penting dalam perkembangan anak-anak (Winsler, Carlton, dan Barry, 2000). Para peneliti telah menemukan bahwa anak-anak menggunakan banyak private speech ketika tugas-tugas sulit, setelah mereka telah membuat kesalahan, dan ketika mereka tidak yakin bagaimana cara melanjutkan (Berk, 1994). Mereka juga telah mengungkapkan bahwa anak-anak yang menggunakan private speech lebih memperhatikan dan meningkatkan kinerja mereka dibandingkan anak-anak yang tidak menggunakan private speech (Berk dan Spuhl, 1995).

Anak-anak prasekolah penuh dengan pertanyaan, seperti “Berapa banyak waktu untuk tidur hingga waktu besok?” “Siapa yang mengisi sungai dengan air” dan lain sebagainya. Anak kecil tumbuh dalam fasilitas bahasa yang membantu  mereka mengekspresikan sudut pandang unik mereka tentang dunia. Antara usia 3 dan 6 tahun, anak-anak membuat kemajuan cukup pesat dalam kosakata, tata bahasa, dan sintaksis (membentuk kalimat).

a.Kosakata

Pada usia 3 tahun rata-rata anak mengetahui dan dapat menggunakan 900-1.000 kata. Di usia 6 tahun, seorang anak secara ekspresif berbicara dengan menggunakan 2.600 kata-kata serta mampu memahami lebih dari 20.000 kata. Dengan bantuan dari sakolah formal, anak yang pasif atau yang mudah menerima, kosakata yang dapat dimengerti akan meningkat empat kali lipat ke 80.000 kata saat dia masuk ke jenjang sekolah yang lebih tinggi (Owens, 1996). Pesatnya pemahaman terhadap kosakata bisa terjadi melalui pemetaan cepat, yang mengizinkan anak untuk memilih perkiran arti dari kata-kata baru setelah mendengarnya hanya dari perckapan sekali atau dua kali. Dari konteks tersebut, anak rupanya membentuk hipotesis yang cepat tentang arti dari sebuah kata yang kemudian disempurnakan dengan paparan dan penggunaannya. Banyak anak berusia 3 dan 4 tahun terlihat mampu mengatakan ketika dua kata mengacu pada objek dan tindakan yang sama (Savage & Au, 1996). Mereka juga  tahu bahwa kata sifat  yang lebih dari satu dapat  digunakan   untuk kata benda yang sama.

b.Tata Bahasa dan Sintaksis

Cara anak-anak mengombinasikan suku kata ke dalam kata, dan kata ke dalam kalimat, berkembang dengan pesat selama masa anak usia dini. Di usia 3 tahun, anak umumnya mulai menggunakan bentuk jamak, kata ganti milik, dan masa lampau serta tahu perbedaan antara aku, kamu, dan kita. Mereka dapat bertanya-dan menjawab pertanyaan apa dan di mana saja. Namun demikian, kalimat mereka biasanya pendek, sederhana, dan berupa pernyataan. Mereka sering kali menghilangkan aritkel, seperti si dan tersebut, tapi memasukkan beberapa kata ganti, kata sifat, dan kata depan. Antara usia 4 hingga 5 tahun, kalimatnya sekitar 4 sampai 5 kata dan berupa pernyataan negatif, introgatif, dan perintah. Di usia 5-7 tahun, perkataan anak-anak terdengar seperti orang dewasa berbicara. Mereka bicara dalam kalimat yang panjang dan lebih kompleks. Mereka menggunakan kata hubung, kata depan, dan artikel. Mereka menggunakan kalimat yang dicampur dan kompleks serta dapat mengatasi bagian bicara. Akan tetapi, meskipun anak-anak dalam usia ini berbicara jelas dan komprehensif dan sesuai tata bahasa, mereka belum menguasai beberapa hal penting dari bahasa, seperti meggunakan kalimat pasif, kalimat kondisional, atau menggunakan kata bantu pernah.

c.Pragmatik dan Bicara Sosial

Sebagai anak yang mempelajari kosakata, tata bahasa dan bentuk-bentuk kata, mereka menjadi kompeten dalam pragmatik-pengetahuan bagaimana menggunakan bahasa untuk berkomunikasi. Termasuk mengetahui bagaimana bertanya tentang sesuatu, mengatakan sebuah cerita, bahan candaan, memulai dan melanjutkan sebuah percakapan, dan bagaimana memberikan komentar pada prespektif pendengar. Semua aspek  tersebut merupakan bicara sosial(bicara yang memiliki tujuan untuk bisa dipahami oleh pendengar. Mayoritas anak usia 3 tahun sangat suka bicara dan memperhatikan dampak kata-kata mereka terhadap orang lain. Anak usia 4 tahun, terlebih perempuan menyederhanakan bahasa mereka dan menggunakan daftar kata-kata ketika berbicara dengan anak usia 2 tahun(Owens, 1996; Shatz & Gelman, 1973). Kebanyakan anak usia 5 tahun dapat mengadaptasi apa yang mereka katakan pada apa yang diketahui pendengarnya. Mereka sekarang dapat menggunakan kata-kata untuk menyelesaikan perselisihan dan mereka menggunakan bahasa yang lebih sopan serta mengurangi perintah langsung ketika berbicara dengan orang dewasa dibanding dengan anak lain. Anak yang berusia hampir 5 tahun bisa bertahan pada topik percakapan yang diulang berkali-kali jika memerdulikannya.

d.Percakapan Sendiri

Percakapan sendiri(bicara dengan keras pada diri sendiri tanpa bermaksud berbicara dengan orang lain) adalah hal normal dan biasa terjadi pada masa anak-anak. Piaget melihat percakapan pada diri sendiri sebagai tanda ketidakmatangan kognitif. Karena anak kecil egosentris. Sedangkan Vigotsky tidak melihat bicara dengan diri sendiri sebagai sifat egosentris. Dia melihat bentuk-bentuk komunikasi khusus bicara dengan diri sendiri.

Vigotsky mengusulkan bahwa bicara pada diri sendiri meningkat semasa prasekolah dan kemudian hilang selama masa pertengahan anak-anak karena anak menjadi lebih mampu mengurus dan menguasai tindakan mereka. Bagaimanapun, polanya muuncul saat ini terlihat lebih kompleks. Oleh karena Vigotsky mempertimbangkan kebutuhan percakapan dengan diri sendiri sebagai tingkat universal pada perkembangan kognitif.

e.Perkembangan Bahasa yang Terlambat

Fakta bahwa Albert Einstein bisa bicara hingga umur antara 2-3 tahun(Isaacson, 2007) memberikan semangat pada orang tua anak lain yang perkembangan bahasanya lambat dibanding yang lain. Sekitar 5-8 % anak prasekolah menunjukkan perkembangan bahasa dan bicara yang lambat. (U.S. Preventive Services Task Force, 2006). Hal ini belum membuktikan secara jelas mengapa beberapa anak terlambat bicara. Mereka tidak perlu kehilanga input linguistik ketika di rumah. Masalah pendengaran, abnormalitas pada wajah dan kepala mungkin berasosiasi dengan keterlambatan bahasa dan bicara, seperti kelahiran prematur, saejarah keluarga, faktor sosial ekomoni, dan keterlambatan perkembangan yang lain( Dale dkk., 1998; U.S. Preventive Services Task Force, 2006).

Banyak anak-anak yang terlambat berbicara-khususnya yang pemahamannya normal bisa jadi dapat menagkap maksudnya. Bagaimanapuu, beberapaanak dengan dengan keterlambatan berbahasa, jika tidak ditangani, akan mengalami konsekuensi perkembangan kognitif, sosial, dan eamosioonal yang lama. (U.S. Preventive Services Task Force, 2006).

2.Pendidikan Anak Usia Dini

Pergi ke prasekolah merupakan langkah penting, memperluas lingkungan fisik, kognitif, dan sosial anak. Masa peralihat pada anak-anak TK, mamulai sekolah yang sebenarnya adalh langkah penting lainnya.

Apakah tujuan pelaksanaan pendidikan anak usia dini dan bagaimana anak melewati masa transisi ke taman kanak-kanak?

·Tujuan pendidikan prasekolah berbeda ditiap budaya.

·isi program akademis dari pendidikan usia dini di Amerika serikat meningkat, tetapi beragam studi mendukung pendekatan yang berpusat pada anak.

·program konpensasi prasekolah teah memiliki hasil yang positif dan performa partisipan mendekati norma nasional. kompensasi program yang sejak dini mungkin memiliki hasil yang lebih baik.

·Banyak anak saat ini mengikuti taman kanak-kanak sehari penuh. keberhasilan di taman kanak-kanak sangat tergantuk pada penyesuaian emosional dan persiapan pra-TK.

a.Intelegensi Serta Keberhasilan di Sekolah

Ada beberapa pendapat ilmuan psikologi terkait dengan ontologi dari Intelegensi. Ada yang mengatakan bahwa intelegensi adalah dianggap sebagai suatu suatu norma yang ditentukan secara statistik. Dan ada pula yang menagatakan bahwa intelegensi adalah apapun yang diukur oleh suatu tes intelegensi. Dan adapun Wechsler mengemukakan opininya bahwa definisi intelegensi adalah suatu kecakapan global atau rangkuman kecakapan seseorang untuk dapat bertindak secara terarah, berpikir secara baik dan bergaul dengan lingkungan secara efisien.

Terkait dengan pembahasan intelegensi, sejak beberapa lama adalah lazim untuk membicarakan mengenai “underchiever” dalam bidang psikologi. Underchiever menunjuk pada seseorang yang memperoleh prestasi di bawah kemapuan yang ia miliki. Di negara Belanda dan  negara- negara lain dikemukakan bahwa kurang lebih 30 % dari anak sekolah dasar maupun sekolah menengah adalah underchiever, disebabkan oleh masalah sosial dan emosional.

Mencapai prestasi yang lebih rendah yang tidak disebabkan oleh faktor intelektual, sekarang banyak dianggap disebabkan oleh apa yang disebut ketakutan akan gagal (Hermans, 1971). Hermans mengemukakan bahwa ketakutan akan gagal murid zaman sekarang mungkin berhubungan dengan situasi pengajaran, tetapi juga dengan situasi hidup keseluruhan. Keduanya tidak mempunyai kejelasan dan struktur bagi anak. Makin lama makin sukar untuk mengerti kemampuan sendiri dalam hubungan pengajaran dan pendidikan. Hal ini sebagian disebabkan karena murid makiin dihadapkan dengan kemungkinan pilihan yang lebih banyak di dalam maupun di luar situasi pengajaran. Ketakutan untuk gagal ini disebabkan oleh keraguan total, yang menyebabkan kapasitas intelektual tidak sepenuhnya dapat bekerja.

Menurut observasi Haditiono maka masalah underchiever di indonesia disebabkan oleh suatu kombinasi faktor  yang banyak, diantaranya :

1.Kurangnya fasilitas belajar dalam arti luas di sekolah, terutama di pelosok-pelosok, maupun di rumah.

2.Kurangnya stimulasi mental orang tua di rumah.

3.Keadaan gizi yang bila mana dapat dicapai tingkat yang lebih tinggi  maka secara fisik anak lebih mampu untuk menggunakan kapsitas otaknya lebih baik.

b.Anak-anak dengan Kecerdasan Tinggi

Pengertian cerdas tinggi merupakan pengertian yang sensitif dan bahkan dapat dianggap sebagai pengertian yang diskriminatif terhadap mereka yang tidak tergolong cerdas tinggi. Dan ini akan menimbulkan pengertian yang elit dan kelas yang istimewa. Namun kenyataannya memang ada yang berbeda diantara orang yang satu dengan orang yang lain, tidak hanya dalam warna kulit atau panjang badan melainkan juga kemampuan kognitif, sosial, kreativitas, atau motorik. Mengandung pengertian bahwa harus ada kesempatan yang sama bagi semua anak, yang diinterpretasi salah sebagai pengertian bahwa semua anak adalah sama, menyebabkan dan usaha pendidikan paling akhir dicurahkan bagi anak-anak yang mempunyai kecerdasan yang tinggi.

Pengertian mengenai anak berbakat tidak hanya mengalamiproses perkembangan tetapi pada dewasa inipun masih banyak simpang-siur mengenai pengertian itu. Sementara sebagian orang mengartikan potensi yang istimewa. Misalnya integrasi yang sangat tinggi, sebagian cerdas tinggi, sedangkan sebagian orang lain lagi baru menganggapnya sebagian cerdas tinggi bila betul-betul nampak ada prestasi yang istimewa.

Pergi ke prasekolah merupakan langkah penting meperluas lingkungan fisik, kognitif, dan sosial anak. Masa peralihan pada anak-anak TK, Memulai sekolah yayng sebenarnya adalah langkah penting lainnya. Ada dua masa peralihan, diantaranya :

c.Tipe-tipe pra sekolah

Prasekolah memiliki beragam tujuan dan kurikulum. Beberapa program menekankan pencapaian akademis, dan yang lainnya fokus kepada perkembangan sosial dan emosi. Di beberapa negara seperti China, prasekolah memberikan persiapan akademis melangkah ke sekolah. Di sisi yang berlawanan, banyak prasekolah di Amerika Serikat telah mengikuti kemajuan filosofi terpusat pada anak yang menekankan pertumbuhan sosial dan emosional sejalan dengan kebutuhan perkembangan anak kecil. Dua dari program yang paling berpengaruh, Montessori dan Reggio Emilina, memiliki filosofi yang sama.

1)Metode Montessori

Sebagai seorang dokter perempuan pertama di Italia, Maria Montessori mendedikasikan dirinya untuk menemukan   metode yang baru dan lebih baik untuuk mendidik anak-anak berpendidikan khusus. Metode Montessori didasrkan pada keyakinan bahwa intealegensi alami anak  termasuk di dalamnya aspek rasionalitas, spiritual, dan aspek empiris. Montessori menekankan pentingnya anak belajar secara mandiri dengan kecepatan mereka, sebagaimana mereka bekerja dengan mengemmbangkan materi yang sesuai dan tugas-tugas yang dipilihnya sendiri. Anak-anak dikumpulkan ke dalam kelas beragam usia”infancy hingga usia 3 tahun”penyerapan ketidaksadaran pikiran” dan usia 3-6 tahun”penyerapan pikiran kesadaran”. Guru-guru melayani layaknya sebagai pembimbing, dan anak-anak yang lebih tua membantu ynag lebih muda. Kurikulkum itu sendiri bersifat individual, tapi ruang lingkupnya jelas ditentukan dan memberikan serangkaian kegiatan yang jelas. Guru menyelesaikan lingkungan produktivitas yang tenang dan kelas-kelasnya diatur menjadi lingkungan yang menyenangkan.

Pendekatan Mostessori terbukti efektif. Sebuah evaluasi dari pendidikan Mostessori di Milwaukee menemukan bahwa siswa Mostessori yang berusia 5 tahun memiliki persiapan yang lebih baik untuk masuk SD dalam membaca dan matematika daripada yang mengikuti tipe prasekolah lain(Lillard & Else- Quest, 2006).

2)Pendekatan Regio Emilia

Reggio Emilia memiliki model yang kurang formal daripada Montessori. Guru mengikuti ketertarikan anak-anak dan mendukung mereka dalam mengeksplorasi dan menyelidiki ide dan perasaan lewat kata-kata, gerakan, permainan dramatis, dan musik. Pembelajaran merupakan tujuan penting, tetapi tidak terlalu didefinisikan dibandingkan kurikulkum Montessori. Guru bertanya apa yang mendorong ide anak-anak keluar kemudian menciptakan rencana yang fleksibel untuk mengeksploarsi ide-ide tersebut dengan anak-anak. Ruang kelas dibentuk sedemikian hati-hati unutk memberikan kompleksitas, indah, terorganisasi, dan rasa kesejahteraan(Ceppi & Zini, 1998).

d.Anakdi Taman kanak-kanak

Taman kanak-kanak awalnya adalah satu tahun transisi antara kebebasan yang relatif di rumah dengan struktur dari “sekolah sesungguhnya”, tapi di Amerika Serikat saat ini taman kanak-kanak lebih menyerupai sekolah dasar.  Anak-anak menghabiskan waktu dengan memilih aktivitasnya sendiri dan mengerjakan tugas-tugasnya serta membaca. Meskipun beberapa negara tidak mengharuskan program taman kanak-kanak atau kehadiran di taman kanak-kanak, hampir semua anak usia 5 tahun memasuki taman kanak-kanak. Sejak tahun 1970, jumlah taman kanak-kanak yang menghabiskan waktu seharian di sekolah meningkat, dibandingkan taman kanak-kanak biasa yang hanya setengah hari. Pendorong tren ini adalah meningkatnya jumlah orang tua tunggal dan rumah tangga yang berpendapatan dari 2 orang. Sebagai tambahan, sejumlah besar anak telah memiliki penagalaman prasekolah, praprogram TK, atau tempat perawatan anak-anak sehari penuh yang telah siap untuk kurikulum taman kanak-kanak yang ketat.

Emosional dan penyesuaian sosial juga memiliki dampak pada kesiapan untuk taman kanak-kanak dan merupakan prediksi kuat pada kesuksesan sekolah. Yang lebihn penting dari mengetahui tentang alfabet atau mampu menghitung hingga 20, gurutaman kanak-kanak mengatakan, adalah kemampuan untuk tetap duduk, mengikuti inistruksi, menunggu giliran dan menunggu giliran pembelajaran sendiri. Ada perbedaan indiivdual dalam kemampuan anak untuk mengatur diri, tapi lingkungan dapat mendorong dan menghalangi aktivitas pengaturan diri, menyatakan pentingnya pengelolahan kelas dalam pencapaian akademis(Rimm-Kaufman, Curby, Grimm, Nathansan, & Brock, 2009).

Penyesuaian diri untuk anak taman kanak-kanak dapat dihilangkan dengan memungkinkan anak prasekolah dan orang tua  berkunjung sebelum anak memulai sekolahnya, memperpendek waktu sekolah di awal masuk, kunjungan guru ke rumah, mengadakan sesi oreantasi orang tua, serta tetap memberikan informasi yang terjadi di sekolah(Schulting, Malone, & Dodge, 2005).

Berkembangnya kemampuan fisik dan kognitif di masa anak usia di ni berdampak pada pembentukan citra diri anak, penyesuaian emosional, dan bagaimana mereka nyaman di rumah serta dengan teman-temannya.

BAB II

PENUTUP

A. Kesimpulan

1.Kognitif adalah salah satu ranah dalam taksonomi pendidikan. Secara umum kognitif diartikan potensi intelektual yang terdiri dari tahapan: pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehention), penerapan (aplication), analisa (analysis), sintesa (sinthesis), evaluasi (evaluation). Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak).Seiring dengan masuknya anak ke sekolah dasar, maka kemampuan kognitifnya turut mengalami perkembangan yang pesat.

2.Jean Piaget menggambarkan masa kanak-kanak awal sebagai tahap praoperasional (preoperational stage) yaitu, mengenai kemajuan pemikiran seorang anak terhadappenggunaan pemikiran simbolis, empati, pemahaman terhadap angka,pemahaman sebab akibat, tetapi masih belum dapat menggunakan logika.ketidak matangan pemikiran anak,Proses dasar dan kapasitas,  dan merekognisi dalam pengingatan.

3.Gambaran dari pandangan Vygotsky terhadap perkembangan Kognitif pada Perkembangan masa anak-anak awal yaitu meliputi perkembangan bahasa dan pendidikan bagi usia dini.

B. Saran

Khilaf adalah memang hal yang paling lumrah dan sering kita temui dalam diri seseorang, maka dari itu jika ditemukan kesalahan dan kekhilafan dalam penulisan makalah ini mohon dimaklumi, terim kasih.

DAFTAR PUSTAKA

Desmita,2010. Psikologi Perkembangan, Bandung: Remaja Rosdakarya,

Dianne E. Papalia, 2014.Menyelami Perkembangan Manusia, Jakarta selatan: Salemba Humanika

F.J. Monks-A.M, P. Knoers dan Siti Rahayu Hadinoto, 2014.Psikologi Perkembangan Pengantar dalam Berbagai Bagiannya, Yogjakarta: Gajah Mada University Press.

Jhon W.Santrock, 2011.Masa perkembangan anak, Jakarta: Salemba Humaika.

Desmita, Psikologi Perkembangan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010) hlm.156.

Dianne E. Papalia, Menyelami Perkembangan Manusia,(Jakarta selatan: Salemba Humanika,2014),hlm.244.

Dianne E. Papalia,loc,cit,hlm.250

Ibid, hlm 258

Jhon W.Santrock, Masa perkembangan anak,(Jakarta : Salemba Humaika,2011) hlm 49

Ibid, hlm 50

Ibid, hlm 259

Ibid, hlm 269

Ibid, hlm 260

Dianne E. Papalia,op,cit.hlm. 264

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun