Mohon tunggu...
Ahmed Tsar Blenzinky
Ahmed Tsar Blenzinky Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Blogger | Content Creator | Sagitarius

Co-Founder BRid (Blogger Reporter Indonesia) | Sekarang Lebih Aktif di https://ahmedtsar.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Politik

Demokrasi Paternalistik Vs Demokrasi Kartel

23 Juli 2011   04:51 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:27 824
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1311396591656388997

Ilustrasi (id-id.facebook.com)

Nyanyian baru Nazaruddin melalui Skype dan dia terus membombardir tuduhan-tuduhan ke Anas, memunculkan beberapa skenario analisis. Dua skenario analisis ini sama-sama berangkat dari asumsi: ada pertarungan besar antara demokrasi kartel (perkawanan) VS demokrasi paternalistik (bisa juga dibaca: patriarkhi) saat ini. Demokrasi kartel diwakili oleh HMI Bersama ITB Connection. Sedangkan demokrasi paternalistik diwakili oleh Partai Demokrat.

Banyak Partai, Satu Kontrol

Pada awalnya di rezim Orde Baru hanya berkembang demokrasi paternalistik. Demokrasi paternalistik mengandaikan cara berdemokrasi yang masih terpusat pada satu figur sentral.(pernah saya bahas di sini). Cara demokrasi inilah yang dilakukan oleh presiden ke dua kita (baik pada partainya maupun pada negaranya). Singkat kalimat, demokrasi paternalistik hanya tahan uji selama 32 tahun.

Setelah reformasi, muncullah cara berdemokrasi perkawanan atau kartel. Cara baru ni ada karena untuk menyesuaikan iklim politik reformasi yang menumbuhkan banyak partai. Apa itu demokrasi kartel? Demokrasi perkawanan mencerminkan suatu sistem demokrasi yang dikontrol oleh sekelompok orang dalam memproduksi dan mendistribusi kekuasaan. Pertanyaan kemudian yang perlu dijawab adalah siapa sekelompok orang yang mengontrol demokrasi perkawanan di era reformasi ini? Kalimat kuncinya ada dua. Pertama, sekelompok orang yang berpengalaman politik praktis di rezim Orde Baru. Kedua, sekelompok orang yang ingin mempertahankan eksitensi rezim orde baru.

Di sinilah menarik menghadirkan apa yang dikatakan Indrajit (waktu itu beliau adalah Direktur Eksekutif Global Features Institutes) di Radio El-Shintha pada waktu terpilihnya Anas sebagai Ketua Umum Partai Demokrat (Senin, 24 Mei 2010). Analisisnya adalah Anas termasuk pelaku demokrasi perkawanan yang diikontrol dua jejaring. Yakni, jejaring ITB yang dimiliki Ginandjar Kartasasmita dan jejaring HMI yang dikomandoi oleh Akbar Tanjung. Inilah mereka sekelompok orang yang saat ini mengontrol demokrasi perkawanan di sebagian besar partai.

Demokrat: SBY Sebagai Figur Sentral

Namun ternyata demokrasi paternalistik setelah era reformasi masih efektif di sebagian kecil partai. Di antaranya yang tersisa adalah Partai Demokrat. Sebenarnya waktu awal reformasi, masih ada beberapa partai yang berbasis demokrasi paternalistik seperti PKB Gus Dur, PDI Perjuangan Megawati dan PAN Amien Rais. Namun basis demokrasi paternalistik tiga partai itu diobrak-abrik oleh mereka sekelompok kartel politik. Sehingga, ada yang terpecah belah dan ada pula yang karisma figur sentral redup perlahan-lahan lalu hilang sama sekali.

Padahal kalau ditelusuri lebih lanjut, basis demokrasi paternalistik masih sangat dipercaya oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Oleh karena itulah, kehadiran partai Demokrat dengan figur sentralnya SBY sangat tepat momentum dengan kepercayaan rakyat pada waktu itu. (perhatikan, ini hanya terjadi pada waktu pemilu 2004. untuk pemilu 2009, tangan-tangan kartel politik turut menyumbang kemenangan partai Demokrat).

Tumbal Politik Atau Penyusup

Pertanyaannya kemudian: mengapa Anas (sebagai pelaku demokrasi kartel) bisa terpilih sebagai Ketua Umum partai Demokrat (partai yang menerapkan demokrasi paternalistik)? Ada beberapa kemungkinan jawaban. Pertama, Anas sangat berjasa terhadap kemenangan partai Demokrat di pemilu 2009 sehingga dia dimasukkan ke dalam partai. Jasanya adalah ketika dia masih menjadi anggota KPU bersama Andi Nurpatti (masih ingat dengan kasus teknologi informasi KPU?). kalau misal kemungkinan ini diambil sebagai jawaban, maka mereka yang menyebut sebagai kartel politik seakan kebakaran jenggot karena kader terbaiknya (Anas) diambil oleh partai Demokrat. Artinya apa? Mereka para anggota kartel politik akan melakukan revenge terhadap Anas sebagai tumbal politik ataupun partai Demokrat. Dan itu terbukti saat ini dengan adanya kasus Nazaruddin “bernyanyi”.

Kedua, Anas memang sengaja disusupkan oleh mereka para anggota kartel politik ke dalam partai Demokrat. untuk melakukan pembusukan dari dalam.  Modus operandinya sama dengan bagaimana para pelaku kartel politik mengobrak-abrik basis demokrasi paternalistik PKB, PDI-Perjuangan dan PAN waktu itu. Dan itu terbukti juga dengan adanya kasus Nazaruddin “bernyanyi”. Kharisma figur sentral SBY lama-lama sirna di mata sebagian kadernya di partai dan sebagian besar masyarakat.

Skenario Terakhir

Ada skenario terakhir. Yakni, partai Demokrat memang sedang melakukan bersih-bersih untuk kepentingan pencitraan kembali. Tujuannya pemilu 2014. apa atau siapa yang dibersihkan? Mereka yang dibersihkan adalah sekelompok kader partai yang nantinya akan mengganggu pencitraan kembali partai Demokrat. Di sinilah Anas, Nazaruddin dan Andi Nurpatti (serta masih banyak lagi kader partai) yang akan dibersihkan. Mereka yang dibersihkan awalnya (pada pemilu 2009) sangat berjasa (termasuk dalam melakukan hal apapun) untuk memenangkan partai Demokrat. Namun, karena mereka melakukan hal apapun (termasuk hal yang melanggar hukum) maka konsekuensi logisnya adalah dibuang dari partai. Namun skenario ini resikonya tinggi. Buktinya Nazaruddin “bernyanyi” membeberkan apapun. Itu baru Nazaruddin, bagaimana jika Anas dan Andi Nurpatti juga ikut “bernyanyi”?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun