Senin, 24 Oktober 2011, Hotel Sahid Jakarta jadi sebuah ajang tumpah ruah para ideolog muda -yang ngakunya masih muda, berpesta demokrasi. wadahnya bernama KNPI, Komite Nasional Pemuda Indonesia. Youth Committee; keren tapi isinya nol besar.
mengapa nol? karena dari dulu -jamannya nenek moyang bernama Presiden Soeharto masih ada, hingga sekarang isinya KNPI ya itu-itu saja, ajang lompat batu bagi mereka yang mencoba peruntungan menjadi politisi muda Indonesia yang agak mandul dalam karya.
Sangat logis ketika di KNPI banyak kepentingan baik itu individu, organisasi, golongan bahkan sampai politik. Adanya anggapan KNPI sebagai “batu loncatan” untuk berkarier politik bisa kita ketahui karena baik alumni organisasi kepemudaan (Cipayung Club terutama) dan atau yang masih aktif sebagai pengurus KNPI pun banyak yang duduk di lesgislatif, eksekutif, masuk stuktur pengurus partai politik sampai menjadi pengurus organisasi “sayap” partai politik (http://akhirudins.blogspot.com)
menilik dari sejarah kelahirannya, KNPI merupakan sebuah wadah berhimpun dari sedikitnya 70 organisasi kepemudaan (OKP) yang dari tahun ketahun selalu bertambah anggotaannya. dengan banyaknya 'warna' dalam KNPI, sesungguhnya KNPI adalah cerminan keanekaragaman yang ada di dalam NKRI. Hal ini yang kemudian menjadi alasan pembenaran jika nyatanya kemudian KNPI disebut Miniatur Indonesia. Karena Indonesia erat dengan Bhineka Tunggal Ika, seharusnyalah kader-kadernya serta alumni KNPI mampu menjadi kader-kader yang berwawasan Kebangsaan bukan berpandangan sempit. Masuk dan menjadi pengurus di KNPI itu adalah harus siap berbeda.
Kenyataannya bertolak belakang dari idealnya sebuah harapan. Dalam setiap ajang forum Konferensi atau Ajang pemilihan Ketua / Formatur KNPI, kerap terlihat kader KNPI yang belum siap untuk berbeda pandangan. Konflik kepentingan diantara orang-orang muda saat ini masih nampak sebagai bentuk sikap pragmatisme politik yang sasarannya hanya kepentingan jangka pendek.
Hal yang nyata terjadi adalah dikala Kongres ke XII KNPI digelar di dua tempat, yakni di Ancol dan Bali. Kongres di Ancol, Jakarta yang digelar 25-28 Oktober 2008 lalu memilih Ahmad Dolli Kurnia sebagai ketua umum. Kubu Ancol kini yang menduduki kantor DPP KNPI, di Jalan Rasuna Said, Kuningan, Jakarta untuk menjalankan roda organisasi mereka. Sementara kongres Bali yang digelar tanggal 28 0ktober-2 November menetapkan Azis Syamsudin sebagai nakhoda baru untuk memimpin KNPI.
kembali ke Senin yang tidak begitu cerah di Jakarta, di kala roda-roda berputar dengan segala bentuk kebisingan dan tumpah ruah aktifitas rutin khas Jakarta; sebuah keinginan (lama) kembali diujikan di tubuh KNPI; Rotasi kepemimpinan, untuk KNPI yang lebih aktif, produktif, dan transformatif dalam merespon segala bentuk perubahan jaman. Tidak dengan Kata-kata, tidak dengan kalimat hanya bermodalkan rupiah pengganti suara, tetapi dengan Semangat Perubahan dan Pembelajaran, bahwa KNPI adalah benar-benar sebuah Bahtera yang mampu mengantar Indonesia, serta para pemudanya untuk lebih berkarya, tidak dengan POLITISI dan JUALAN SUARA, tetapi dengan tekad Berkarya secara kreatif bagi Bangsa.
Semoga di Minggu ini Kongres ini akan menjadi Berkah. AMin