Salah satu lembaga kemahasiswaan BEM FKIP UNISMUH Makassar menggelar lomba Orasi Ilmiah yang bertemakan: Kondisi Mahasiswa dan Perguruan Tinggi, pada tanggal 28/12/16 di pelataran menara Iqra UNISMUH Makassar.
Salah satu peserta dari lomba Orasi Ilmiah atas nama Agussalim Paradeden dari Jurusan Pendidikan Seni Rupa UNISMUH Makassar mengangkat sebuah konsep tentang kondisi mahasiswa dan perguruan tinggi yang sangat menarik untuk di simak dan kemudian di ambil pelajaran. Sebelum naik di atas panggung beliau sempat mengatakan bahwa dirinya belum sempat mempersiapkan konsep yang menarik akan tetapi konsep yang dihadirkan itu berdasarkan pengalaman beliau, harapan beliau juga apa yang disampaikan dapat bermanfaat bagi mahasiswa maupun perguruan tinggi. adapun isi dari orasi ilmiah beliau adalah sbb:
Mahasiswa Makassar dan tawuran adalah sebuah ironi sekaligus identik, ia ironi karena sebagaimana kita ketahui bahwa mahasiswa adalah orang  terpelajar yang kemudian juga memiliki gelar sebagai manusia yang mempunyai kecerdasan intelektual yang tinggi di bandingkan dengan Hewan. Peran mahasiswa juga mendukung atas pencitraanya sebagai orang yang berintelektual yaitu sebagai agen perubahan, mahasiswa dituntut membawa perubahan yang bermanfaat bagi masyarakat. dengan adanya perubahan ini maka masyarakat tidak akan terjebak dalam kondisi statis, pertanyaan selanjutnya mahasiswa membawa perubahan ataukah mahasiswa dibawa oleh perubahan?
Peran mahasiswa yang kedua adala sebagai iron stock, mahasiswa merupakan persediaan untuk sebuah kelanjutan hidup masyarakat, dimana kesediaan ini dimanfaatkan mahasiswa sesuai dengan keahlian bidang yang digeluti, dengan ini diharapkan adanya keteraturan dalam kehidupan masyarakat. kemudian peran mahasiswa yang terakhir adalah moral force, Mahasiswa diharapkan mampu menjadi contoh maupun teladan bagi masyarakat berkaitan dengan moral dan akhlak yang dimilikinya. sehingga moral bangsapun akan menjadi lebih baik.
Tetapi yang menjadi kenyataan saat ini aktor utama dari tawuran adalah mahasiswa yang kita sebut saja sebagai "bandit kampus," bandit kampus ini bergenerasi dari waktu ke waktu, mereka memiliki komunitas yang kuat dan solid meski tidak terang benderang. di kampus kerja mereka adalah minum-minuman keras dan memalak mahasiswa lain terutama mahasiswa baru. Bandit kampus sebagai pembuat ricuh tidak hanya berperan besar terhadap peristiwa tawuran, tetapi juga di dalam gerakan kemahasiswaan.Â
Pimpinan mahasiswa yang masih waras dan rajin membaca buku tentu tidak akan memberikan intruksi antipatik seperti menutup jalan protokol, merusak fasilitas umum, apalagi membakar pos polisi, kalau ada pimpinan mahasiswa yang memerintahkan hal-hal buruk semacam itu maka sudah bisa dipastikan bahwa yang bersangkutan merupakan bagian dari pada bandit kampus yang berhasil menduduki jabatan penting dalam lembaga kemahasiswaan tentu dengan cara-cara kekerasan dan intimidatif.
Hal semacam ini tidak terlepas dari peran perguruan tinggi yang kita kenal dengan Tridarma perguruan tinggi, yang pertama pendidikan dan pengajaran, kedua penelitian dan pengembangan dan terakhir adalah pengabdian masyarakat, yang kemudian menjadi tendensi mahasiswa untuk maju dan berinovasi terhadap tantangan zaman. Tetapi yang menjadi realitas saat ini peran Tridarma perguruan tinggi tidak sesuai dengan harapan, hanya sebagian mahasiswa saja yang sadar akan hal itu. Menurut pandangan saya, kita tidak bisa salahkan mahasiswa jika ada peristiwa yang tidak sesuai dengan harapan.
Jika kita telusuri, ternyata semua itu tidak terlepas dari peran penasehat akademik yang lebih dekat dengan mahasiswa. Kurangnya peran penasehat akademik dalam memaksimalkan kinerjannya akan menjadi awal dari pada potensi tawuran. tentu saja jumlah mahasiswa sebenarnya musti proporsional dengan jumlah dosen, terutama dosen penasehat akademik. selama ini dosen PA terlalu banyak menangani mahasiswa, sehingga fungsinya tidak ideal. kecuali hanya menandatangani KRS saja, gaji dosen yang tidak seberapa apalagi dosen perguruan tinggi swasta membuat banyak dosen memanfaatkan waktu luangnya mengajar di tempat-tempat lain ataupun mengejar proyek. Alih-alih meluangkan waktu untuk menasehati ataupun membimbing mahasiswa. Lebih parahnnya lagi adalah dosen yang menjual buku, yang kemudian harga buku itu tidak sesuai dengan isi dari pada buku tersebut. jika mahasiswa tidak membeli buku yang dijualnnya tidak sedikt dari dosen yang mengancam memberikan nilai eror kepada mahasiswa.. sangat memalukan. !!!
Oleh sebab itu kita sebagai mahasiswa harus selalu bersikap kritis terhadap kondisi yang terjadi sebagaimana kita ketahui bahwa mahasiswa adalah orang terpelajar yang mampu menganalisis dan mampu membaca segala perubahan yang terjadi dilingkungan sekitar. Juga kepada pihak perguruan tinggi harus menekankan aspek konsientitasi dalam pendidikan, pertimbanganya dalah pendidikan ini menekankan tumbuhnya kesadaran kritis mahasiswa dalam rangka membangun sikap kritis dan kreatif, bukan sikap apatis.! Kritis dalam arti mampu melihat persoalan pokok dalam masyarakatnya dan kreatif dalam arti sanggup menciptakan terobosan penting dalam menjawab berbagai persoalan yang dihadapi baik lingkungan perguruan tinggi maupun masyarakat sekitar. Wassalam...
by: Agussalim Paradeden
Â