'Greedy' atau serakah merupakan salah satu hal yang dipunyai manusia. Saya mengatakan salah satu hal dan tidak mengelompokkan dalam 'sifat' manusia, karena bagi saya sifat manusia hanyalah 'kasih sayang'. Kemudian sifat kasih sayang tersebut tertutup oleh ego-ego yang dilahirkan pikiran dan salah satunya adalah 'greedy'.
Keserakahan inilah yang kemudian juga melahirkan agama, atau tepatnya kelompok agama (saya tuliskan lengkap jenis-jenis agama dalam buku Kitab Yang Hilang). Salah satu yang mengelompokkan menjadi orang dengan keinginan yang sama adalah 'keserakahan'. Keserakahan ini kemudian membentuk ritual-ritual, permohonan dan imajinasi tentang hal-hal yang ingin ia dapatkan di muka bumi ini namun tidak didapatkannya dan kemudian ia berharap dapat merasakannya di kehidupan setelah kematian.
Kadang, salah satu bentuk keserahakan disembunyikan dalam istilah 'keberlimpahan' atau 'rejeki'. Keserakahan itu pula yang menyusup sangat lembut sehingga manusia merasa mengetahui konsep keberlimpahan Tuhan. Dan konsep tersebut bukan untuk merayakan keberlimpahan, namun untuk menarik keberlimpahan-keberlimpahan lainnya.
Bila Anda tidak serakah, maka saat ini dengan kondisi apapun juga (keberlimpahan = menerima kondisi saat ini sebagai perayaan) Anda dapat merayakan hidup Anda tanpa ingin mendatangkan keberlimpahan yang lebih. Namun apa yang terjadi? Konsep-konsep mengusung keberlimpahan dan rejeki dibuat dengan iming-iming untuk mendatangkan keberlimpahan yang lebih, untuk mendatangkan rejeki yang berlimpah.
Anda tidak sadar sedang didorong rasa serakah Anda dengan kalimat seperti ini:
"Buatlah orang lain sukses agar Anda menjadi lebih sukses. Berikan rejeki kepada orang lain agar rejeki Anda semakin banyak. Semakin banyak yang Anda berikan maka akan semakin banyak yang Anda dapatkan." Rasa serakah itu adalah ingin mendapatkan hal lebih dari sekarang yang dapat dinikmati dan dirayakan.
Seorang guru yang dilihat dengan mudah dapat mendapat rejeki dan hidupnya diliputi keberlimpahan ditanya oleh muridnya:
"Guru, apakah rejeki yang mengalir ke guru karena guru sering memberi rejeki kepada orang lain?"
"Saya tidak tahu," jawab gurunya.
"Guru, apakah keberlimpahan yang guru alami ini karena guru sering memberikan keberlimpahan kepada banyak orang?"
"Saya tidak tahu."