Mohon tunggu...
Agoes Soeriadi
Agoes Soeriadi Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Hidup menumpang didunia. Mencoba perbaiki kesalahan dan bekerja lebih baik dari sebelumnya

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Penduduk Indonesia Minoritas Muslim?

14 Agustus 2014   01:19 Diperbarui: 18 Juni 2015   03:37 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Mungkin judul saya di atas akan banyak di sanggah atau di protes banyak orang. Baik dikritik secara baik baik atau bahkan hujatan mengarah kepada caci maki. Seperti saya bilang saya tidak akan pernah mendebat mereka yang berkomentar khususnya berkomentar dengan tidak santun. Kembali ke bahasan utama mengapa saya mengambil judul seperti itu.

Ada banyak hal yang membuat saya bertanya-tanya kondisi umat Islam pada bangsa ini. Umat Islam yang saya pahami yang ada pada bangsa ini adalah umat Islam yang terombang ambing tidak jelas mengarah kemana. Mereka dengan mudahnya ikut dalam kemana arah permainan politik dibawa. Termasuk menjadi pengekor Amerika Serikat pun mereka ikut. Itulah yang saya rasakan saat ini dimana umat Islam kehilangan kesadaran akan masa depan dirinya sendiri dalam ranah keagamaan.

Semua orang tau memang penduduk muslim di Indonesia adalah mayoritas akan tetapi terbagi-bagi dalam berbagai kelompok pemahaman. Mereka berjalan sendiri-sendiri seolah tidak ada kesatuan sehingga mereka serta merta menggunakan dalil-dalil yang seolah menjadikan sekat di antara kaum muslimin. Memang ada hadits yang mengatakan bahwa umat Islam akan terbagi menjadi 73 golongan, satu golongan di surga dan 72 golongan di neraka. Namun bukan berarti menggunakan dalil tersebut untuk memecah belah persatuan umat Islam yang saat ini memang seperti berjalan sendiri-sendiri di Indonesia.

Kehadiran Senator Amerika Serikat John Mc Cain yang memuji muji umat muslim Indonesia yang hidup dan di anggap berhasil dala menjalankan demokrasi sebenarnya adalah sebuah omong kosong. Pada dasarnya umat Islam Indonesia sedang rapuh dan terpecah dari segi pemikiran. Mereka di tarik dan dijadikan sapi perahan dalam kancah politik-politik elit dan terbawa arus meski harus menjadi pengekor.

Kita sadar sistem penjajahan tidak lagi seperti dulu menggunakan sistem persenjataan dan peperangan. Penjajahan modern adalah memasukkan paham-paham yang sebenarnya adalah memperburuk umat Islam itu sendiri. Paham-paham Sekulerisme, Liberalisme dan Hedonisme yang masuk ke Indonesia sebenarnya bukan menjadi sebuah keuntungan bagi umat muslim melainkan sebuah jalan untuk memundurkan umat muslim itu sendiri.

Sekulerisme dimana paham ini memisahkan antara sistem kehidupan dengan agama. Dampaknya adalah urusan kita dengan Allah hanya dalam ranah seremonial saja memandang ibadah, Allah hanya ada dimasjid sehingga segala aturan yang sebenarnya ada dalam Al Qur'an di nafikkan. Padahal Allah sebaik-baiknya membuat sistem dan hukum untuk kemaslahatan manusia. Islam dipelajari disekolah hanya ranah teori dan tujuannya adalah ulangan untuk mendapatkan sebuah nilai belaka. Akhirnya tujuan utama para pembenci Islam adalah menjauhkan umat Islam dari keyakinannya berpegang kepada Allah sehingga agama Islam dan Tauhid menjadi asing ditelinga umat Islam itu sendiri.

Liberalisme menjadikan paham kebebasan yang tidak pantas sebenarnya diberlakukan oleh umat Islam. Ingatlah, ketika kita memilih Islam sebagai agama kita dan mentauhidkan Allah maka sejatinya kita sudah berikrar tunduk kepada segala aturan dan hukum Allah. Islam memiliki peraturan baik dari hal kecil dan dalam hal besar sehingga menjadi seorang muslim bukanlah perkara yang mudah karena seorang muslim bukan mengutamakan kehidupan dunia saja tapi juga memandang kehidupan setelah mati yakni akhirat.

Batasan-batasan yang di atur dalam Islam sebenarnya bukan untuk membatasi manusia secara mutlak melainkan untuk menjaga harmonisasi kehidupan manusia dengan manusia serta manusia dengan Allah. Mengapa manusia harus mengikuti aturan dan hukum Allah karena siapa lagi yang lebih tahu mana yang terbaik bagi manusia selain yang menciptakan manusia itu sendiri yakni Allah SWT. Aturan -aturan dan hukum Allah pada dasarnya adalah menjadikan manusia mampu menjadi manusia yang rahmatan lil alamin.

Akan tetapi sikap rahmatan lil alamin ini disalah artikan dengan sikap diam dan tidak tegas dalam bertindak. Itulah mengapa kadang kala sikap rahmatan lil alamin dijadikan dalil untuk bersikap pengecut kepada musuh Islam dan menganggap para mujahidin yang berjuang dimedan juang dianggap teroris karena di anggap bersikap keras dan sadis serta tidak mencirikan muslim yang rahmatan lil alamin. Tunggu dulu dalam islam dakwah itu lembut tapi medan jihad memang keras khususnya kepada musuh-musuh islam yang selama ini terang-terang melakukan kedzaliman dan bersikap tidak adil kepada umat Islam.

Hedonisme membuat umat Islam jatuh kepada kemorosotan moral. Hidup hanya di anggap bahagia jika mempunyai harta yang banyak, istri yang cantik dan bisa berfoya-foya. Kehidupan sejatinya bukanlah hanya dipandang dari segi kepemilikan materi saja (materialisme) tapi pada dasarnya kehidupan yang mutlak adalah kehidupan sesusah mati. Dunia sementara dan akhirat selamanya adalah bagiant terpenting dalam pemikiran umat Islam. Sayangnya umat Islam terjebak dalam paham ini sehingga lihatlah anak muda kita sungguh jauh dari nilai-nilai agama. Mereka mengganggap sekolah, belajar dan menilai kehidupan untuk mengumpulkan harta sebanyak banyaknya dan menilai itulah kesuksesan sejati tapi mereka melupakan kehidupan yang sebenarnya yakni hidup setelah kematian.

Kita sadar umat Islam hanya menjadi pengekor karena tidak bisa berbuat apa-apa.  Kita diserang secara masif dengan pemikiran-pemikiran dan sistem yang jauh dari nilai agama Islam. Kita lebih banyak diam seperti diamnya para pengecut sehingga pada bangsa ini kita tidak bisa bersikap. Kita mau menutup lokalisasi pelacuran karena sarang maksiat di anggap melanggar HAM dan tidak berprikemanusiaan, berjilbab dilarang dibeberapa daerah tapi kita hanya dan banyak hanya bisa diam saja, dan kita dipermainkan oleh para minoritas yang sebenarnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun