beberapa hari kemarin, saya membaca di halaman depan koran kompas harga daging sapi melonjak hingga 150.000 rupiah. hingga hari selanjutnya topik tersebut masih bertahan di dalam harian ini. tidak banyak yang saya baca mengenai topik ini, meski mungkin semestinya sebagai mahasiswa fakultas peternakan sayalah yang harus lebih up to date mengenai fakta ini. karena yang saya baca hanyalah sepintas, maka yang saya pahami waktu itu adalah kalimat-kalimat seperti ini:
"pemerintah kita kurang tanggap terhadap permasalahan rakyatnya"
"terjadi masalah dalam ketahanan pangan di negeri ini..."
dan seterusnya, yang seperti itulah yang saya pahami, entah pemahaman benar atau hanya representasi saya belaka.
kemudian, di hari jumat ba'da dzuhur saya kuliah Ilmu Makanan dan Nutrisi Ruminansia. dan dikarenakan kuliah itu adalah kuliah pendalaman dimana satu kelas berisi kurang lebih 60 orang anak yang seluruhnya mengulang, maka bapak dosen tidak memulai kuliah dengan kontrak pembelajaran, pendahuluan, kuliah, atau yang sejenisnya, namun beliau membahas apa saja motivasi kami mengulang mata kuliah; apa yang beliau ceritakan adalah bagaimana agar kami tidak menjadi mahasiswa yang hanya mengejar nilai semata, namun pengetahuan ditinggalkan.
berikutnya beliau memulai kuliah dengan membahas penelitiannya yang meggunakan materi ternak kerbau. sebelumnya, tiba-tiba bapak membahas kenaikan harga daging sapi. beliau bercerita kalau bebrapa hari yang lalu beliau mendapat telepon dari wartawan surat kabar yang menanyakan pendapatnya mengenai kenaikan harga daging sapi yang sangat drastis.
sesaat saya berpikir bahwa kalimat yang akan dilontarkan kepada wartawan itu, akan sama dengan ekpektasi saya yang saya dapat dari membaca koran dan ngobrol dengan teman-teman.
namun beliau mematahkan dengan segera pikiran-pikiran saya:
"kalau menurut saya ya itu bagus..."
"selama ini peternak seringkali merasa rugi karena harga jual ternaknya lebih rendah dibanding biaya pemeliharaannya..." tambahnya.
kemudian beliau menambahkan lagi :