Sistem zonasi sekolah yang belakangan diberlakukan mungkin telah mengundang banyak pro kontra di tengah-tengah masyarakat. Banyak keluhan disampaikan oleh para orang tua dan termasuk juga siswa-siswi peserta didik.Â
Akan tetapi tidak sedikit juga yang memuji kebijakan pemerintah terkait penerapan sistem baru pendidikan zonasi karena dilandasi harapan akan terhapusnya dikotomi pendidikan antara satu sekolah dengan sekolah yang lain serta meningkatkan asas keadilan bagi seluruh peserta didik.Â
Tidak sekadar memicu kontroversi, ternyata pemberlakuan sistem zonasi ini juga membuka tabir pendidikan di Indonesia yang selama ini seakan tertutupi.Â
Zonasi membuka fakta bahwa banyak diantara kita yang ternyata tidak mempercayai keberadaan instansi sekolah-sekolah tertentu dalam rangka memberikan pendidikan kepada putra-putri kita.Â
Oleh karenanya tidak sedikit orang tua yang berebut untuk mendaftarkan putra-putrinya agar masuk dan terdaftar disalah satu sekolah yang dianggap favorit.
Dengan kata lain penilaian ini memberitahu kepada kita suatu pemahaman umum bahwa ada sekolah-sekolah yang kualitasnya buruk, sistem mengajarnya berantakan, dan kualitas lulusannya tidak dianggap kompeten.Â
Memang salah satu tujuan dari diberlakukannya sistem zonasi adalah untuk mengikis stigma ini. Pemerataan pendidikan harus dilakukan dan setiap warga negara berhak mendapatkan mutu pendidikan yang sepadan.
Setiap orang tentu mendambakan akses pendidikan terbaik bagi dirinya ataupun bagi orang-orang terdekatnya. Hal ini juga yang menjadi pertimbangan penulis saat dulu akan menempuh pendidikan Sekolah Menengah.Â
Penulis memilih untuk pergi jauh ke kota agar mendapatkan mutu pendidikan terbaik karena sekolah-sekolah yang berada dilingkungan sekitar dianggap belum sebaik sekolah dikota dalam memberikan layanan pendidikan berkualitas. Artinya ketimpangan mutu pendidikan masih menjadi alasan klasik yang terus dikhawatirkan oleh banyak orang.Â
Seperti ungkapan bijak bahwa perubahan itu tidak terjadi dalam semalam, maka mengharapkan kualitas setiap sekolah "tiba-tiba" meningkat drastis hingga setara dengan sekolah-sekolah yang disebut favorit  ibarat bermimpi disiang bolong.Â