Blog #5
Alkisah, tersebutlah seorang pemuda beranjak dewasa yang nakalnya naujubilah. Hidupnya mblangsak. Hampir semua hal buruk pernah ia lakoni. Rumah hanya menjadi persinggahan sejenaknya. Keluarga pun ia acuhkan.
Ibu si pemuda ini tiap pagi selalu membuatkannya segelas kopi manis panas. Yang selalu pula diletakkan di meja kamarnya. Entah apakah nantinya akan ia minum atau tidak, namun setiap pagi kopi manis panas itu selalu tersedia. Hari demi hari berlalu. Kopi manis panas pun selalu tersedia disana. Tanpa tersentuh.
Siapa nyana bahwa secangkir kopi panas itulah penghantar perubahan si pemuda ini. Rupanya sedikit sisi kebaikan masih ada di dalam dirinya.
Suatu hari, seperti biasanya ia pulag pagi hampir menjelang subuh. Tanpa sempat mengganti baju ia langsung tertidur pulas. Ia terbangun ketika matahari sudah tinggi.
Setelah membuka mata ia melihat di mejanya, seperti biasa, secangkir kopi sudah tersedia. Kopi itu sudah mulai dingin. Dan tak seperti biasanya, ia mengambil dan meminumnya sedikit.
Ia kembali terduduk di ranjangnya. Tanpa sadar kopi itu ia minum sampai habis.
Hal itu berlangsung terus selama beberapa hari. Hingga pada suatu hari saat ibunya mengantarkan kopi tersebut ia sudah bangun dari tidurnya.
Ibunya tersenyum sambil meletakkan kopi diatas meja. Tanpa bicara beliau hendak keluar lagi.
Sang pemuda itupun bertanya: “Kenapa bu? Kenapa ibu masih mau membuatkan saya kopi tiap pagi walaupun Ibu tau kalo kopi itu nggak bakalan saya minum?”
Itu adalah pembicaraan pertama mereka setelah sekian lama.