Mohon tunggu...
Adia Puja
Adia Puja Mohon Tunggu... Penulis - Konsultan Kriminal

Penikmat teh juga susu. http://daiwisampad.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ada Tupai di Jakarta!

19 Juni 2017   20:35 Diperbarui: 19 Juni 2017   22:47 912
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: newstechnologiez.wordpress.com

Pasti kalian berpikir, orang norak macam apa yang menulis artikel hanya karena melihat tupai?

Eits, tunggu dulu. Jangan hanya melihat subjeknya, tapi perhatikan keterangan tempat pada judul. Ya! Jakarta. Ada tupai di Jakarta! Saya ulangi.

Melihat tupai di Jakarta, mungkin menjadikan saya menganggap lumrah jika ada Godzilla melintas di depan hidung. Keberadaan tupai di Jakarta saya anggap sama langkanya seperti jumlah perempuan yang tidak mengatakan “terserah” ketika ditanya perihal makan malam.

Jika bukan karena harus berangkat subuh untuk menghindari neraka ke-8 yang pindah ke perempatan Kuningan-Mampang di Senin pagi, mungkin saya tidak akan seberuntung itu untuk menyaksikan tupai yang melintas di antara pongahnya gedung-gedung. Tupai kecil tersebut melintas begitu saja di atas kabel listrik ketika saya harus menghentikan sepeda motor di lampu-merah.

Ya di atas kabel listrik, saudara-saudara. Bukan di dahan-dahan pohon seperti tupai yang kerap kita jumpai pada umumnya. Jangan harap juga ia melintas sambil membawa buah kenari seperti tupai-tupai yang sering kita lihat di dunia Disney.

Meski jauh dari gambaran dari tupai pada umumnya, saya cukup terkesima melihat pemandangan tersebut. Kaget juga. Saking kagetnya, saya sampai berteriak histeris pada bapak-bapak di samping saya untuk melihat tupai yang sama. Tentu tidak, itu lebay. Saya cukup terkesiap dan melamun sejenak sembari menunggu lampu berubah menjadi hijau.

Lebih dari itu, saya justru prihatin pada tupai mungil tersebut. Ia mungkin tidak tahu, bahwa teman-temannya di hutan, berlarian di antara dedahanan dan daun-daun yang hijau, alih-alih di kabel listrik. Atau mungkin, dia tahu, tapi tidak dapat berbuat banyak. Seperti menerima nasib. Layaknya lebih dari separuh penghuni Jakarta yang semakin tergerus nasib. Pasrah.

Padahal, saya yakin, keberadaan tupai di Jakarta sudah lebih dahulu dibanding manusia-manusia yang kini tinggal di Jakarta. Mungkin populasinya sudah ada sebelum Fatahilah mengubah nama Sunda Kelapa menjadi Jayakarta bagi Jakarta.

Tupai-tupai tersebut sudah menjadi penghuni Jakarta semenjak masih berupa bandar kecil di muara Sungai Ciliwung. Mereka hidup di antara pepohonan dan rawa-rawa, sebelum akhirnya manusia-manusia yang kurang-ajarnya-tidak-ketulungan mulai menjajah habitat mereka secara perlahan. Tapi pasti.

Pepohonan tempat mereka tinggal, satu-persatu ditumbangkan demi nama pembangunan, agar para karyawan tidak terjebak kemacetan menuju kantor. Atau ditumbangkan demi para manusia agar hidup nyaman di hunian yang megah dan mewah. Atau ditumbangkan demi berdirinya gedung-gedung yang saling lomba mencakar langit. Atau.. Atau..

Saya jadi teringat beberapa hari lalu ketika melintas di sekitar daerah Pancoran. Saya menyaksikan pembunuhan terhadap puluhan pohon yang berderet di trotoar untuk memperlancar pembangunan flyover. Atas nama kemacetan dan keegoisan manusia, pohon-pohon tersebut dikorbankan. Mungkin saja salah satu pohon yang ditebang itu adalah rumah bagi si tupai yang saya lihat tadi pagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun