Mohon tunggu...
Adhe Unyu
Adhe Unyu Mohon Tunggu... Administrasi - Ibu rumah tangga

As simple as me Menyukai musik Ibu dari satu anak yang luar biasa😘😘

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan featured

Anak Bercerai Orang Tua Juga Butuh Konseling

23 Januari 2017   10:10 Diperbarui: 23 November 2018   03:27 561
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
alone www.shutterstock.com

Ketika memutuskan untuk menikah rasanya semua orang bercita-cita meraih kebahagiaan, tak ada satupun yang berniat akan bercerai di kemudian hari, kecuali mungkin ada kesepakatan karena hal-hal yang menyebabkan ‘cacat’nya sebuah pernikahan (banyak kasus seperti ini yang terjadi di masyarakat) atau kawin kontrak yang juga merebak di beberapa daerah.

*****

Dalam agama yang saya anut percerain adalah perbuatan halal yang dibenci oleh Tuhan, Bilamana tak terhindarkan mau bagaimana lagi, perkawinan tak sehat akan terus menyakiti kedua belah pihak.

Tentu pedih bila kita mengalami perceraian, angan-angan akan indahnya hidup bahagia bersama dengan orang yang kita cintai harus kandas di tengah jalan terlepas apapun masalahnya, pasangan kita pernah mengarungi hidup bersama kita di hari yang lalu (kenangan manis tentu tak bisa dihapus begitu saja apalagi suramnya sebuah pernikahan). Sebagian korban perceraian mampu untuk move on, ada juga yang masih terus gagal paham dengan keadaan yang harus mereka lewati dan terus mencari-cari siapa yang salah.

Orang berfokus untuk memberi kekuatan kepada korban perceraian agar dapat melewati itu semua dengan baik-baik saja, tetapi melupakan hati orangtua yang juga teramat luka akan kasus yang dialami anak-anaknya.

Banyak dari masyarakat kita berpikir bahwa perceraian adalah kegagalan (buruk), padahal saya yakin sebelum bercerai banyak dari mereka sudah mencoba berbagai cara agar rumahtangga tetap utuh, tapi apa lacur biduk rumahtangga tak kunjung membaik hingga perceraianlah jalan terakhir yang harus mereka tempuh. Melihat berbagai pengalaman dari orang-orang sekitar inilah saya merasa bahwa orangtua yang anaknya bercerai juga butuh konseling, butuh penghiburan, butuh diajak berbicara dari hati ke hati bahwa perceraian bukan akhir dari dunia, perceraian bukan hal tabu (karena banyak orangtua menyembunyikan berita ini karena malu).

Berilah pengertian kepada orangtua bahwa bukan hanya satu atau kita yang memiliki masalah itu, tetapi diluar sana banyak yang mengalaminya agar tidak terpuruk berkepanjangan, terkadang mereka tidak keluar rumah semenjak anaknya bercerai karena takut/malu akan gunjingan orang, tak lagi mau pergi ke pengajian (ibu-ibu), arisan yang dilakukan setiap bulan di lingkungan sekitar biasanya hanya menitip uangnya saja, jarang lagi berkumpul bila ada undangan dari keluarga besar karena takut saudara akan bertanya akan kabar anak-anak mereka, kalaupun ada yang kuat untuk hadir biasanya ketika ditanya sang orangtua akan menangis kembali. Dunia seakan menjadi gelap….

Tak semua orangtua bisa menerima atau kuat menghadapi itu semua, maka sebaiknya bila kita mengalami perceraian dan butuh konseling sebaiknya membawa orangtua kita juga bersama untuk berbicara dengan santai, melepaskan semua beban pikiran yang terus menari-nari di kepala dan enggan untuk pergi karena mereka sendiri yang tak mau melepasnya untuk pergi. Seluruh anggota keluarga juga bisa ikut membantu dengan memberikan waktunya disela-sela kesibukan yang ada  untuk mengobrol dengan orangtua agar tercipta suasana relax, mungkin juga bisa berlibur ke perkebunan teh menghirup udara segar pagi, bisa juga pergi ke sebuah Masjid atau rumah ibadah lain dengan ornamen indah yang belum pernah kita kunjungi jadi segar mata juga segar jiwa. 

Tak ada gading yang tak retak, bahkan hujan pun tak kan selamanya turun, masih akan ada pelangi indah yang menanti yang mewarnai awan. Bangkitlah bersama orangtua yang kita cintai, berjanjilah kelak kita akan menata hidup menjadi lebih baik, Berikan terangnya dunia kembali kepada mereka di sisa hidupnya. Saling menyebut dan mengingat-ingat kebaikan-kebaikan mantan, sehingga tidak terjadi kekeruhan diantara atau antar keluarga mereka apalagi jika memiliki buah hati tercinta. Jika keadaan sudah membaik, tutuplah buku itu dan teruslah berjalan ke depan tak perlu lagi mengingat masa-masa pahit dalam hidup…Cahaya menantimu, Kebahagiaan menantimu, Raihlah itu.

Salam Kompasiana…

             

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun