Mohon tunggu...
Adeline Wibawa
Adeline Wibawa Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Adanya Resiko Kanker Setelah Transplantasi Organ?

24 September 2017   09:01 Diperbarui: 24 September 2017   09:08 1756
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada jaman yang sudah modern ini , pastinya banyak perkembangan yang akan terjadi . Ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kedokteran saat ini telah berkembang dengan pesat, salah satu diantaranya adalah teknik transplantasi organ manusia.  Transplantasi organ manusia adalah 

Pemindahan organ tubuh dari orang sehat atau mayat yang organ tubuhnya mempunyai daya hidup dan sehat kepada tubuh orang lain yang memiliki organ tubuh yang tidak berfungsi lagi sehingga resipien (penerima organ tubuh) dapat bertahan hidup secara sehat . Yang dimaksud organ adalah kumpulan jaringan yang mempunyai fungsi berbeda sehingga merupakan satu kesatuan yang mempunyai fungsi tertentu, seperti jantung, hati, dan rahim.

Berkat kesuksesan Dr. Joseph Murray dan Dr. David Hume, Brigham Hospital, Boston, Massachussetts pada tahun 1954. Tehnik kedokteran yang terus berlanjut ini telah berhasil menyelamatkan lebih dari 400,000 nyawa diseluruh dunia. Dr Joseph Murray dan rekan-rekannya mentransplantasikan ginjal dari Ronald Herrick kepada saudara kembarnya yang sekarat Richard. Operasi tersebut berhasil menyelamatkan nyawa saudara kembarnya. 

Ginjal biasanya didonorkan pada saat pendonor meninggal (in articulo mortis), akan tetapi 1/3 biasanya pada saat pendonor hidup, dan pendonor ini dapat melanjutkan kehidupannya hanya dengan satu ginjal. Selain itu karena orang kembar berbagi gen yang sama dan tubuh pasien tidak menolak ginjal yang baru. Pada tahun 1962, dengan mengikuti prosedur ini dia berhasil melakukan transplantasi ginjal dari orang yang sudah meninggal ke yang masih hidup untuk pertama kali. 

Dengan menggunakan obat imunosupresif selama operasi, Murray berhasil menghentikan penolakan ginjal baru oleh tubuh pasien. Sekarang ginjal merupakan organ yang paling banyak ditransplantasikan diikuti oleh hati , jantung , dan paru-paru.

Sejak kesuksesan operasi transplantasi ginjal oleh Murray , maka teknologi kedokteran terus mengalami perkembangan yang pesat . Dimasa sekarang, transplantasi organ sudah semakin berkembang dan menuju suatu keberhasilan yang lebih baik. Rasio keberhasilan transplantasi organ dapat dikaitkan dengan cyclosporine, salah satu obat imunosupresan. 

Dirancang untuk mengurangi sistem kekebalan tubuh, cyclosporine membantu tubuh beradaptasi dengan jaringan baru hasil transplantasi.Saat ini sudah ada teknologi yang memungkinkan pengawetan organ, penemuan obat-obatan anti penolakan yang semakin canggih dan baik sehingga memungkinkan berbagai organ manusia dapat ditransplantasikan dan donor tidak melulu berasal dari kalangan keluarga sedarah saja, tapi siapapun bisa menjadi donor dengan adanya obat-obatan anti penolakan ini.

Dalam transplantasi organ tubuh perlu diperhatikan tahapan dimulainya transplantasi dan sifat organ atau jaringan yang ditransplantasikan. Sifat organ atau jaringan yang ditransplantasikan antara dua spesies tergantung pada faktor biologis. Organ yang dikeluarkan dari badan manusia harus yang tidak terkontaminasi dengan bakteri atau virus. Organ yang dipakai untuk transplantasi bisa diambil dari manusia dengan batang otak yang sudah mati, tapi dengan sirkulasi yang masih baik atau dengan sirkulasi yang baru saja berhenti ataupun manusia yang mempunyai tubuh serta organ yang sehat.

placidarabic.com
placidarabic.com

Setelah kita melihat penjelasan diatas mengenai transplantasi organ . Pastinya banyak dari yang kita bertanya-tanya , apakah ada kemungkinan bahwa transplantasi organ akan memicu terjadinya kanker atau tidak sama sekali ? Sebelumnya mari kita bahas lebih lanjut tentang penyakit kanker. Kanker adalah penyakit di mana sel-sel membelah secara abnormal tanpa kontrol dan mampu menyerang jaringan lain. Sel-sel kanker dapat menyebar ke bagian lain dari tubuh melalui darah dan sistem getah bening.Proses Sel normal menjadi sel-sel kanker karena akibat kerusakan DNA. 

Dalam sel-sel kanker, DNA yang rusak tidak diperbaiki, dan sel tersebut tidak mati seperti seharusnya. Sebaliknya, sel ini terus membuat sel-sel baru yang tidak diperlukan tubuh. Sel-sel baru ini semuanya akan memiliki DNA yang rusak.Sel-sel kanker ini melibatkan darah dan organ pembentuk darah dan beredar melalui jaringan lain di mana mereka tumbuh.

Tentunya mulai sekarang pasien penderita kerusakan organ harus mulai berhati-hati karena mereka akan dihadapkan pada pilihan yang cukup sulit . Baru-baru ini penelitian yang dilakukan oleh Dr. Eric Engles, peneliti senior bagian infeksi dan epidemiologi dari Divisi Epidemiologi Kanker dan Genetika di US National Cancer Institute di Rockville , mengatakan bahwa resiko penerima transplantasi organ terkena kanker dapat berlipat dua selama setahun setelah transplantasi, jika 7 dari setiap 1.000 orang populasi umum diduga akan berisiko terkena kanker, kami mengamati sekitar dua kalinya, sekitar 13 atau 14 di antara 1.000 pasien transplantasi yang diikuti selama satu tahun berisiko terkena kanker. Memang pada awalnya para peneliti telah mengetahui bahwa adanya kemungkinan pasien penerima transplantasi organ terkena kanker dan dengan dilakukannya penelitian ini menunjukkan lebih besarnya kemungkinan pasien terkena kanker.

Populasi ini memiliki pola yang unik dari resiko kanker , sehingga para penerima organ harus diperiksa secara hat-hati dan terus dipantau , " tambah Engles seperti yang dikutip dari HealthDay,Rabu (21/11/2011). Dr. Darla Granger , direktur program transplantasi pankreas di St John Hospital dan Medical Center di Detroit juga menambahkan "Jika pasien memiliki kanker , maka diperlukan sistem kekebalan yang kuat untuk melawan kanker". 

Setelah mengalami transplantasi organ,penerima transplantasi organ menerima akan obat imunosupresan untuk membantu tubuh menerima organ baru. Pada orang dewasa, penelitian telah menunjukkan bahwa obat ini menempatkan pasien pada risiko tinggi untuk sejumlah jenis kanker karena sistem kekebalan tubuh memiliki masalah menjaga sel kanker tetap ada tetapi jika menekan sistem kekebalan tubuh dapat meningkatkan risiko kanker.

Sebelum membahasnya lebih lanjut , apakah kalian tahu apa itu obat imunosupresan ? Imunosupresan adalah kelompok obat yang digunakan untuk menekan respon imun seperti pencegah penolakan transpalansi, mengatasi penyakit autoimun dan mencegah hemolisis rhesus dan neonatus. Sebagain dari kelompok ini bersifat sitotokis dan digunakan sebagai antikanker. Immunosupresan merupakan zat-zat yang justru menekan aktivitas sistem imun dengan jalan interaksi di berbagai titik dari sistem tersebut. Titik kerjanya dalam proses-imun dapat berupa penghambatan transkripsi dari cytokin, sehingga mata rantai penting dalam respon-imun diperlemah. Permasalah lain yang juga berkaitan dengan penggunaan obat imunosupresan adalah kanker yang berhubungan dengan virus , contohnya penyakit non-Hodgkin dan Hodgkin limfoma berkaitan dengan virus Epstein-Barr.

Sistem kekebalan tubuh yang lemah juga menempatkan penerima transplantasi organ berisiko terinfeksi, seperti virus Epstein-Barr. Virus ini dapat ditularkan langsung dari organ baru ke penerima dan  melalui kontak dengan seseorang yang memiliki virus, seperti anggota keluarga atau orang lain di rumah sakit atau masyarakat. 

Dr. Daniel Weschler adalah profesor hematologi dan onkologi pediatrik di Duke University. Dia turut menulis sebuah editorial yang menyertai penelitian ini, yang diterbitkan dalam terbitan Mei Pediatrics. Virus Epstein-Barr dapat menyebabkan mononucleosis, dan sekitar 70-80% populasi telah terpapar di beberapa titik.

Weschler juga menjelaskan bahwa hal ini juga terkait dengan limfoma non-Hodgkin dan limfoma Hodgkin, dan tumor lainnya juga .Studi baru-baru ini melibatkan hampir 18.000 pasien transplantasi pediatrik di Amerika Serikat. Studi terbesar sebelumnya, dari Swedia, mencakup kurang dari 600 penerima transplantasi. Limfoma non-Hodgkin adalah kanker dengan risiko 200 kali lebih tinggi. Tujuh puluh satu persen dari mereka yang menderita kanker setelah transplantasi organ anak-anak memiliki limfoma non-Hodgkin.

"Kami tahu masuk ke studi bahwa risiko limfoma akan sangat tinggi," jelas Dr. Eric Engels, peneliti senior studi tersebut. "Itu telah terlihat dalam penelitian yang jauh lebih kecil, dan telah terlihat ketika para periset melihat keseluruhan populasi transplantasi. Tetapi kami terkejut dengan seberapa besar beban kanker pada populasi penerima transplantasi ini didominasi oleh limfoma non-Hodgkin -- 71 Persen dan merupakan proporsi yang sangat tinggi. Satu titik terang dalam penelitian ini adalah bahwa meskipun risiko kanker meningkat, kebanyakan anak yang menerima transplantasi tidak terkena kanker. Kurang dari 400 dari hampir 18.000 penerima transplantasi mengembangkan beberapa bentuk kanker rata-rata sekitar empat tahun masa tindak lanjut.

Kemungkinan transplantasi organ memicu kanker juga diungkapkan oleh Dr. Christina Lee Chung, seorang profesor dermatologi di Drexel University di Philadelphia. Bedasarkan penelitian baru-baru ini juga ditemukan fakta bahwa seseorang yang menerima transplantasi organ memiliki kecenderungan resiko lebih besar terhadap kanker kulit. Penemuan ini berlaku untuk seluruh pasien transplantasi, baik mereka yang bukan dari ras kulit putih dan berkulit gelap. 

Resiko kanker meningkat sejalan dengan waktu yang diperlukan terhadap perlakuan pengobatan yang dapat menekan sistem kekebalan tubuh untuk menghindari penolakan organ. Oleh karena itu peneliti menyarankan untuk dilakukan pengujian rutin terhadap total kulit tubuh setelah proses operasi transplantasi.

Dr. Christina menganalisa 413 orang dari penerima transplantasi organ dimana 63% bukan ras kulit putih. Dan diperoleh bahwa 19 pasien baru dengan kanker kulit yang 15 diantaranya bukan ras kulit putih. Kelompok tersebut terdiri dari 6 pasien kulit hitam, 5 pasien keturunan Asia dan 4 Hispanik. Diantara pasien kulit hitam, kanker kulit diketahui pada tahap-tahap awal. Hal ini penting mengingat resiko kanker kulit lebih besar dimiliki oleh seseorang berkulit putih dibandingkan mereka yang berkulit gelap. 

Sedangkan untuk pasien keturunan Asia, kebanyakan mengalami kanker kulit di area kulit yang lebih sering terpapar sinar matahari. Walaupun penelitian ini belum membuktikan adanya kaitan sebab dan akibat karena jumlah  pasien yang terkena kanker kulit masih dalam jumlah yang kecil tetapi setidaknya dengan adanya penelitian ini menambah kemungkinan bahwa transplantasi organ memicu terjadinya kanker.

Faktor lain yang bisa menyebabkan kanker adalah pasien donor transplantasi organ mendaptkan organ transplantasi dari pendonor hidup dan almarhum yang memmpunyai riwayat kanker . Walaupun faktor ini sangat jarang tetapi kemungkinan terjadinya masih ada. Sampai pada saat ini seperti yang kita ketahui tingkat keberhasilan operasi transplantasi organ pun masih pada tingkat yang tinggi dibandingkan kegagalannya . Maka dari itu , kita tidak perlu takut untuk melakukannya.  

Dari semua data-data yang sudah ada maka dapat disimpulkan bahwa memang benar adanya operasi transplantasi organ dapat memicu terjadinya kanker. Penyebab pertamanya adalah adanya obat imunosupresan yang dapat memicu terjadinya kanker , obat ini menekan sistem kekebalan tubuh yang dapat meningkatkan resiko kanker . Lalu penyebab lainnya adalah pendonor sebelumnya memiliki riwayat kanker , hal ini mungkin saja terjadi dan akibatnya penerima organ tersebut juga terkena kanker.

Bedasarkan penelitian dari para ahli tentang transplantasi organ yang memicu terjadinya kaker yang sudah saya paparkan diatas , maka langkah terbaik untuk mengurangi resiko itu terjadi adalah dengan memilah-milah penyebab kanker dengan pasti , beberapa diantaranya pasti berkaitan dengan obat imunosupresan. 

Sehingga langkah terbaik adalah dengan melakukan skrining tumor pada penerima transplantasi untuk seseorang yang akan menjalani ataupun yang sudah menjalani operasi ini. Pasien juga diharapkan untuk menghindari merokok, menjalani pola hidup sehat , makan teratur , patuhi praktik kesehatan yang baik, kenakan tabir surya, rutin berolahraga dan jika sudah menjalani transplantasi organ, jalani skrining pemutaran yang disarankan oleh dokter.

Sumber :

Mengenal Transplantasi Organ

Wikipedia/Kanker

Wikipedia/Transplantasi Organ

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun