Mohon tunggu...
Ade Hermawan
Ade Hermawan Mohon Tunggu... Relationship Officer -

suka travelling, suka main game dansa, food lover,

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Apa Semua Gara-gara (Sidang) Ahok?

29 Maret 2017   10:43 Diperbarui: 29 Maret 2017   21:00 1966
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sidang Ahok ke-9 hari Selasa (7/2). (Foto: POOL/Isra Triansyah)

Sudah hampir 3 bulan warga Jakarta khususnya yang tinggal didaerah selatan seperti Ciganjur, Jagakarsa, Cilandak dan sekitarnya, menerima dampak langsung dari sidang Calon Gubernur DKI Jakarta petahana, Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok yang digelar setiap hari selasa di Kementerian Pertanian. 

Seperti diketahui sebelumnya, sidang yang telah berlangsung untuk ke-16 kalinya ini membahas dugaan penistaan agama yang dilakukan oleh Ahok, atas pidatonya di Kepulauan Seribu september lalu. Ahok yang datang untuk meninjau program pemberdayaan budi daya kerapup, menyatakan bahwa program tersebut akan tetap dilanjutkan meski dia nanti tak terpilih lagi menjadi gubernur di pilgub Februari 2017, sehingga warga tak harus memilihnya hanya semata-mata hanya ingin program itu terus dilanjutkan. "Kan bisa saja dalam hati kecil Bapak Ibu, nggak pilih saya karena dibohongi (orang) pakai Surat Al Maidah 51 macam-macam itu. Itu hak Bapak Ibu. Kalau Bapak Ibu merasa nggak bisa pilih karena takut masuk neraka, dibodohin, begitu, oh nggak apa-apa, karena ini panggilan pribadi Bapak Ibu," tuturnya. 

Pernyataan tersebut juga membawa dampak besar tidak hanya bagi diri Ahok tapi pembelajaran politik bagi warga Jakarta, lahirnya istilah sumbu pendek dan ahokers saat ini dapat kita temui dengan mudah disemua lini media sosial. Lepas dari perdebatan ia atau tidaknya dugaan penistaan agama yang dilakukan oleh Ahok, banyak yang belum mengetahui dampak lain dari sidang Ahok itu sendiri, yaitu pengalihan arus disekitar kawasan Kementerian Pertanian hingga ditutupnya halte busway Transjakarta Ragunan yang merupakan salah satu moda transportasi umum warga Jakarta.

Layanan Bus Transjakarta koridor 6 dengan rute Dukuh Atas 2 - Ragunan dipastikan terkena imbas langsung sidang tersebut. Jalur Kementerian Pertanian ditutup Polri dan secara otomatis Halte Ragunan dan Halte Kementan tidak beroperasi. Warga yang masih ingin menggunakan moda layanan tersebut, harus memulai perjalanannya dari halte busway SMK 57. Menurut Direktur Operasional TransJakarta Daud Joseph, sosialisasi telah dilakukan kepada warga yang akan menggunakan busway Transjakarta, namun apa karena penulis yang ketinggalan informasi, atau memang sosialisasi kurang optimal. 

Begitupun pengakuan warga yang lain, minimnya sosiasliasi sangat menganggu khususnya di awal tahun bulan Januari, banyak warga yang kaget dan bingung bagaimana mengakses busway yang diandalkan warga sebagai solusi kemacetan khususnya didaerah mampang menuju kuningan, dan sebaliknya. Banyak warga yang turun dihalte busway ragunan, baik yang menggunakan kendaraan pribadi dari rumah ataupun menggunakan transportasi umum seperti angkot dan ojek online, dan mendapati halte tersebut tutup.

Tentunya bukan perkara mudah untuk melanjutkan perjalanan ke halte busway selanjutnya yaitu SMK 57, bagi warga yang membawa kendaraan pribadi seperti mobil dan motor, pilihannya adalah melanjutkan perjalanan ke kantor dengan kendaraan mereka sendiri atau memutar otak untuk mencari kantong parkir kendaraan lainnya. Konsekuensi yang diambil jika melanjutkan perjalanan dengan kendaraan sendiri jelas, waktu dan kemacetan harus siap dihadapai, belum lagi jika berbenturan dengan peraturan genap ganji (mobil). Mencari kantong parkir baru pun sepertinya sangat sulit, mengingat didaerah tersebut hanya disediakan di area ragunan itu sendiri. 

Bagi warga yang memilih tetap memarkirkan kendaraan sendiri di kawasan ragunan, maka mereka bisa mengandalkan transportasi seperti ojek, baik itu online maupun konvensional. Jalur halte busway ragunan ke halte busway SMK 57 sebenarnya sangat dekat dengan hanya berjarak 1.8 KM, namun lagi lagi karena sidang yang mengharuskan ditutupnya akses jalan umum didepan Kementerian Pertanian, membuat jarak antara kedua halte tersebut semakin jauh. Pengalihan arus memaksa para warga hanya bisa mencapai halte busway SKM 57 melalui arah kebagusan atau gang-gang pemukiman warga yang mengarah ke kantor Trakindo Cilandak KKO. 

Hal ini semakin buruk jika kondisinya sedang hujan, selain genangan air dan kemacetan, warga jakarta yang tidak memiliki akses kendaraan pribadilah yang akan mengalami imbas paling parah. Keterbatasan akses moda transportasi dari rumah, menyebabkan warga hanya bisa menggunakan pilihan transportasi roda empat seperti angkot, atau yang lebih mahal adalah taksi online maupun konvensional. Keduanyapun tetap tidak bisamenyelesaikan kemacetan parah, kecuali para warga harus bangun lebih pagi untuk bisa sampai ke halte busway SMK 57. Dalam perjalananya warga sudah mulai bisa mengantisipasi risiko-risiko tersebut, hingga akhirnya kejadian seperti ini terulang lagi di hari ini Rabu 29 Maret 2017. 

Ketidaktahuan penulis dan warga lain berkenaan hari libur Nyepi kemarin, menyebabkan sidang yang seharusnya dilaksanakan pada hari Selasa, diundur menjadi hari Rabu ini. Sudah bisa dipastikan, selain kemacetan parah dari wilayah kampung kandang, maupun pondok labu yang memalui jalan cilandak KKO, kembali warga yang sudah turun di halte busway ragunan harus memutak otak  mencari cara menuju halte SMK 57. Banyak warga yang terlantar sembari menunggu adanya ojek yang dapat membawa mereka ke halte SMK 57, itupun juga masih harus saling berebut dengan warga lainnya.

Keadaan seperti ini tentunya bukanlah keadaan yang dinginkan oleh warga, moda trasnportasi umum yang menjadi andalan warga mengurai kemacetan diJakarta harus dikorbankan karena sidang yang belum jelas dipastikan kapan selesai. Perlu adanya solusi yang komprehensif, serta kajian --seperti apakah masih diperlukannya menutup jalan Kebun Binatang Ragunan (Jalan RM Harsono) untuk mengakomodir massa pendemo sidang tersebut?. Apakah memungkinkan untuk warga masih tetap menggunakan halte busway ragunan sebagai moda trasnportasi umum?

Hal ini menjadi sangat penting karena jangan sampai terkesan fanatisme yang ditampilkan dalam wujud massa pendemo baik itu dari kedua pihak harus mengorbankan kepentingan banyak orang. Penulis berharap masalah seperti ini segera cepat terselesaikan dan semua pihak agar saling menekan ego sektoralnya. Wujudkan masyarakat yang saling menghormati tidak hanya dalam wujud lisan namun juga tindakan.

Salam.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun