Seorang kawan yang sedang tugas belajar di Jepang menginformasikan lewat surat elektronik (email) bahwa Pemerintah Jepang telah mengujicobakan model pendidikan bagi anak-anak ABG (Anak Baru Gede). Mengapa ditujukan pada ABG? Karena masa inilah seseorang akan mencari identitas diri baik secara fisik maupun materi.
Pada masa ABG timbul friksi antara ABG dengan orang dewasa yang lama kelamaan menajauhkan mereka dari orang dewasa. Bagi ABG yang tinggal di desa sepertinya masih belum berakibat luas, karena sistem kekerabatan yang kuat.
Pemerintah Jepang mendesain pendidikannya dengan memberikan kesempatan kepada anak-anak ABG tentang pengalaman hidup mereka di "dunia sebenarnya". Siswa yang diikutkan program ini adalah siswa kelas II SLTP, yang dalam satu minggu hari kerja (dari Senin sampai Jum’at) dikirim ke tempat komunitas lokal untuk mendapatkan pengalaman kerja (magang) dari tempat business seperti mini market, pabrik pembuatan kerajinan tangan setempat Atau aktivitas sosial seperti magang di sekolah keperawatan, TK, rumah yatim piatu hingga rumah jompo.
Mereka full bekerja dari pukul 8 pagi hingga 4 sore. Program ini mendapat sambutan yang baik dari orang tua murid, siswa dan guru. Melalui program ini mereka dapat berinteraksi langsung dengan berbagai karakter dan usia.
Mereka juga diajarkan untuk bertanggung jawab dan mandiri. Selain itu mereka mendapat pengetahuan bagaimana cara memelihara ternak yang baik, membuat tas anyaman, menghibur orang-orang lanjut usia.
Akhirnya tumbuh pengertian dalam diri siswa dan orang-orang dewasa di tempat mereka bekerja, bahwa mereka saling membutuhkan dan saling membantu, plusnya lagi kepekaan mereka akan lingkungan sekitarnya semakin terasah.
Kapan Indonesia bisa meniru Model Seperti ini?
Salam Kompasiana