Kamis malam (16/8), sebuah padepokan Tharekat At-Tijaniyah di Kampung Cisalopa, Desa Bojongtipar, Kecamatan Jampantengah, Â Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat dirusak warga. Sementara itu, kemarin (20/8) telah ditemukan sesosok mayat di kebun milik seorang pimpinan sebuah aliran sesat di Cisalopa, Bojong Tipar, Jampang Tengah, Sukabumi. Mayat itu diyakini sebagai seorang ustad yang menentang aliran itu. Sebagaimana dilansir oleh Detiknews.com.
Informasi yang dihimpun, aksi massa ini dipicu karena warga merasa kesal dengan ulah kelompok At-Tijaniyah. Pasalnya, mereka sudah mengetahui aliran yang diajarkan dalam kelompok itu sesat. MUI telah menyatakan bahwa At-Tijaniyah di daerah tersebut sesat, karena pimpinan yang bernama Sumarna meniadakan shalat Jum’at dan mengganti waktu salat subuh dengan salat dhuha. Sebagaimana dilansir poskotanews.com. Padahal MUI Pusat secara umum tidak pernah memfatwakan bahwa Tarekat Tijaniyah itu sebagai aliran sesat.
Sementara Thariqat At-Tijaniyah sendiri asalnya bukanlah aliran atau tarekat yang sesat, melainkan tarekat yang mu'tabar, bahkan masuk dalam  Jam’iyyah Ahlith Thoriqoh Al Mu’tabarah An Nahdliyyah, sebuah badan otonom Nahdlatul Ulama (NU).
Pendiri Thariqat ini adalah wali khatmi wal katmi Sayidisy Syaikh Abul ‘Abbas Ahmad bin Muhammad At-Tijani Radliallahu ‘anhu (1150-1230 H). Jalur nasab ayahnya bersambung sampai kepada Sayidina Hasan As-Sibthi bin Ali bin Abi Thalib radliallahu anhum.
Thoriqoh Tijaniyah ini juga tersebar luas di Mesir, Kepulauan Arab, sebagian penjuru Asia, Afrika Hitam, dan juga di barat Afrika. Para pengikut Thoriqoh ini mempunyai sumbangan yang besar terhadap Islam, karena mereka telah menyebarkan prinsip-prinsip Islam ke tengah-tengah kaum penyembah berhala di Afrika, dan memasukkan mereka ke dalam Islam, sebagaimana sumbangan mereka yang juga besar dalam menolak misi para misionaris Nasrani di Afrika.
Di dalam Tarekat ini, penganutnya diwajibkan menjaga syari’at Islam, sholat lima waktu berjama’ah bila mungkin,  menghormati semua Wali Allah dan semua thoriqoh, berbuat baik kepada kedua orang tua dan lain sebagainya.
Lihatlah situasi dan kondisi yang melatari terjadinya sebuah peristiwa. Bahwa media publik sangat penting dalam memainkan propaganda. Stigma, provokasi dan pencitraan sangat mudah dibentuk oleh media. Karena itu, publik harus punya kecerdasan dalam menelaah berbagai pemberitaan; apakah pemberitaan itu hanya sebuah pemberitaan biasa, atau suatu aktivitas propaganda dan provokasi ?
Dalam teknik agitasi dan propaganda, terdapat dua arah; propaganda atas dan propaganda bawah. Propaganda atas dimainkan melalui media-media publik dan propaganda bawah dimainkan oleh oknum. Oknum juga terbagi menjadi dua; oknum luar dan oknum dalam. Jika yg akan diangkat adalah Tijaniyah sebagai obyek propaganda, maka yg disebut oknum dalam adalah orang dari Tijaniyah sendiri. Sedangkan oknum luar adalah orang yg tidak termasuk dalam jamaah tarekat tersebut, atau yg berposisi sebagai penentang (kontra).
Perhatikan peristiwa itu berulang kali, apa yg sebenarnya sedang terjadi di Sukabumi ? Itu sangat jelas dan terencana. Bahwa persoalan yg terjadi bukanlah tentang aliran sesat, tapi ada sesuatu yg ingin diciptakan oleh subyek2 yg bertarung. Bahwa ada subyek2 yg nampak tapi tidak dimunculkan di dalam pemberitaan.
achmedbaihaqi