Mohon tunggu...
Abidin Ghozali
Abidin Ghozali Mohon Tunggu... Administrasi - Direktur Ilmu Filsafat Islam Jamblang

Pembelajar Seumur Hidup Merindukan Indramayu Maju, Mulia dan Beradab.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mewakili Indonesia, Kader IMM Ciputat Suarakan Perdamaian Antar Umat Beragama

12 Februari 2015   11:16 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:21 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Keberagaman di dunia merupakan sebuah hal yang patut kita syukuri bersama sebagai manusia. Karena hal tersebut merupakan anugerah yang telah Tuhan ciptakan. Adanya berbagai suku, bangsa, agama, ras dan sebagainya bukanlah untuk berselisih, melainkan untuk saling mengenal dan memahami dalam bingkai harmoni.

Berdasarkan Resolusi PBB yang diusulkan oleh Raja Abdullah II dan Pangeran Ghazi bin Muhammad Yordania pada Tahun 2010, setiap Negara anggota PBB diharapkan membuat kegiatanInter-faith Harmony Week selama satu minggu pada minggu bulan Februari setiap tahunnya. Kegiatan tersebut bertujuan untuk mewujudkan keharmonisan antar umat beragama di dunia dengan cara berdialog satu sama lain.

International Islamic University Malaysia (IIUM) menjadi salah satu penyelenggara Inter-faith Harmony Week di Malaysia. Kegiatan tersebut diselenggarakan pada 4-5 Februari 2015 tersebut dihadiri oleh berbagai panelis profesional dari berbagai agama. Ini adalah keempat kalinya IIUM menyelenggarakan World Interfaith Harmony Week.

Terdapat beberapa sesi dalam acara 4th World Interfaith Harmony Week di Malaysiatersebut. Ada sesi Konferensi dan Seminar dengan metode Harmony Round Table discussion. Ada pula Harmony Visit yang merupakan kunjungan kebudayaan dan keberagaman atau City Tour di Malaysia. Kemudian, ada pula sesi tambahan yakni Harmony Gala Dinner yang bertujuan untuk lebih mengakrabkan setiap pihak yang terlibat dalam kegiatan tersebut.

Selain itu Konferensi dan Seminar Internasional Interfaith Harmony and Tolerance yang mengangkat tema ‘Love the Good, and Love of the Neighbour’ juga dihadiri oleh delegasi dan undangan dari berbagai Negara, Lembaga dan Organisasi. Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) merupakan satu-satunya delegasi dari Indonesia. Sementara itu, dari 10 orang delegasi Indonesia yang ikut serta, lima diantaranya adalah kader IMM Ciputat yang juga menjadi delegasi Indonesia untuk berpartisipasi dalam kegiatan Interfaith Harmony Week di IIUM atas rekomendasi Dewan Pimpinan Pusat (DPP) IMM. Muhammad Rifqi Syahrizal, Alif Auza Isnanda, M. Syafi’I Pasaribu, Saefudin Zuhri, dan Immawan Muhammad Amri merupakan nama-nama kader IMM Ciputat yang turut berpartisipasi aktif dalam kegiatan tersebut. Kader IMM Ciputat juga aktif dalam memberikan pemikiran dan pandangannya terkait perdamaian antar umat beragama.

Muhammad Rifqi Syahrizal, salah satu kader IMM Ciputat sekaligus delegasi Indonesia memberikan pandangan bahwa dalam mencapai perdamaian antar umat beragama, kita mesti melakukan dialog secara mendalam satu dengan yang lain. Menurutnya, dialog bukan hanya sebatas bertukar pandangan atau argumentasi. Melainkan juga mampu menghargai, memahami dan menghayati eksistensi seseorang yang memiliki keyakinan berbeda dengan kita, sebagaimana kita menghayati eksistensi dan keyakinan diri kita sendiri.

“Kita mesti sadar bahwa Tuhan telah menciptakan manusia lain yang memiliki keyakinan berbeda dengan kita. Namun hal tersebut perlu kita bingkai dengan ukhuwah basyariyyah (persaudaraan sesame manusia) agar kita dapat saling mengenal, saling belajar dan saling berbagi satu sama lain. Begitulah saya memaknai kegiatan Interfaith Harmony and Tolerance ini. Perdamaian antar umat beragama tidak dapat tercapai apabila kita tidak memulai untuk mengenal, menghargai dan menghayati eksistensi seseorang dengan keyakinannya, sebagaimana kita mengenal dan menghargai diri kita sendiri”, jelas Rifqi saat ditemui di Ciputat, sepulang dari kegiatan Interfaith (11/2).

Lebih lanjut, sebagai delegasi Indonesia Rifqi menambahkan bahwa Indonesia perlu banyak belajar dari Malaysia soal perdamaian antar umat beragama secara praktik. Walau pun Indonesia mempunyai landasan peaceful co-exsistence dalam semboyan Bhineka Tunggal Ika jauh sebelum Malaysia. Namun pada faktanya masih banyak konflik-konflik yang terjadi di Indonesia berlandaskan kepercayaan dan agama.

“Indonesia perlu melirik dan belajar dari Malaysia dalam hal mengatasi konflik antar umat beragama atau lintas kepercayaan. Kita sudah punya semboyan damai dalam keberagaman itu lebih dulu, yakni Bhineka Tunggal Ika. Seharusnya kita mampu lebih baik dalam berbicara persatuan sebagai bangsa dan perdamaian antar umat beragama”, tutupnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun