Mohon tunggu...
Abdillah Imron Nasution
Abdillah Imron Nasution Mohon Tunggu... Dosen -

Berdomisili dan bekerja di Aceh

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Sistem Informasi Geografis Kesehatan

31 Mei 2014   01:45 Diperbarui: 23 Juni 2015   21:55 284
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Menurut WHO bencana dapat didefinisikan sebagai setiap kejadian yang menyebabkan kerusakan, gangguan ekologis, hilangnya nyawa manusia atau memburuknya derajat kesehatan atau pelayanan kesehatan pada skala tertentu yang memerlukan respon dari luar masyarakat atau wilayah yang terkena bencana. Hal ini mengimplikasikan bahwa Kejadian Luar Biasa (KLB) juga dapat dikategorikan sebagai suatu bencana. Di beberapa daerah terindikasi memiliki ancaman yang serius pada demam berdarah, malaria dan ancaman penyakit menular lainnya seperti flu burung.

Secara umum upaya penganggulangan bencana meliputi dua hal yaitu, pre-disaster dan post-disaster. Upaya-upaya tersebut membutuhkan biaya serta alokasi sumber daya yang sangat besar. Upaya penanggulangan ini akan semakin ’mahal’ apabila masyarakat dan pemerintah tidak memiliki sistem manajemen pre disaster yang baik. Oleh karena itu saat ini digalakkan penyadaran pentingnya emergency preparedness sebagai suatu program jangka panjang yang bertujuan untuk memperkuat kapasitas dan kemampuan wilayah untuk mengatur semua jenis bencana serta memulihkan keadaan pasca bencana hingga ke kondisi pengembangan yang berkelanjutan (sustainability development).

Emergency preparedness dan pengembangan yang berkelanjutan merupakan upaya untuk memberi nilai tambah dari apa yang dimiliki untuk meningkatkan kualitas hidup. Tujuan ini akan dipengaruhi oleh instrumen yang digunakan. Oleh karena itu Emergency preparedness dan pengembangan dapat disebut juga sebagai sinergitas semua stake holders di suatu wilayah, terutama dalam memanfaatkan sumberdaya alam dan lingkungan di wilayah tersebut dengan instrumen yang dimiliki atau dikuasai, yaitu teknologi. Dengan kata lain, keduanya merupakan upaya mengawinkan secara harmonis sumber daya alam, manusia dan teknologi.

Peta dalam Sistem Informasi Geografis (SIG) merupakan salah satu cara terbaik untuk memvisualisasikan hasil penilaian kerawanan (vulnerabilitas), di samping itu peta dapat memadukan dimensi keruangan (spasial), karakteristik dari hazard serta berbagai informasi lainnya seperti gambaran lingkungan maupun data masyarakat yang relevan. Semenjak era komputer dan Internet, SIG semakin populer dan terjangkau. Perangkat lunak sistem informasi geografis tersedia secara komersial maupun gratis. Beberapa negara telah menggunakan penerapan teknologi ini dalam mengatasi dan merehabilitasi bencana kesehatan seperti dengue fever, flu burung dan malaria. Malah, telah memasuki tahap analisis sistem informasi geografis yang lebih canggih, seperti disease clustering, maupun disease modelling. Perangkat lunak ini sangat populer untuk epidemiologi yang dilengkapi dengan modul Epimap untuk SIG. Selain itu, WHO juga memiliki Healthmap.

Pengalaman menunjukkan bahwa, meskipun upaya pengembangan sistem informasi geografis di sektor kesehatan sudah dirintis sejak lama, khususnya untuk pemberantasan dan pencegahan penyakit menular. Namun, hingga saat ini dampak dan manfaatnya belum terasa. SIG Kesehatan masih bisa dikelompokkan dalam kategori sedang berkembang. Proses pengumpulan data dan informasi akan menjadi lebih mudah jika informasi dasar tersedia. Sayangnya, ini merupakan kelemahan kita. Hal ini bisa dilihat dari kenyataan keberadaan data geografis sebagai data dasar pengembangan SIG masih dapat dikatakan jauh dari tertata. Disamping itu, struktur dan format serta pengelolaan datanya masih sangat beragam. Mekanisme pertukaran antar institusi atau kelembagaan dan ketatalaksanaannyapun juga belum sebaik yang diharapkan. Kondisi ini diperparah oleh kenyataan belum lancarnya teknologi pertukaran data, khususnya data geografis, melalui sistem jaringan atau melalui internet. Padahal paradigma globalisasi mendesak keberadaan dan kelancaran komunikasi data, termasuk data geografis tersebut melalui internet.

Harus dipahami bahwa sistem informasi geografis kesehatan ini bukan hanya mengumpulkan data dan membuat visualisasinya dengan peta. Langkah yang terpenting adalah proses updating. Hal ini memerlukan kerjasama lintas sektoral serta fasilitas networking yang memungkinkan updating secara paralel. Dengan adanya Internet, mekanisme updating dan sharing informasi akan menjadi lebih mudah. Hal inilah yang mendorong populernya aplikasi SIG berbasis web. Memilih sebuah software SIG berbasis web bukan merupakan tugas yang mudah mengingat ada puluhan software SIG berbasis web yang ada dan dipasarkan di seluruh dunia. Beberapa software SIG berbasis web dikembangkan oleh perusahaan komersial dengan cara profesional dengan garansi penuh atas layanan purna jualnya, selain itu beberapa software juga dikembangkan oleh universitas dan institut riset dengan dukungan teknis yang kurang baik bahkan buruk karena pada dasarnya software tersebut hanya untuk pengguna internal saja. Selain itu,  harus diingat bahwa salah satu faktor terpenting dalam memilih software SIG berbasis web adalah software tersebut haruslah merupakan sebuah solusi yang lengkap yang menawarkan otomisasi, manajemen, penayangan, dan kualitas keluaran data geografis maupun data multimedia tertentu secara profesional. Di Indonesia problemnya mungkin sedikit lebih sederhana karena software SIG berbasis web yang digunakan luas oleh institusi pemerintah maupun swasta masih sedikit ragamnya. Software SIG berbasis web yang mempunyai dukungan teknis yang baik yang telah digunakan antara lain ArcSIG, MapXtreme, Geomedia Webserver.

Untuk menjamin sustainabilitas, pengembangan sistem informasi geografis kesehatan memerlukan Investasi untuk pengembangan. Investasi ini diperlukan untuk pengadaan perangkat lunak, perangkat keras, pengumpulan sumber data, pelatihan bagi perancang serta user pelaku dan pegiat masalah kesehatan. Melihat prospek sistem informasi geografis kesehatan bisa dikomunikasikan, dapat dianalisa, di update, dimonitoring dan dievaluasi, sangat dibutuhkan  sistem informasi geografis kesehatan untuk penanggulangan penyakit dan pegembangan kesehatan yang berkelanjutan. Dibutuhkan pula skenario-skenario tertentu agar kekurangan-kekurangan yang dihadapi dapat diupayakan melalui pemanfaatan dan peningkatkan kualitas SDM dan perbaikan tata laksana sistem-sistem yang terkoordinir, terencana, akurat dan mutakhir tentunya. Semoga dengan tulisan ini akan menambah wawasan terhadap bencana dan instrumen yang dapat kita kembangkan dalam permasalahan dan pelayanan kesehatan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun