Setelah dua bulan tidak mendapat kabar secara langsung tentang pendiri Wikileaks, Julian Assange, hari Minggu (19/8) kemarin, memperlihatkan dirinya di atas balkon kedutaan Ekuador di pusat London menghadap ke jalan dimana sejumlah pendukungnya berdemonstrasi dan sejumlah pers dari seluruh dunia telah menantinya sejak issue memanasnya hubungan Ekuador dan Inggris.
Assange yang telah masuk dalam daftar interpol sejak Desember 2012 lalu setelah membocorkan ratusan ribu kawat diplomatik AS di sejumlah negara dianggap oleh pemerintah AS telah menciptakan sejarah hitam dalam kerahasiaan informasi intelijen AS.
Dalam pernyataannya Assange menyampaikan kepada Inggris dan AS agar berhentilah memburunya, lebih baik memfokuskan pada konvensi Jenewa (Wina) sehingga tidak melanggar ketentuan yang menjadi standarisasi kesepaktan dunia dalam dunia diplomatik. "Inggris harus memberi contoh teladan bagaimana konvensi Wina harus dihormati di seluruh dunia. Jangan sampai terjadi pembicaraan tolol untuk menuntut media manapun entah itu Wikileaks ataupun New York Times," katanya.
AS, katanya, sedang berada di persimpangan jalan dengan kebijakan seperti itu. Assange mengharapkan agar AS membebaskan Bradley Meaning, salah satu marinir AS yang bertugas di Afghanistan yang telah memberikan kontribusi informasi untuk Wikileaks, karena alasan kebebasan informasi dan hak azasi manusia.
Ia menyindir semangat pergerakan wartawan masih mendapat penindasan akibat tekanan dan kekhawatiran teramat dalam menyampaikan informasi yang benar keada publik. Ia mengaharapkan agar para wartawan(pers) seluruh dinia yang membawa revolusi kebenaran dalam menyampakian informasi tidak lagi berada dalam bayang-bayang kekhawatiran seperti dirinya.
"Saya kira presdien Obama bertindak dengan benar, harus meninggalkan memburu Wikileaks. AS harus berjanji tidak akan mengejar wartawan yang mengedepankan kebenaran. Penindasan terhadap Whistleblower harus segera diakhiri, katanya tenang dengan suara lantang. (sumber : http://www.huffingtonpost.com).
Di hadapan seratusan pengunjuk rasa dan puluhan wartawan dan 50 petugas kepolisian Inggris, Assange juga mengaitkan soal penahan grup musik Punk Rock, Pussy Riot yang ditahan pemerintah Rusia saat beraksi di depan Katedral terbesar di Moskow pada Februari 2012 lalu. Tiga penyanyi eksotik itu menyanyikan lagu yang menyindir kembalinya Vladimir Putin ke Kremlin.
Reaksi Inggris
Media cetak dan elektronik Inggris melansir berita seru tentang reaksi dan pernyataan Assange. The Guardian menurunkan judul berita hangat bagaimana komunikasi chating Assange dan Presiden Ekuador yang berada sejauh 6000 mil tersebut sehingga telah membuat Inggris sakit kepala.
The Telegraph memberitakan tentang posisi dilematis pemerintah Inggris jika berani intevensi ke kdutaan asing meskipun di negerinya sendiri karena akan membuat seluruh kedutaan Inggris di beberapa belahan dunia akan tidak aman atau bersiko.
Mantan duta besar Inggris untuk Rusia (2004-2008), Sir Tony Brenton memberikan penilaiannya tentang pentingnya menghormati konvensi Wina itu tidak sekadar melanggar konvensi tapi juga berakibat buruk bagi seluruh kantor kedutaan dan konsulat di Inggris di manapun. "Saya kira kementrian luar negeri Inggris akan sangat melampaui batas dalam masalah ini karena persoalan praktis dan hukum." katanya. (sumber : http://www.telegraph.co.uk/news).