Mohon tunggu...
Ire Rosana Ullail
Ire Rosana Ullail Mohon Tunggu... Blogger - irero

Content Writer | Sosial Budaya | Travel | Humaniora | Lifestyle | Bisnis | Sastra | Book Sniffer | Bibliophile | Bibliomania | Tsundoku | email : irerosana@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Aku Diinterogasi Fesbuk!

10 Oktober 2014   00:07 Diperbarui: 17 Juni 2015   21:41 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1412849194605573686

Setiap orang kurang suka bila diinterogasi, namun hampir setiap orang gemar menggunakan sosial media (sosmed), bukan?.Apa kaitannya? Tanpa kita sadari, setiap update status di facebook, ngetweet di twitter maupun upload gambar di instagram adalah bentuk luapan emosional atas diri kita sendiri.Tak jarang kita sering menemukan rekan, sanak saudara bahkan diri sendiri meluapkan berbagai emosional entah gembira entah sedih melalui media-media tersebut.Tak hanya update status, cara kita menanggapi status orang lain, mengeshare jenis link-link tertentu pula bisa menunjukkan siapa kita.

Lhoh tapi kan saya jarang update status dan lebih suka membaca status orang lain / menanggapi saja! Mungkin beberapa kalangan berfikir demikian. Namun kondisi yang demikian juga menunjukkan bahwa orang tersebut tergolong dalam kategori silent reader. Secara otomatis kita bisa berfikir bahwa orang-orang tersebut pendiam dan lebih suka mendengar atau mengamati dibanding mengekspresikan diri di khalayak umum.

Tapi, tidak setiap update status yang kita lakukan pasti menunjukkan pula kenyataan yang tengah kita alami, bukan? Mungkin pertanyaan seperti itu juga kerap timbul.Memang ada beberapa orang yang bermuka dua dalam dunia sosmed yaitu mereka yang suka mengupdate status berkebalikan dengan keadaan sebenarnya, agar lebih mudah kita sebut dengan ‘status palsu’.Namun jumlah orang yang mampu berdrama / bermuka dua seperti itu tentu tidaklah banyak.

Mempunyai dua peranan tidaklah mudah, sebagaimana kebanyakan orang sadar atau tidak sadar cenderung terbawa arus untuk meluapkan berbagai luapan emosi, seketika dan saat itu juga.Status palsu tidak melulu palsu, justru kepalsuan itu sendiri menunjukkan betapa orang tersebut pandai bersandiwara atau mungkin pandai menyembunyikan perasaan. Sebaik-baiknya orang menutupi perasaan dan keadaan dengan status palsu toh kita sebagai pihak yang cukup mengenal orang tersebut akan kerasa ada yang janggal.

Sejauh ini, media sosial baik facebook, twitter, instagram, path, bbm, foursquare sukses menjadi team interogator.Tanpa banyak melontarkan pertanyaan bahkan tanpa bertanya sama sekali, orang sudah bisa menjabarkan dirinya sedang apa, di mana, dengan siapa, apa yang dirasakan, ada masalah apa, mau kemana dan bahkan berapa usianya.Dan tanpa disadari, orang-orang melakukan hal-hal tersebut dengan senang hati.

Bahagialah mereka yang mempunyai misi tertentu. Bagi yang punya gebetan misal, dengan gampang mereka bisa mencari tahu tentang orang yang tengah digebet. Begitu juga bagi pemasar, bisa mencari tahu hal-hal pribadi dan kebiasaan klien yang diincar. Yang paling buruk adalah bagi lawan / musuh, bisa mencari tahu titik kelemahan untuk mencari celah.Lebih jauh, tak jarang hal-hal yang dishare sedemikian gampang dan murah meriah tersebut dimanfaatkan oleh beberapa pihak untuk memuluskan aksi tindak kejahatan tertentu.

Sosial Media yang benar adalah media tanpa nyawa, kita lah manusia yang membuatnya aktif dan terasa lebih hidup.Tanpa sadar banyak hal yang kita share secara refleks tanpa melihat balik ke media apakah itu, bagaimana jangkauan media tersebut dan siapa saja yang bisa membacanya.

Interogasi yang dilakukan sosial media memang sangat halus dan rapi hingga kita pun tak terasa tengah diinterogasi. Kita perlu mengingat bahwa di dalam media sosial manapun kita tidak pernah sendiri (banyak mata yang mengamati) dan dari mata mata tersebut mungkin ada sahabat dekat, mantan, dosen, atasan, teman sepekerjaan di mana mereka semua mempunyai cara pandang dan tanggapan sendiri-sendiri. Dengan begitu kita bisa belajar mengontrol dan membenahi apa saja yang perlu (bermanfaat) dan tak perlu kita share di media sosial. Lebih mudahnya, kita bisa memilah mana yang untuk konsumsi pribadi dan mana yang untuk konsumsi publik.

Suka atau tidak diinterogasi sosial media adalah sebuah pilihan. Kita yang memilih kita juga yang menanggung resiko atas pilihan tersebut. Dengan ini semoga kita bisa berfikir ulang tujuan kita ketika menggunakan sosial media.

*Note : Penulis sedang mengingatkan diri sendiri melalui tulisan ini*

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun