Catatan 2 Pekan Di Kab. Mamuju Utara
Dalam kisaran November-Desember 2012, kepemimpinan Ir. H. Agus Ambo Djiwa, MP. Di Kabupaten Mamuju Utara mengalami “penurunan” sehingga thema-thema diskusi di warung kopi dan tempat-tempat kumpul yang sejenis, meluncurkan kritik tajam terhadap deklarator pembentukan Kab. Mamuju Utara ini. Dalam kondisi yang demikian ini, sosok H. Agus Ambo Djiwa, memang sedikit gamang dan itu mempengaruhi kondisi mental dan fisik sang bupati.
Daya tahan mental dan fisik, H. Agus Ambo Djiwa yang menurun terhadap “kritikan” yang mulai mengarah pada “penurunan” kualitas pemerintahannya, itu disebabkan oleh sosoknya yang sangat normatif, santun dan cenderung perasa. Hal tersebut di tangkap dalam pernyataan H. Yaumil RM. Ketua DPRD Mamuju Utara yang juga kakak H. Agus Ambo Djiwa, mengatakan kalau Bupati Mamuju Utara sangat “sabar” dan “perasa” tidak mampu meletupkan apa yang ingin dikatakan.
“Bupati itu memang sabar orangnya, lebih baik ia simpan sendiri kemarahannya. Beda dengan saya, kalau ada staf yang tidak mampu bekerja sebagamana prosedur dan sebagimana mestinya, saya bisa “meledak.” itu berdampak pada kondisi fisik beliau,” kata Yaumil yang diajak bincang November lalu di ruang kerjanya.
Sosok Yaumil yang spontanitas dan apa adanya juga sempat bercanda, mangatakan pula kalau seandainya ia diberi kesempatan jadi bupati, enam bulan saja. Maka ia akan memecat semua Kepala SKPD yang tidak becus bekerja dan cenderung “merusak” mekanisme kerja yang ada.
“Saya memang blak-blakan, itu demi kepentingan daerah. Tidak ada saya simpan-simpan, siapa yang tidak bisa bekerja, silahkan menyingkir,” kata Yaumil sambil tertawa panjang, sebagaimana cirinya yang plong, apa adanya.
Dari celetuk Ketua DPRD Mamuju Utara, dan simpulan pertemuan singkat di ruang tunggu Kantor Bupati Mamuju Utara, bersama Bupati H. Agus Ambo Djiwa, mengatakan kalau dirinya masih lelah – baru sehari berkantor sepulang berobat – akibat aktivitas yang padat. Menunjukkan bahwa penurunan kualitas pemerintah di Mamuju Utara disebabkan oleh “menurunya” kualitas kerja para kepala SKDP di Mamuju Utara. Dan itu perlu adanya sikap yang lebih “tegas” dari Bupati Mamuju Utara untuk melakukan langkah pasti dan jelas dalam menata jajarannya.
Pada sisi lain menurunnya kualitas pemerintahan di Mamuju Utara, tertangkap jelas dari pojok diskusi warung kopi dekat Kantor Bappeda Matra. Adalah Adam Kawilarang yang biasa disapa Daeng Adam, Direktur Radio Sparta dan juga tokoh Jurnalis di Matra, mengatakan kalau daerah ini butuh “pengobatan” karena ada sudah ada suspect bibit penyakit yang bisa memandulkan berbagai lini pemerintahan. Sehingga pembangunan bisa tidak jalan sebagaimana mestinya. Ini berdampak pada menurunnya kualitas hidup masyarakat Matra secara umum.
“Ya, memang mengarah pada kondisi stagnan, sehingga perlu adanya patologi pemerintahan, untuk melakukan diagnosa, kenapa Kabupaten Mamuju Utara, bisa begini. Itu kembali kepada bapak Bupati sebagai pucuk pimpinan,” kata Adam.
Kalau memang terjadi “penurunan” kualitas pemerintahan di Matra, yang bisa menimbulkan “bingung” di tengah masyarakat. Itu banyak-banyak diakibatkan oleh “penghianat” yang mengkhianati ketulusan seorang H. Agus Ambo Djiwa dalam membangun Matra. Sikap Bupati Agus Ambo Djiwa yang memberi “kebebasan” yang berlebihan kepada para kabinetnya. Menyebabkan timbulnya "deviasi" dalam praktek di lapangan. Inilah yang perlu menjadi catatan, penempatan orang-orang yang tepat pada posisi yang tepat. Bukan penempatan yang didasarkan pada “catatan-catatan” yang diberikan oleh orang-orang tertentu?
Sejatinya, upaya-upaya Bupati H. Agus Ambo Djiwa untuk memajukan Kabupaten Mamuju Utara, direspon dengan baik oleh para “pembantunya” dengan bekerja secara tulus dan ihklas. Bukan sebaliknya, membuat deviasi-deviasi yang memancing LSM, Ormas dan kuli tinta menulis untuk menistakan Matra. Kemudian segala “persoalan” yang timbul akibat deviasi yang diciptakan tersebut, kembali kepada Bupati H. Agus Ambo Djiwa sebagai pucuk pimpinan.
Adalah hal yang penting bagi kemajuan Mamuju Utara bahwa di kepala seorang Bupati H. Agus Ambo Djiwa, dalam realitanya, ia adalah sosok yang bersedia bekerja secara all out bagi negerinya, tumpah darahnya.
Jadi sangat pantas disebut “pengkhianat” bagi yang tidak konsisten dengan pemikiran beliau demi Mamuju Utara ke depan.