Setidaknya ada 5 kejadian gempabumi pada Selasa Malam (31 Oktober 2017) di perairan Pulau Ambon dalam rentang waktu kurang dari 2 jam. Kelima gempabumi tersebut memiliki kekuatan yang signifikan dan tergolong gempabumi yang merusak. Rata-rata kekuatan gempabumi yang terjadi adalah magnitudo lebih besar dari 5. Berdasarkan data yang dirilis oleh GFZ, rentetan gempabumi yang terjadi di dekat kota Ambon adalah sebagai berikut :
- 2017-10-31 13:42:28 UTC Time Mag 5.0 Depth 28 Seram, Indonesia
- 2017-10-31 12:37:49 UTC Time Mag 5.6 Depth 26 Seram, Indonesia
- 2017-10-31 11:50:50 UTC Time Mag 6.1 Depth 16 Seram, Indonesia
- 2017-10-31 11:34:42 UTC Time Mag 5.5 Depth 33 Seram, Indonesia
- 2017-10-31 11:31:42 UTC Time Mag 5.7 Depth 27 Seram, Indonesia
Gempabumi tersebut terdiri dari gempa awal (foreshock) magnitudo 5.7 dan 5.5, gempa utama (mainshock) magnitudo 6.1 dan gempa susulan (aftershock) magnitudo 5.6 dan 5.0. Lima gempabumi tersebut merupakan gempabumi yang relatif dangkal dan kemungkinan terjadi akibat adanya aktivitas sesar naik pada zona tumbukan di baratdaya Kota Ambon. Hal ini dibuktikan dengan mekanisme fokus kejadian gempabumi yang dihasilkan oleh BMKG dan GFZ adalah mekanisme sesar naik (Thrust Fault).
Pada gambar 1 menunjukkan lokasi gempabumi utama (mainshock) yang terjadi di perairan Laut Banda di barat daya kota Ambon.
BMKG melaporkan bahwa tidak ada potensi tsunami akibat kejadian gempa bumi ini. Akan tetapi, masyarakat merasakan goncangan gempabumi dan menimbulkan kepanikan. Beberapa media melaporkan adanya kerusakan pada sejumlah fasilitas umum yang ada di Kota Ambon, seperti Bandara Pattimura dan Maluku City Mall mengalami kerusakan seperti yang dilansir Kompas.com.
Jika kita melihat dari sudut pandang tatanan tektonik, wilayah Pulau Seram, Pulau Ambon dan sekitarnya merupakan bagian dari busur Banda di bahagian utara. Lokasi ini berada pada zona tekntonik yang rumit. Hal ini dikarenakan wilayah tersebut sangat dipengaruhi oleh adanya aktivitas tiga lempeng tektonik dunia, yaitu: Lempeng Australia, Lempeng Pasifik-Filipina serta Lempeng Eurasia.
Ketiga lempeng tersebut dikenal sebagai lempeng yang aktif. Implikasi atau dampak dari pertemuan dari ketiga lempeng tersebut adalah gempabumi dan terbentuknya deretan gunung api. Secara historikal, wilayah perairan Laut Banda dan sekitarnya sangat sering terjadi gempabumi, sebagaimana yang ditunjukkan oleh gambar 2 di atas. Kondisi ini memberi kesadaran kepada kita untuk selalu siaga dan berupaya mengurangi dampak risiko akibat gempabumi (ZFZ)
Bandung, 31 Okt 2017