Lihat ke Halaman Asli

Manajemen Pesantren dalam Mempertahankan Eksistensi Santri Perkembangan Zaman

Diperbarui: 21 Oktober 2021   08:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber foto:baitulmustaqim.com

Pesantren tumbuh, berkembang, dan tersebar di berbagai wilayah baik itu pedesaan maupun  perkotaan. Keberadaan pesantren sendiri  sebagai lembaga keislaman sangat kental akan karakteristik dan nilai-nilai strategis dalam pengembangan sikap dan perilaku masyarakat Indonesia yang sebagian besar penduduknya  terdiri dari ummat Islam. Disisi sisi lain, mayoritas dari mereka masih banyak yang tinggal di pedesaan. Berdasarkan realitas tersebut, pesantren sampai saat ini masih memiliki pengaruh kuat pada hampir seluruh aspek kehidupan di kalangan masyarakat muslim yang taat. Kuatnya pengaruh pesantren ini membuat setiap pengembangan pemikiran dan interpretasi keagamaan yang berasal dari luar kalangan pesantren tidak memiliki dampak signifikan terhadap sifat kehidupan dan perilaku masyarakat Islam khususnya bagi yang mengenyam pendidikan di pesantren.

Manajemen dan metode yang digunakan Pesantren dalam membentuk eksistensi dan Perilaku kebiasaan santri cukup beragam. Perilaku terhadap sesuatu yang  kemudian dijadikan kebiasaan karena adanya nilai yang diyakin dapat bertahan lebuh lama daripada perilaku yang hanya karena paksaan untuk mendapatkan nilai atau pengakuan semata. Perilaku manusia pada dasarnya terdiri dari komponen pengetahuan, sikap , dan keterampilan dalam merencanakan dan merealisasikannya dalam bentuk tindakan nyata.

Berikut beberapa metode pesantren yang dapat digunakan dalam pembentukan eksistensi dan perilaku santri.

  • Metode mendidik melalui mauidzah (nasehat), metode mendidik melalui mauidzah atau nasehat merupakan salah satu yang paling banyak diterapkan di pesantren. Metode ini dapat diartikan sebagai sebuah pengingat atas kebaikan dan kebenaran dengan jalan apa yang dapat menyentuh hati dan membangkitkannya untuk mengamalkannya. Hal ini terkait tentang kebaikan dan kebenaran yang harus dilakukan oleh seorang santri misalnya adab dan sopan santun serta rajin dalam beramal. Lalu unsur lain dalam penunjang metode ini adalah motivasi dalam melakukan kebaikan karena dengan motivasi yang kuat, nasehat akan mencapai tingkat tertinggi untuk diamalkan.
  • Metode keteladanan,  Secara psikologis, mayoritas manusia sangat memerlukan keteladanan dalam mengembangkan sifat-sifat dan potensinya. Pendidikan dalam membentuk perilaku lewat keteladanan adalah pendidikan dengan cara memberikan contoh-contoh nyata bagi para santri. Dalam pesantren sendiri, pemberian contoh keteladanan sangat ditekankan. Kiai dan ustadz harus senantiasa memberikan contoh perilaku teladan yang baik bagi para santri baik dalam ibadah-ibadah maupun kehidupan sehari hari. karena nilai-nilai dan perilaku tersebut harus actual dan berkorelasi terhadap apa yang disampaikan. Karena jika watak seorang kiai atau ustadz sesuai konsekuennya semakin didengar pula ajarannya.
  • Metode mendidik melalui kedisiplinan, Dalam ilmu pendidikan, kedisiplinan dikenal sebagai cara menjaga kelangsungan kegiatan pendidikan karena semua hal yang berkaitan dengan tata tertib atau peraturan pesantren harus ditaati dan dilakukan sesuai perkara yang terjadi. Metode ini identik dengan pemberian hukuman atau sanksi. Tujuannya untuk menumbuhkan kesadaran santri bahwa apa yang dilakukan tersebut tidak benar, sehingga ia tidak mengulanginya lagi.
  • Metode Latihan dan Pembiasaan, Mendidik perilaku dengan latihan dan pembiaasaan adalah mendidik dengan cara memberikan latihan-latihan terhadap norma yang berlaku kemudian membiasakan santri untuk melakukannya. Dalam pendidikan di pesantren, metode ini biasanya akan diterapkan pada ibadah-ibadah amaliyah, seperti shalat berjamaah, kesopanan pada kiai dan ustadz. Pergaulan dengan sesama santri dan kegiatan sejenisnya. Sehingga tidak asing di pesantren banyak dijumpai para santri sangat hormat pada ustadz dan kakak-kakak seniornya dan santun pada adik-adik junior, santri memang dilatih dan dibiasakan untuk bertindak demikian hingga akhirnya latihan dan pembiasaan ini akan menjadi akhlak yang melekat dalam dir santri dan menjadi tidak terpisahkan bahkan dalam kehidupan sehari-hari.
  • Mendidik melalui kemandirian, Kemandirian tingkah-laku adalah kemampuan santri untuk mengambil dan melaksanakan keputusan secara bebas. Proses pengambilan dan pelaksanaan santri termasuk kepada aspek kemandirian dimana seorang santri dapat secara mandiri menentukan arah tujuannya di pesantren. Tentunya hal ini masih akan dipantau oleh pihak pesantren karena dalam pendidikan melalui kemandirian sendiri seorang santri harus dapat berpikir dan menyelesaikan suatu masalah sendiri tanpa harus dibantu oleh pihak lain, dan jika santri masih belum bisa maka pihak pesantren dapat memberikan sedikit masukan terhadap hal tersebut.

Disisi lain, Manajemen dan metode pesantren juga diharapkan dapat menjaga bahkan menaikkan popularitas dan eksistensi santri di zaman sekarang. Banyak hal atau sarana yang dapat digunakan oleh saantri maupun manajemen pesantren di era digital ini. Misalnya, dengan menggunakan media sosial manajemen pesantren dan para santri dapat memberikan edukasi melalui konten konten digital yang menghibur tanpa menghilangkan karakteristik santri  didalamnya dan memberikan perihal pendidikan tentang agama islam melalui konten tersebut. Selain konten digital para santri atau bahkan kyai dapat memberikan tausiyah dan dakwah melalui seminar maupun diskusi publik tentang problematika sekarang ini. Disamping mampu memberikan edukasi tentang agama secara lebih mudah, manajemen pesantren  juga mampu menaikkan popularitas pesantren dan santri diberbagai aspek seperti memunculkan anggapan bahwa mondok dan dan menjadi santri itu keren dan tidak ketinggalan zaman yang berakibat pada banyaknya orang yang mendaftar ataupun mendaftarkan anaknya untuk bersekolah dan menunutut ilmu di pesantren.

Selain itu, konten edukatif atau seminar  yang diadakan harusnya dapat dibungkus dalam penyampaian yang unik dan berbeda terlepas dari penyampaian yang kaku dan monoton karena dapat lebih membuka pikiran para pendengarnya sehingga mampu menumbuhkan inovasi baru terkait hal hal yang berhubungan dengan santri maupun pondok pesantren.

Setelah lulus atau menyelesaikan pendidikan di pesantren santri dapat bekerja sebagai motivator atau penceramah yang penyampaian dakwahnya dilakukan dengan enjoy dan tidak terpaku pada satu arah saja. Problematika yang dibahas juga mengikuti masalah yang timbul karena perkembangan zaman karena sejatinya kehidupan manusia itu terus berkembang terlepas itu berkembang kepada hal yang baik atau menjerumus kepada hal yang buruk dimana hal-hal tersebut harus tetap diawasi baik oleh para santri maupun ustadz agar tetap dapat menjaga indonesia dari paham bebas yang ekstrim yang dapat mengganggu keseimbangan bangsa dan negara. Selain berkecimpung di bidang dakwah para santri juga dapat menekuni bidang perbankan yaitu perbankan syariah yang dimana bidang yang terkait dengan syariah sedang berkembang di indonesia dan santri dapat terus mempertahankan eksistensinya dengan memberikan pelayanan sesuai dengan hukum syariah yang telah ditetapkan.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline