Lihat ke Halaman Asli

zaldy chan

TERVERIFIKASI

ASN (Apapun Sing penting Nulis)

Cerpen: Ajari Aku Mencintai Jalan Pulang

Diperbarui: 6 Oktober 2022   22:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi jalan pulang. Sumber: Dorothe/pixabay.com

Tak banyak yang bisa kuceritakan padamu tentang langit.

Selain gumpalan awan mendung yang terbiasa menelan kecewa, tertatih menahan butir-butir hujan. Atau, belantara dirgantara yang dipaksa bersembunyi, terlatih membiru menyerupai lautan.

Kau mungkin enggan dan merasa bosan. Berkali mendengar kisah gerakan ritmis dan tarian erotis sepasang kupu-kupu, yang menikmati sepi. Sesekali berhenti di sehelai daun Akasia, menjumput sari setangkai Mawar yang berduri, atau sejenak singgah di rerimbunan putik Melati. 

Diam-diam merajut jalinan janji paling suci. Sehidup semati.

"Isi langit tak hanya kupu-kupu, Mas," ujarmu.

Aku pernah mengganti kisah. Ketika sepasang kupu-kupu berubah menjadi seekor elang. Sang petualang dan pemburu tangguh di cakrawala. Namun, tak pernah melupakan jalan pulang.

"Ganti, Mas! Elang itu, sosok yang egois." Matamu menatapku.

Akupun mengerti makna tatapanmu. Dan, di sela-sela renyah tawa, sepasang mata indah milikmu lenyap di balik kelopak matamu. Saat aku berkisah tentang pesawat tempur yang tak pernah kulihat mendarat di bandara.

"Tak adakah kisah lain tentang langit?"

Genggam jemarimu, menyertai bisik lirihmu di telingaku. Saat itu, kubiarkan bisu bertamu di ruang dan waktu. Haruskah aku ceritakan padamu, jika langit adalah tempat persembunyian paling suci dari rasa sakit?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline