Lihat ke Halaman Asli

zaldy chan

TERVERIFIKASI

ASN (Apapun Sing penting Nulis)

Puisi: Uangi Uangu

Diperbarui: 18 Desember 2021   19:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi ruang kelas (Foto oleh Stephen Paris dari Pexels)

Pagi tadi. Ruang kelas sunyi tapi tidak sepi. Wajah-wajah beku menanti. Di bangku kayu. Tubuh-tubuh kaku duduk menunggu.

"Satu!"

Satu wajah sumringah berdiri. Tak lupa menyapa wajah jengah kanan dan kiri. Butuh sedikit waktu. Kemudian menghilang di balik pintu.

"Dua!"

Satu wajah ramah berdiri. Tak perlu lagi duduk antri. Menyisakan anggukan ringan ke barisan bangku. Sebelum menghilang di balik pintu.

"Lima!"
"Sebelas!"
"Duapuluh sembilan!"

Satu persatu, tubuh-tubuh lesu menjauh dari bangku. Bergantian wajah-wajah jemu menghilang di balik pintu. Tersisa satu wajah. terbiasa memetik gundah.

"Saya..."
"Maaf. Apakah tadi sudah bertemu..."

Barisan kata di ruang kepala masih merekat di kepala. Deretan angka dari bendahara masih melekat di telinga.

Iuran bulanan, angsuran awal tahun, tabungan mingguan, sumbangan perpisahan, uang beli buku. Uang ini, uang itu. Rapor ini ....

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline