Lihat ke Halaman Asli

Cerbung Spesial Hari Ayah: Aku Kembali Bertemu Ayah (1)

Diperbarui: 14 November 2017   01:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Namaku Magdalene, aku seorang gadis piatu tanpa kasih sayang seorang ayah. beliau meninggalkanku diusiaku yang ke-10, 2 bulan setelah aku berulang tahun ke-10. ini segelintir kisah saya

"magda, biarkanlah ayahmu pergi. masih ada ibu yang menyayangimu" ibu kemudian mengelap pipiku yang basah penuh air mata dan memelukku

"kenapa mama?" isakku

"suatu hari nanti, akan ada masa ayahmu akan kembali hanya kepadamu, ibu ikhlas atas perceraian dengan ayahmu. ibu tidak masalah ayahmu melupakan ibu. sebuas-buasnya harimau tidak memakan anaknya, Sesungguhnya tidak ada ayah yang mencelakai maupun  menyakiti anaknya baik fisik maupun batin. itupun ada, hanyalah pelampiasan amarah beliau. Beliau sesungguhnya tetap menyayangimu tetapi nuraninya tertutup oleh hawa nafsunya. Percayalah kepada ibu, suatu saat beliau sadar akan segala kesalahannya dan kembali kepadamu."

aku tidak kuasa menahan tangis oleh nasihat ibuku, ibuku meninggal tepat 2 tahun setelah ayah resmi bercerai dengan ibuku tanpa surat resmi. Entah mengapa aku memiliki rasa dendam kepada ayah karena tega meninggalkanku tanpa satupun diberi nafkah, akan tetapi aku harus meredamnya karena ibuku selama masih hidup ibu tidak pernah mengajarkan rasa dendam terhadap siapapun, termasuk ayah.

saat ini usiaku tepat 15 tahun, semenjak kepergian ibu untuk selamanya aku hanya hidup sendiri. Biaya hidupku berasal dari tanteku yang mengerti keadaanku yang yatim piatu. Tanteku tidak tahu bahwa sesungguhnya aku masih memiliki ayah, saudara sepupunya, akan tetapi aku merahasiakan keberadaannya. hingga suatu saat Ana, teman berbeda kelas di sekolah yang juga teman mainku sejak kecil menanyakanku

"magda, sebenarnya siapa sih bapakmu? Selama ini  kalo ambil rapot bukan ibu atau bapakmu tapi sama tante tante bule"

aku hanya diam tidak tahu aku harus menjawab apa, namun aku menjawabnya dengan santai

" tetangga gue kali yang mau bersedia ambilin gue rapot."

"tapi, kuperhatikan ya kok seperti sangat mengenalmu, bahkan tidak sengaja  pernah denger percakapan soal ibumu? dia sebenarnya siapanya kamu? aku hanya mengenal ibumu, ibumu itu sepertiku orang kebanyakan, lah yang ini seperti orang bule?

"aku tidak bisa menjawab itu, an." aku membalas pertanyaan Ana dengan putus asa

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline