Lihat ke Halaman Asli

Zainab Abdullah

Zainab binti Abdullah

Aku, Kau, dan kita

Diperbarui: 25 Februari 2020   06:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Menjalani lintasan sandar dunia meraup kaya ilmu dengan seksama lantas hari kian berlalu sampai dimana hari aku berjumpa dengan mu membisu sunyi tak berirama kian lalu makin saja dalam pandangan matanya sorot nya berisi tatapan yang kian lama kian Engan ku palingan mata ku.

Hari itu pertama kali aku melihat nya berjumpa dengan seseorang yg kutatap lembut lebih lama Tanpa mengenal siapa dia Tanpa sadar senyum nya menyapa tanpa sadar senyum tipis merekah pada wajah ku membalas lukisan indah diwajah nya.

Sejak saat itu aku melihat betapa relungnya mata istigfar berkali ku ucap dan menghentikan bayangmu dibenak ku hari demi hari kian saja berlalu sampai dimana aku kembali dan mempertahankan izzahku sebagai muslimah yang tak kan menatap mata seorang bukan mahram nya begitu dalam apalah daya hati ku sudah fitrah manusia merasakan sebuah getaran yang belum pernah terasa reda nya Tanpa adanya balasan asmara 

Sadar tak sadar aku larut dan dia selalu berlari dibawah alam sadar ku hingga sampai dimana kudapati pesan pena dari nya entah bagaimana perasaan ku kala itu sungguh betapa aneh nya perasaan itu mengapa dia memberiku sebuah simponi pena bertabur tanya ohh ternyata diluar nalarku ekspetasi ku begitu dalam ia hanya bertanya tentang adiknya yaa adiknya adalah muridku sekaligus sahabatku masih hangat dihari ku pakaian putih dan kerudung hitam panjang ku ialah kostum pertama aku berjumpa dia sejak saat itu pesan pun muali terkirim oleh nya Tanpa kusadari waktu larut dan berlari Tanpa menunggu ku entah apa yang terjadi aku blum pernah begitu dekat dengan seseorang seperti dia 

Bercerita tentang apa aku ini mengapa begitu tak terarah dan membingungkan sang pembaca aku kau dan kita adalah sebuah kisah yang blum berujung akhirnya bahkan dimulaipun masih seutas kecil pena dan tinta 

Rupanya perasaan ku tak bertepuk sebelah tangan ia menyambutku dengan lembut nya logika ku terus saja ingin meninggal kan nya, melupakan nya ,menjauhkan nya  tapi mengapa ia begitu sulit ku usir dalam benak ku hingga kurencanakan kehidupan yang bermakna "kita" yaa aku kau yang akan menjadi kita hingga kini yang ku jalani ialah ketetapan yang kuasa yang digariskan untuk ku aku tak tau apa akhir kisah ku nanti dengan nya .

Demikian lah kehidupan Tanpa tau akhirnya menjalani dan berakit rakit mengikuti sunatullah ialah qada dari sang Khaliq entah berjodoh atau tidak meyakinkanku ialah Allah tiada mempertemukan sesuatu apapun Tanpa ada asbab nya segalanya pasti lah ada kisah hikmah dan tarbiyah .

Apa lagi yang dapat kutulis, Tanpa kulerjelas semua pun akan tau pada akhirnya kisah ini adalah aku kau dan kita.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline