Lihat ke Halaman Asli

Zahra Chaerani

mari nugas

Apa yang Perlu Diperbaiki dari Konten Kita?

Diperbarui: 24 Juni 2021   01:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Perkenalkan, saya Zahra Chaerani. Mahasiswa Ilmu Komunikasi semester 4, di Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta.

Belakangan ini saya sering membuat konten, namun terasa sangat berbeda karena semakin lama saya merasa bahwa konten saya kurang pantas. Bukan karena berbau pornografi, namun karena isinya sebatas guyonan atau bercanda.

Padahal, masih banyak hal yang bisa saya buat konten. Tentunya yang lebih bermanfaat juga. Tidak harus tentang matematika, Bahasa inggris, fisika, atau yang lainnya. Namun, dengan memberikan informasi yang benar dan tepat, itu sudah termasuk konten yang bermanfaat.

Selain itu juga tampilan dari konten yang saya buat, menurut saya semakin hari semakin membosankan. Bukan karena hal lain, melainkan dari diri saya sendiri yang selalu ingin "bermain aman". "bermain aman" artinya tidak mau mencoba hal baru yang lebih menantang, yang memiliki risiko yang lebih banyak, hanya stay di zona nyaman saja.

Metode yang saya gunakan ialah mengetahui apa yang sedang ramai diperbincangkan. Misal di platform TikTok, dengan menggunakan sound yang sama dengan sound yang sedang ramai digunakan, it akan membuat konten yang saya buat akan dapat dilihat banyak orang.

Awal membuat konten memang mempengaruhi hasil konten yang telah dibuat. Jika kita hanya berniat untuk iseng belaka, akan menjadikan konten terasa "biasa" dan memang kurang menarik.

Namun, jika kita memang berniat membuat konten untuk education purpose, akan berbeda. Tentunya kita buat konten tersebut dengan effort yang lebih daripada saat membuat konten iseng sebelumnya. Effort yang telah dikeluarkan akan menghasilkan konten yang baik pula.

Ternyata tanpa disadari, belakangan ini saya membuat konten hanya karena iseng, tidak memiliki tujuan tertentu. Sehingga, kontennya terlihat kurang menarik untuk di simak.

Effort yang dikeluarkan, akan sama dengan feedback yang akan di dapat. Namun, hal itu tidak selalu menjajikan begitu. Terkadang, saat saya membuat konten dengan effort yang lebih daripada sebelumnya, feedback yang di dapat tidaklah sama.

Menyampaikan info yang benar dan tepat (bukan hoax) memang terkadang feedback yang didapatkan kurang. Bisa juga karena pengguna media social lebih menyukai kabar yang tidak benar.

Memperhatikan Customer behavior merupakan salah satu metode yang saya gunakan dalam membuat konten. Mengenali pola perilaku dan tanggapan audiens saat disajikan dengan konten yang terkait dengan jenis konten sangat penting untuk menyusun strategi akuisisi audiens. Mengetahui perilaku user terhadap konten dapat memberikan perspektif pada konten saya mengenai jenis konten yang dinikmati oleh user.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline