Lihat ke Halaman Asli

Atiqah Zahra

Mahasiswi

Dana Cadangan Darurat: Sang Penolong disaat Kepepet

Diperbarui: 17 Oktober 2025   23:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pineterest. Id

Pernah nggak sih kamu ngalamin hari-hari di mana semua hal kayaknya kompak bikin repot? Dompet udah tipis, motor tiba-tiba rewel dan mogok di jalan, eh, nggak lama kemudian ada kabar mendadak harus keluar uang buat urusan tak terduga. 

Nah, di momen-momen yang bikin kita kelabakan kayak gitu, barulah kita benar-benar sadar: harusnya dari dulu gue punya dana darurat!

Ide dana cadangan darurat ini sebetulnya simpel banget: nyiapin sejumlah uang untuk "menyelamatkan diri" dari kejadian yang sama sekali nggak kita rencanain. Masalahnya, karena kata "darurat" itu nggak pernah kelihatan wujudnya sampai kejadian beneran datang, banyak banget dari kita yang mikir, "ah, nanti aja, gampang!" Padahal, justru pola pikir santai itulah yang sering bikin kita langsung panik dan kelabakan saat keadaan tiba-tiba berubah 180 derajat.

Banyak orang salah kaprah, dikira dana darurat itu harus punya nominal yang super gede baru dibilang "siap". Padahal, kuncinya bukan di angkanya, melainkan di kebiasaan dan konsistensi kita menyisihkan uang. Nggak perlu nunggu punya gaji besar atau penghasilan tetap kok buat mulai nyicil dana ini sedikit demi sedikit.

Coba deh, misal tiap minggu kamu cuma nyimpen Rp10 ribu atau Rp20 ribu saja. Keliatannya memang kecil, tapi kalau dikumpulin dan didiamkan selama beberapa bulan, percaya deh, nominal itu bisa banget jadi penolong saat kita lagi kepepet. Yang paling penting, kita harus disiplin. Soalnya, kalau kita nunggu "ada uang lebih" dulu baru mau nabung, ya bisa-bisa nggak bakal mulai-mulai! 

Dana darurat yang disatuin sama tabungan biasa atau bahkan di rekening harian merupakan salah satu kesalahan klasik yang sering menjebak. Akibatnya, begitu ada diskon gila-gilaan, promo tanggal kembar, atau travelling mendadak, uangnya malah ikut-ikutan raib tanpa jejak.

Makanya, kalau bisa, pisahkan dana daruratmu! Bikin rekening terpisah yang nggak ada kartu ATM-nya, atau simpan di instrumen yang agak sulit diakses cepat. Anggap saja uang itu sedang kamu "sembunyikan dari diri sendiri" sampai kamu benar-benar butuh banget. Dana darurat itu ibarat payung: kalau cuma disimpan terus, mungkin nggak akan kepake setiap hari. Tapi begitu hujan badai datang, kita bakal bersyukur banget karena nggak kehujanan.

Katanya sih, dana darurat idealnya itu 3 sampai 6 kali pengeluaran bulanan. Tapi, hey, itu kan cuma patokan! Kalau kondisi keuanganmu saat ini masih pas-pasan, nggak usah langsung pusing sama angka tersebut. Fokus aja dulu untuk memulai.

Lama-lama, seiring kita terbiasa menyisihkan uang, nominalnya bakal naik sendiri kok. Prosesnya memang pelan-pelan, tapi yang penting langkahnya pasti.

Yang menarik, dana darurat itu sebetulnya bukan cuma tentang punya uang cadangan, lho. Tapi lebih kepada menciptakan rasa tenang. Ini tentang perasaan "aku siap, apapun yang terjadi di luar sana." Kita nggak perlu panik dan buru-buru minjem atau langsung gesek paylater kalau tiba-tiba ada kebutuhan tak terduga.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline