Lihat ke Halaman Asli

Zabidi Mutiullah

TERVERIFIKASI

Concern pada soal etika sosial politik

Seperti Apa Kira-kira "Wajah" Pemilu 2024?

Diperbarui: 1 Agustus 2023   15:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi Pemilu 2024. (Sumber: Kompas.com/Andika Bayu Setyaji) 

Anda tahu, mulai Selasa tanggal 25/07/2023 kemarin, semua salon kecantikan di Afghanistan ditutup. Langkah ini di ambil secara radikal oleh pemerintahan Taliban yang bermaskas di Kabul itu. 

Alasannya, karena kurang sesuai dengan syariat islam. Sebuah sikap, yang menurut saya, terlalu sempit. Semoga yang begini ini tak sampai terjadi di negara kita Indonesia.

Sebagaimana diketahui, kelompok Taliban mendapatkan kekuasaan melalui peperangan. Patut di syukuri, sampai detik ini pergantian kekuasaan dinegara kita masih tetap menggunan cara beradab, yakni pemilu. Dan ini wajib dipertahankan sampai kapanpun. Demi masa depan anak cucu dan eksistensi beragam suku bangsa yang ada di Indonesia.

Bagaimanapun, fenomena yang terjadi di Afghanistan harus dihindari. Mengapa, karena secara terang benderang mengeleminir kebebasan memilih peran anak manusia, khususnya hak perempuan Afghanistan. 

Padahal, ajaran islam sendiri tak punya doktrin demikian. Malah, sejak kedatangan Nabi Muhammad SAW, hak perempuan memilih peran dijamin seluas-luasnya.

Lalu siapa yang punya tanggung jawab untuk menjaga ajaran islam tersebut? Ya kita semua yang hidup di masa sekarang. Khususnya partai politik, para politisi, bakal capres atau cawapres, serta kelompok masyarakat. 

Karena mayoritas, ya terutama umat islam sendiri. Caranya, berusaha keras agar setiap gelaran pemilu berlangsung kondusif. Menjauhkannya dari trik dan intrik yang berpotensi membawa kehancuran atau pecah belah antar anak bangsa.

Pemilu 2024 sudah di depan mata. Ada dua proses pergantian pejabat yang terjadi didalamnya, yaitu Pileg dan Pilpres.

Berdasar pengalaman yang sudah-sudah, dalam konteks kekuasaan macam Taliban, pilpres lebih rentan dibanding pileg. Mungkin karena pertarungannya terjadi secara perorangan. 

Sementara pada pileg, meski ada persaingan antar Caleg karena sistem terbuka, rebutan suara lembaga parpol masih lebih dominan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline