Beberapa tahun terakhir, istilah job hopping sempat jadi tren di dunia kerja. Banyak anak muda dengan percaya diri pindah dari satu perusahaan ke perusahaan lain hanya dalam hitungan bulan atau tahun. Mereka mempunyai alasan yang beragam: mencari gaji lebih tinggi, lingkungan kerja lebih sehat, atau sekadar ingin mencoba tantangan baru.
Namun, belakangan muncul tren sebaliknya: job hugging. Sebagian pekerja justru memilih bertahan di satu tempat dalam waktu lama, meski peluang di luar sana cukup terbuka.
Fenomena ini menarik, terutama di kalangan pekerja muda yang sering diasosiasikan dengan semangat eksplorasi. Mengapa ada yang justru memilih untuk tetap diam di satu tempat? Apakah ini bentuk loyalitas, rasa aman, atau justru tanda takut melangkah?
Apa Itu Job Hugging?
Job hugging bisa dibilang sebagai kecenderungan seseorang untuk memeluk erat pekerjaannya dan menolak pindah, meskipun peluang baru datang dan cukup menggelitik. Beda dengan sekadar loyal, job hugging lebih sering dipicu oleh rasa takut atau enggan menghadapi ketidakpastian.
Jika job hopping sering dipandang progresif karena mendorong peningkatan karier, job hugging kerap diasosiasikan dengan bertahan dalam zona nyaman. Padahal, realitasnya tak sesederhana itu.
Mengapa Pekerja Muda Memilih Job Hugging?
Ada beberapa alasan yang membuat fenomena ini semakin banyak ditemui, di antaranya adalah:
- Keamanan Finansial
Dengan job hugging zaman sekarang keamanan finansial cukup dirasakan jika kita tetap bertahan. Gaji stabil, tunjangan jelas, dan fasilitas lainnya sering jadi alasan utama. Tak sedikit pekerja yang merasa lebih aman bertahan ketimbang gambling di tempat baru. - Takut Memulai dari Nol
Memasuki lingkungan baru berarti harus membangun relasi kerja, adaptasi budaya, bahkan membuktikan diri lagi. Tidak semua orang siap mengulang proses itu. - Zona Nyaman yang Terlalu Nyaman
Ada yang merasa sudah cocok dengan ritme kerja, teman kantor, bahkan jarak dari rumah. Ketika semua terasa pas, keluar menjadi pilihan yang sulit. - Lingkungan Kerja yang Cukup Baik
Meski tidak sempurna, ada pekerja yang merasa kantornya sudah lumayan sehat. Selama tidak toksik dan kebutuhan dasar terpenuhi, mereka enggan pindah.
Dampak Positif Job Hugging
Meski sering dianggap sebagai “stagnasi”, job hugging bukan berarti sepenuhnya buruk. Ada sisi positif yang bisa didapat:
- Stabilitas Karier
Dengan bertahan lama, seseorang bisa membangun reputasi yang kuat di perusahaan. - Peluang Promosi
Perusahaan sering memberi prioritas pada karyawan lama untuk naik jabatan. - Relasi yang Lebih Kuat
Bertahun-tahun bekerja bersama membentuk jaringan profesional yang solid.
Dampak Negatif Job Hugging
Namun, ada juga risiko yang perlu disadari:
- Stagnasi Skill
Pekerjaan yang sama terus-menerus bisa membuat keterampilan tidak berkembang. - Kesempatan yang Hilang
Banyak peluang lebih baik mungkin terlewat hanya karena terlalu nyaman di tempat lama. - Rentan Dimanfaatkan
Kadang, perusahaan melihat loyalitas berlebihan sebagai kesempatan untuk menahan karyawan tanpa banyak memberi kenaikan kesejahteraan.
Refleksi Pribadi: Dari Job Hopping ke Job Hugging
Kalau saya melihat ke belakang, perjalanan karier saya tidak langsung lurus. Sejak lulus, saya sempat mencicipi berbagai pekerjaan: part-time di rumah makan, mencoba dunia marketing, bekerja di perusahaan aksesoris, hingga merasakan atmosfer toko buku Gramedia. Semua itu memberi banyak pengalaman, meski seringkali hanya sebentar.
Namun, akhirnya saya menemukan titik nyaman saat bergabung dengan sebuah sekolah swasta. Awalnya mungkin hanya berpikir untuk mencoba, tetapi ternyata saya bertahan hingga kini, memasuki tahun ke-22.