Lihat ke Halaman Asli

Yuntha Bimantara

Mahasiswa Magister, Program Studi Kehutanan, Fakultas Kehutanan, Universitas Sumatera Utara

Studi Etnobotani, Pemanfaatan Tumbuhan Obat Dalam Menjaga Imunitas di Tengah Pandemi

Diperbarui: 2 Mei 2020   02:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Indonesia dikenal sebagai sumber bahan baku obat-obatan tropis yang dapat dimanfaatkan untuk mengatasi berbagai macam penyakit. Tumbuhan obat adalah seluruh jenis tumbuhan obat yang diketahui atau dipercaya mempunyai khasiat obat. Tumbuhan obat dikelompokkan menjadi tiga kelompok, yakni 

1. Tumbuhan obat tradisional, yaitu: jenis tumbuhan obat yang diketahui atau dipercaya oleh masyarakat mempunyai khasiat obat dan telah digunakan sebagai bahan baku obat tradisional. 

2. Tumbuhan obat modern, yaitu: jenis tumbuhan yang secara ilmiah telah dibuktikan mengandung senyawa atau bahan bioaktif yang berkhasiat obat dan penggunaannya dapat dipertanggungjawabkan secara medis.

 3. Tumbuhan obat potensial, yaitu: jenis tumbuhan obat yang diduga mengandung senyawa atau bahan aktif yang berkhasiat obat, tetapi belum dibuktikan secara ilmiah atau penggunaannya sebagai obat tradisional sulit ditelusuri.

Penggunaan tumbuhan sebagai obat tradisional juga semakin banyak diminati oleh masyarakat karena telah terbukti bahwa obat yang berasal dari tumbuhan lebih menyehatkan. Tumbuhan-tumbuhan yang digunakan sebagai obat tradisional juga tidak menimbulkan adanya efek samping jika dibandingkan dengan obat-obatan yang berasal dari bahan kimia. Namun, yang menjadi permasalahan bagi peminat obat tradisional adalah kurangnya pengetahuan dan informasi memadai mengenai berbagai jenis tumbuh-tumbuhan yang biasa digunakan sebagai ramuan obat-obatan tradisional dan bagaimana pemanfaatannya. 

Dalam hal pemanfaatan tumbuhan sebagai ramuan obat-obatan, dikenal istilah etnobotani. Etnobotani secara terminologi dapat dipahami sebagai hubungan antara botani (tumbuhan) yang terkait dengan etnik (kelompok masyarakat) di berbagai belahan bumi, dan masyarakat umumnya. Etnobotani dapat digunakan sebagai salah satu alat untuk mendokumentasikan pengetahuan masyarakat tradisioal, masyarakat awam yang telah menggunakan berbagai macam jasa tumbuhan untuk menunjang kehidupannya. Pendukung kehidupan untuk kepentingan makanan, pengobatan, bahan bangunan, upacara adat, budaya, bahan pewarna dan lainnya.Semua kelompok masyarakat sesuai karakter wilayah dan adatnya memiliki ketergantungan pada berbagai tumbuhan, paling tidak untuk sumber pangan. Dalam kehidupan modern telah dikenal lebih dari seratus jenis tumbuhan untuk sumber makanan, tetapi sebenarnya telah dipergunakan ribuan jenis tumbuhan di berbagai belahan bumi oleh berbagai etnik. Etnobotani memiliki arti sebagai ilmu yang mempelajari tentang pemanfaatan tumbuh-tumbuhan yang digunakan oleh suatu etnis atau suku tertentu untuk memenuhi kebutuhan sandang, pangan, maupun untuk obat-obatan.

Studi kasus pada tulisan ini mengenai pemanfaatan tumbuhan obat di Desa Bingkawan, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara. Dalam penelitian Sembiring (2019), tumbuhan obat di Desa Bingkawan sangat beragam dan dapat dijumpai pada pekarangan rumah penduduk. Masyarakat Karo di Desa Bingkawan juga memanfaatkan tumbuhan obat yang berasal dari hutan. Tumbuhan obat yang dimanfaatkan mulai dari tingkat semai sampai pohon. Tumbuhan obat yang beraneka ragam jenisnya banyak digunakan oleh masyarakat Karo sebagai obat tradisional karena memiliki banyak manfaat bagi kesehatan. Menurut masyarakat, tumbuhan obat yang ada di desa ini sudah dimanfaatkan sebagai obat tradisional sejak zaman dahulu.

Kearifan lokal masyarakat Desa Bingkawan memanfaatkan 5 bagian tumbuhan, yaitu daun, rimpang, akar, batang, dan buah. Cara masyarakat mengolah tumbuhan menjadi obat yaitu direbus, dihaluskan kemudian dicampur air matang, dihaluskan atau dikunyah kemudian diambil sarinya, direbus kemudian dijadikan air mandi atau dioleskan, dan dihaluskan kemudian ditempel pada permukaan yang sakit. Tumbuhan obat yang terdapat di Desa Bingkawan terdiri dari 32 spesies dari 24 famili. Berikut ini adalah jenis-jenis tumbuhan obat yang dimanfaatkan masyarakat Desa Bingkawan.

1. Alpukat (Persea americana Mill.)

Masyarakat Desa Bingkawan memanfaatkan daun alpukat sebagai obat darah tinggi (hipertensi). Anggorowati dkk. (2016) pada penelitiannya menyatakan tanaman alpukat merupakan salah satu obat tradisional. Tanaman alpukat digunakan untuk mengobati sariawan, kencing batu, darah tinggi, kulit muka kering, sakit gigi dan penyakit lainnya. Daun alpukat memiliki rasa yang pahit. Daun alpukat dimanfaatkan sebagai obat karena berkhasiat sebagai diuretik, menghambat pertumbuhan beberapa bakteri, menyembuhkan darah tinggi, kencing batu dan sakit kepala.

2. Besi-besi (Justicia gandarussa)

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline