Lihat ke Halaman Asli

Gelisahku Ketika Hujan

Diperbarui: 2 November 2018   21:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Entahkah kau paham gelisahku, ketika sejak pagi tadi aku terbangun, suara deras hujan sangat deras. Angin membawa rintiknya sedikit demi sedikit membasahi kamarku melalui lubang fentilasi kecil di samping pintu. 

Ketika aku membuka HP-ku aku melihat fotomu, di-tag rekan kerjamu yang juga temanku. Kalian pagi ini sedang dalam perjalanan kerja menuju pulau kecil. Aku melihat senyummu di atas boat bermotor kecil itu. Semakin angin itu kencang dan hujan itu deras, semakin pula kwatirku memenuhi otakku. Apakah kau tahu itu? 

Tanpa sepotong pesan atau sebuah sapa, juga tanpa sebuah ucap yang biasanya kau lakukan via telepon. Tak ada kudapati pagi ini. Gelisahku semakin berkecamuk. Aku hanya mengguman doa, semoga perjalananmu dan tim baik-baik saja. Entah kenapa kau setega itu membuat kwatir dan gelisah menyiksaku. 

Aku coba menghubungimu. Tapi tak kau hiraukan. Tapi sedikit meringankan kwatirku ketika tahu nomor kontakmu masih aktif. Bagaimana aku harus mengatakannya? Kesekian kalinya aku hanya berguman dalam doa. 

Malam ini aku kembali menghubungi kontakmu. Keponakanmu mengangkatnya. Mengatakan padaku bahwa kau sedang ke gereja dan sudah sejak tadi sore tiba di rumah. Sungguh, tak sedikit pun kau mengabariku, sementara aku sangat mengkuatirkan keadaanmu. Entah apalagi masalahmu. Aku sangat kecewa. 

Tapi tak apa. Aku mulai tenang ketika mendengar keadaanmu itu. Hatiku sedikit lega. Aku sedikit tenang. Tuhan senantiasa memberkati kita. 




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline