Lihat ke Halaman Asli

Yuneke S N

A lifelong learner

Hidup Medioker, Gapapa Kan?

Diperbarui: 5 September 2025   16:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Worklife. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Di tengah hiruk pikuk dunia modern dengan segala teknologi canggih dan ekspektasi sosial yang menjulang, muncul sebuah pertanyaan penting: apakah kita harus selalu menjadi luar biasa untuk merasa cukup? Di zaman di mana ketenaran dan kesuksesan sering dianggap sebagai tolok ukur kebahagiaan, bolehkah kita memilih untuk menjalani hidup yang biasa saja? Apakah medioker---tak menonjol namun tetap berjalan---itu salah?

Menilik etimologi, kata 'medioker' berasal dari bahasa Latin 'mediocris', yang berarti 'sedang' atau 'tidak ekstrem'. Hidup medioker adalah ketika kita menjalani kehidupan yang sederhana. Punya pekerjaan yang stabil, namun tidak gemerlap. Mengalami rutinitas tanpa sorotan. Tidak mengejar viralitas atau ketenaran, namun merasa nyaman dengan keseharian. Di era di mana setiap orang berlomba untuk menjadi 'yang teristimewa', hidup biasa sering kali dipandang sebelah mata. Namun, apakah menjadi medioker selalu negatif? Rasanya tidak.

Sedari kecil, kita sering diajarkan untuk mengincar pencapaian demi pujian dan validasi. Orang tua, teman, dan lingkungan tidak jarang menanamkan ambisi besar, yang tanpa disadari membentuk ekspektasi dalam alam bawah sadar kita. Tekanan sosial ini semakin meningkat. Budaya kerja keras yang sering diglorifikasi membuat kita merasa harus terus berlari. Platform profesional seperti LinkedIn kadang menjadi ajang perbandingan di mana kita bertanya: Mengapa saya tidak secemerlang mereka? Apa yang salah dengan diri saya?

Saat seperti ini, penting bagi kita untuk bijak. Bijak dalam mengelola emosi dan merawat kewarasan. Bijak untuk berhenti sejenak, dan menyadari bahwa hidup sederhana itu bukan sebuah kegagalan. Terkadang, hal-hal kecil yang kita lakukan, walaupun tampak sepele, bisa memiliki makna yang mendalam. Sebuah sumbangan kecil atau tindakan baik yang sederhana bisa lebih berarti dibandingkan usaha besar yang penuh publisitas. Memilih es krim dari pedagang kaki lima, atau membantu seseorang dengan hal-hal kecil, kerap memberikan kebahagiaan yang mungkin tak terlihat.

Dunia sering kali dipandang dengan lensa hitam-putih: menang atau kalah, unggul atau tak berdaya. Saat kita tidak melakukan sesuatu yang besar dan spektakuler, muncul perasaan bahwa kita bukan siapa-siapa. Namun, hidup bukanlah tentang berbuat ekstrem, melainkan tentang mencari makna dalam keseharian dan rutinitas. Menerima diri bukanlah hal mudah, tapi bukan berarti mustahil. Kita harus berdamai dengan kenyataan bahwa tidak semua orang harus jadi luar biasa. Kita semua adalah individu-individu berharga bagi orang-orang yang peduli pada kita.

Hidup medioker bukan berarti berhenti berkembang. Ini tentang menerima dan mengembangkan diri tanpa beban ekspektasi sosial yang menghimpit. Hidup adalah film kita sendiri---kita adalah sutradara, editor, dan pemeran utama. Jika merasa hidup kita biasa saja, mungkin itu bukan kelemahan, melainkan bentuk lain dari kedamaian yang sesungguhnya.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline