Boyolali -- Rangkaian puncak manasik haji bagi siswa kelas 9 MTsN 2 Bantul mencapai momen terpentingnya: simulasi Wukuf di Arafah. Di bawah naungan tenda sederhana yang mewakili Padang Arafah, para siswa memusatkan perhatian untuk menjalani rukhun (rukun) haji yang paling utama ini.
Meskipun dilaksanakan dalam suasana simulasi dan di tengah cuaca Boyolali yang terik, para siswa menunjukkan sikap khusyuk dan serius. Mereka mengenakan pakaian ihram putih, duduk tertib, dan mendengarkan ceramah serta bimbingan yang disampaikan oleh guru pendamping.
Wukuf (berhenti atau berdiam diri) di Arafah, yang disimulasikan pada Selasa (23/9/2025) siang, adalah waktu untuk merenung dan berintrospeksi. Guru pembimbing memberikan pengarahan mendalam mengenai makna spiritual dari ibadah ini.
Guru pendamping, Tugiyo, menjelaskan bahwa Wukuf adalah simbol dari berkumpulnya seluruh umat Islam dari berbagai latar belakang, kekayaan, dan suku bangsa dalam satu tempat, dengan pakaian yang sama (ihram).
"Di Arafah, semua manusia setara di hadapan Allah. Pakaian ihram yang kita kenakan menyimbolkan kesederhanaan dan bahwa yang membedakan kita hanyalah ketakwaan. Inilah esensi dari persatuan umat," jelasnya.
Selama simulasi Wukuf, para siswa dianjurkan memperbanyak doa, zikir, dan istighfar. Mereka diajak merenungkan dosa dan kesalahan yang telah diperbuat, serta membulatkan tekad untuk menjadi pribadi yang lebih baik.
"Wukuf adalah kesempatan emas untuk bertaubat. Ini adalah waktu terbaik untuk memohon ampunan Allah. Gunakan waktu hening ini untuk berbicara dari hati ke hati dengan Pencipta kalian," pesan salah seorang pembimbing.
Simulasi Wukuf ini menjadi penutup bagi pemahaman esensial ibadah haji. Setelah menjalani simulasi ini, para siswa akan melanjutkan dengan praktik melempar jumrah (jika disimulasikan), dan diakhiri dengan tahallul (memotong rambut) sebagai penanda selesainya rangkaian ibadah.
Antusiasme dan ketertiban siswa kelas 9 MTsN 2 Bantul dalam menjalani Wukuf di Boyolali menunjukkan keseriusan madrasah dalam memberikan bekal spiritual yang mendalam, menjadikan perjalanan ini bukan hanya tur edukasi, tetapi sebuah perjalanan pembentukan karakter yang religius. (yis)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI