Lihat ke Halaman Asli

Uniknya Perilaku Hama Tanaman (Bagian 1)

Diperbarui: 11 Maret 2017   14:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokumentasi pribadi

(Dalam bab ini diulas jawaban atas pertanyaan-pertanyaan para pembaca buku yang menerapkan usaha pertanian sayuran mengenai ciri-ciri beberapa jenis hama dan penyakit tanaman sayuran. Para peserta training dan seminar juga banyak yang mempertanyakan tentang perilaku beberapa jenis hama dan penyakit sayuran dalam hubungannya dengan kondisi lingkungan. Dan tidak sedikit para sahabat petani yang mengemukakan kasus yang terjadi di lapangan yang sebenarnya merupakan serangan parah hama dan penyakit sayuran, serta mempertanyakan tindakan pencegahan yang mungkin untuk dilakukan)

Konon dahulu kala ketika kondisi ekosistem di alam masih dalam keseimbangan, tidak pernah dikenal yang namanya hama dan penyakit tanaman. Semua makluk hidup, baik yang berukuran besar maupun yang berukuran mikro berada dalam rangkaian “rantai makanan” yang stabil. Tidak pernah terjadi lonjakan jumlah populasinya. Contoh kecil, di wilayah hutan lindung yang belum terganggu manusia semua species makluk hidup, baik tanaman maupun binatang, dari yang berukuran besar sampai yang berukuran mikro, hidup bersama dalam keseimbangan jumlah populasinya selama beratus-ratus tahun.

Disadari atau tidak, akibat ulah manusia jualah yang menyebabkan keseimbangan ekosistem di alam terganggu. Dampaknya, predator (pemakan/musuh alami) satu species makluk hidup tertentu jumlah populasinya terbatas, yang menyebabkan lonjakan jumlah populasi species tertentu tersebut. Demikian juga sebaliknya.

Dalam kaitan dengan hama tanaman, pada hakekatnya adalah lonjakan populasi binatang pemakan tanaman (berukuran besar, kecil maupun mikro) yang akibatnya bersifat mengganggu dan merusak pertumbuhan dan perkembangan tanaman tersebut. Apabila tidak terjadi lonjakan populasi, sebenarnya binatang tersebut tidak sampai merusak dan mengganggu tanaman, alias bukan sebagai hama. Demikian juga halnya dengan penyakit tanaman.

Ditambah lagi dengan perkembangan teknologi pestisida kimia (bahan kimia pembasmi hama dan penyakit) yang begitu pesat, dan penerapannya yang berlebihan, membuat semakin terganggunya ekosistem alam. Pada akhirnya jenis hama semakin bertambah, begitu pula jenis penyakit. Oleh karena itu dalam bab ini akan dijelaskan perilaku jenis-jenis hama dan jenis-jenis penyakit tanaman yang saat ini sering dianggap sebagai musuh petani, agar bisa mengantisipasinya sejak awal.

HamaTanaman Hortikultura

Dalam konteks ini hanya akan dibahas hama yang sering menyerang tanaman sayuran yang berukuran kecil. Padahal babi hutan, kelelawar, tikus dan lain-lainnya sebenarnya termasuk juga hama tanaman tertentu pada daerah tertentu pula. Tiap jenis hama sayuran memiliki perilaku khusus, baik cara mereka berkembangbiak, gaya hidup mereka, kondisi lingkungan yang diperlukannya untuk hidup, maupun bagian tanaman yang digunakan sebagai sumber makanannya. Dengan memahami perilaku tiap jenis hama diharapkan akan bisa mengantisipasinya sejak awal, agar jumlah populasinya tidak sampai melampaui ambang batas yang bisa mengganggu dan merusak pertumbuhan tanaman.

Ulat Tanah (Agrotis sp)

Ulat tanah berwarna cokelat sampai cokelat kehitaman, berukuran 15-25 mm. Hama ini menyerang tanaman kecil pasca transplanting (pindah tanam). Serangan biasanya dilakukan pada malam hari, karena perilaku ulat ini “takut” sinar matahari. Oleh karena itu sering juga disebut “Ulat Malam”. Pada siang hari biasanya bersembunyi di dalam bongkahan tanah, di balik bebatuan, tumpukan kayu atau di bawah semak rimbun. Pangkal batang tanaman muda yang masih sangat sukulen digerek untuk dimakan hingga putus, menyebabkan tanaman mati karena sudah tidak memiliki titik tumbuh lagi.

Pengelolaan sanitasi kebun yang kurang terawat sering menjadi penyebabnya. Bukaan lahan baru yang dominan semak berdaun lebar juga sering ditemukan banyak populasi jenis ulat ini. Oleh karena itu disarankan untuk melakukan sanitasi lahan dengan baik, termasuk dihindarkan adanya tumpukan bebatuan, kayu dan semak di sekitar lahan penanaman. Jika membuka lahan baru yang dominan semak berdaun lebar, disarankan untuk dibiarkan terbuka setelah pembabatan dan pembersihan semak selama minimal tiga minggu sebelum dilakukan pengolahan tanah.

Ulat Grayak (Spodoptera litura, Spodoptera exigua)

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline