Lihat ke Halaman Asli

Yudhi Hertanto

TERVERIFIKASI

Simple, Cool and Calm just an Ordinary Man

Virus, Mutasi, dan Akhir Pandemi

Diperbarui: 14 Maret 2021   05:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Sim salabim, abrakadabra! Virus pun seketika menghilang dari muka bumi. Sorak sorai membahana. Umat manusia terbebas dari pengancam terbesarnya abad ini. Ilustrasi itu tampak melegakan.

Lebih dari setahun lamanya kita hidup dirundung pandemi, menyebabkan situasi kelelahan mental. Seolah dengan hilangnya virus, maka hilang pula penderitaan yang kita alami. Padahal bila dilacak dari akar historis, virus dan manusia selalu membangun relasi yang tidak berkesusahan.

Tema besar itu pula yang diangkat National Geographic (3/ 2021) dengan tajuk, Mukjizat Virus. Hasil penelusuran tim penulis tersebut menemukan bagaimana cikal bakal manusia mengalami evolusi seiring interaksinya berhadapan dengan virus. Terjadi simbiosis di antara keduanya.

Kehadiran virus, secara tidak langsung mempercepat seluruh proses perubahan dalam peradaban manusia. Teknologi dan ilmu pengetahuan mengambil peran penting yang tidak terpisahkan menghadapi virus. Pola adaptasi dikembangkan manusia guna merespon keberadaan jasad renik tersebut.

Pada kondisi serupa, makhluk tidak kasat mata ini terus berupaya untuk mempertahankan eksistensinya, dengan tumbuh serta berkembang pada tubuh inangnya, yakni manusia. Mutasi virus adalah konsekuensi logis dari proses akomodasi terhadap perubahan kondisi lingkungan hidupnya.

Menariknya, melalui telusur genetik diketahui bahwa struktur dasar kehidupan manusia modern pada titik tertentu ditengarai terbentuk dari hasil pertemuan manusia di masa lalu dengan berbagai virus yang melingkupi kehidupannya.

Dengan begitu, kesimpulan besarnya, virus tidak bisa dipandang hitam-putih secara monolitik, melainkan berada dalam ruang abu-abu yang tidak sepenuhnya terkungkung dalam pilihan baik-jahat melainkan keduanya secara bersamaan.

Akal Manusia

Melalui perambahan pengalaman di masa lalu, kita mendapatkan banyak kesimpulan yang tipikal atas pergumulan manusia terhadap wabah yang datang silih-berganti. Sesungguhnya manusia tidak banyak belajar memahami dirinya.

Umat manusia kerap lupa, bila kerusakan di muka bumi juga terjadi karena tangan-tangan jahil manusia itu sendiri. Meski telah berulang kali terjadi, penularan wabah kerap telat diantisipasi. Salah satu masalah besarnya adalah ego manusia itu sendiri yang tersekat dalam kerangka kepentingannya masing-masing.

Padahal, bila dirunut pada tiap kisah di masa lalu tentang wabah kita mendapati munculnya solidaritas sosial untuk saling mendukung serta menguatkan. Selain itu, struktur kekuasaan memiliki peran pengaturan yang bersifat langsung dalam mengatasi penularan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline