Sumber: https://www.kompas.com/
Survei membuktikan, fenomena tahunan yang tak pernah sepi dan tradisi yang tak lekang waktu, jawabannya hanya dua kata: WAR TAKJIL.
Puasa di bulan Ramadan memang identik dengan ragam kuliner atau takjil yang menggugah selera. Pasar dadakan selalu menyeruak ke permukaan memenuhi jalanan hampir di setiap penjuru kota, termasuk kota bandung yang identik dengan kota kuliner. Di pasar dadakan tersebut, ada banyak takjil yang bisa kita beli untuk berbuka puasa, mulai dari makanan tradisional hingga makanan kekinian yang sedang viral.
Kawasan yang sering jadi arena pertarungan di sore hari selama Ramadhan di Kota Bandung yaitu Alun-alun Bandung dan sekitar PUSDAI, sepanjang jalan utama komplek KPAD Gegerkalong Bandung juga tak kalah sepi. Di sepanjang jalan terdapat berbagai macam penjual makanan yang bisa kita beli mulai candil cendol hingga spageti Italia juga ada. Di sini, kita juga bisa sambil ngabuburit dan sekaligus melaksanakan salat maghrib atau salat tarawih, mengingat tiga tempat tersebut terdapat Masjid Raya Bandung, PUSDAI juga Masjid Besar At Taqwa yang kerap banyak disambangi para jamaah.
Menu Kuliner De' Lung Ajudan Jendral KPAD (Sumber: Dokumentasi Teh Ai De' Lung)
Saat langit sore berpendar jingga, jalanan yang semula lengang menjelma riuh, penuh warna dan aroma. Pejalan kaki bergegas, sepeda motor meliuk perlahan, mobil-mobil merayap di antara hiruk-pikuk pasar dadakan. Semilir petang membawa wangi kolak yang manis berpadu dengan harumnya gorengan baru terangkat dari wajan. Inilah simfoni Ramadhan, di mana war takjil bukan sekadar berburu makanan, tapi juga pertarungan strategi dalam balutan kegembiraan.
Di tengah keramaian, suara pedagang bersahut-sahutan, menawarkan aneka makanan berbuka. "Es timun suri, segar, segar!" teriak seorang ibu sambil menuangkan sirup merah ke dalam plastik berisi potongan timun suri. Tak jauh dari situ, seorang pemuda terlihat menawar pastel isi ayam yang hampir habis.
Di medan perang ini, hanya yang sigap dan cepat mengambil keputusan yang bisa pulang dengan kemenangan. Seperti yang dialami Fajar (27), karyawan yang baru saja pulang dari kantor dan langsung tancap gas ke pasar takjil sekitaran PUSDAI.
"Saya sudah ngincer es cendol ini dari kemarin. Begitu sampai, antrean sudah panjang. Pas giliran saya, eh, tinggal dua porsi! Untung saya cepat ambil, kalau nggak, bisa-bisa batal dapet," ujarnya sambil tersenyum puas.
Lain lagi dengan Siti (35), ibu rumah tangga yang harus mengalah di duel dadakan dengan pembeli lain. "Saya sudah pegang bungkus terakhir lemper, eh tiba-tiba ada ibu-ibu lain yang lebih dulu bayar. Ya sudahlah, rezeki dia," katanya dengan tawa kecil.