Lihat ke Halaman Asli

Yudha Bantono

TERVERIFIKASI

Pembaca peristiwa

Kepekaan Dayu Bulan Mengomentari Kenyataan

Diperbarui: 27 Januari 2022   19:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Karya Dayu Bulan | Dokumentasi Pribadi 

Di tengah tumbuh suburnya perkembangan seni rupa, khususnya di Bali, tidak sedikit muncul diskursus seputar pengalaman pribadi dengan cara pandang terhadap lingkungan di sekitarnya. Ini bukan mengkait-kaitkan temuan estetika visual dengan pembacaan zaman dengan apa yang terjadi.

Sering, ketika seseorang berbicara tentang  karya dan pelukisnya, justru pembahasan gaya lukisannya yang muncul. Pertanyaannya apakah demikian dengan Dayu Bulan?

Untuk menjawab itu, saya sering mengintip perkembangan karya-karya Dayu Bulan dari waktu ke waktu, bahkan tidak sedikit bersama Jean Couteau bertemu Dayu Bulan untuk berdiskusi perihal perkembangan karya-karyanya. 

Memang  dalam berdiskusi dengan Dayu Bulan, ia sangat meledak-ledak dalam mengungkapkan persaaannya. Di kenyataan karyanya, ia dengan sigap seperti paham kapan harus menginjak gas maupun remnya.

Dayu Bulan tidak pernah memikirkan tentang gaya, berteori maupun berfilsafat tentang karyanya. Ia menyadari sebagai pelukis otodidak, melukis adalah berekspresi, apa yang dirasakan dan kehendaki untuk disampaikan.

Karya Dayu Bulan | Dokumentasi Pribadi

Tidaklah berlebihan, bila saya mengatakan Dayu Bulan adalah sosok pelukis yang menjadi tumpuan untuk menengok kembali bagaimana posisi pelukis perempuan dalam membahasakan "perempuan". 

Ini bukanlah hal baru ketika membicarakan perempuan dalam ranah pelukis perempuan di Indonesia. Namun, tak banyak publik memahami karya-karya Dayu Bulan dengan penuh masuk ke dalam lebih jauh lagi. 

Ada keriangan, dari dunia kanak hingga dewasa, dari pinggiran jalan sampai gedung-gedung menjulang kota metropolitan. Dari memegang babi sampai mengendarai mobil mewah. 

Keterlibatan emosi personal Dayu Bulan terus hadir terhadap apa yang ia amati dan rasakan. Baik di lingkup kecil seperti keluarga, tempat tinggal, persahabatan, kegalauan, sampai protesnya,  seolah menjadi bacaan ringan namun sejatinya serius terhadap dampak psikologis yang sedang terjadi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline