Bro, lu liat gak tadi ada demo di depan DPR soal "tolak reformasi Polri"? Gue jadi mikir, ini beneran aspirasi rakyat apa cuma settingan doang? Soalnya kalau dilihat dari jumlah massa yang gak seberapa, terus bawa spanduk cetakan rapi, kayak ada sponsor di belakangnya. Kocak aja, wong reformasi Polri itu kan tujuannya biar kepolisian makin dipercaya rakyat, kok malah ada yang nolak?
Eh tapi ya bro, kalo dipikir-pikir, gak masuk akal juga sih mereka nolak reformasi. Selama ini kan isu soal oknum polisi yang nyalahgunain wewenang udah jadi perhatian publik. Reformasi itu justru langkah buat ngebersihin internal Polri biar lebih profesional, bukan buat ngerusak. Jadi kalau ada yang teriak-teriak tolak reformasi, gue rasa ada kepentingan tersembunyi.
Lagian ya, kenapa titik kumpulnya malah di Koramil Matraman dulu baru konvoi ke Senayan? Aneh aja, kaya ada pola pengorganisasian yang gak natural gitu. Biasanya demo murni kan spontan dari keresahan masyarakat, bukan kayak rombongan yang udah disiapin. Nih, kalo kata orang, ciri-ciri massa bayaran tuh udah keliatan banget dari situ.
Terus, spanduknya bro, wah itu mah jelas bukan bikinan dadakan. Ada hashtag rapi, desainnya juga kayak pesenan percetakan. Lah, kalau emang itu murni suara rakyat, biasanya kan cuma coretan-coretan spidol di karton seadanya. Gue malah curiga, jangan-jangan mereka dibayar "piro" buat turun ke jalan.
Makanya gue bilang, ini bukan suara rakyat, tapi suara yang dipelintir. Rakyat tuh justru pengen Polri makin bagus, makin dekat sama masyarakat. Reformasi Polri itu bukan ancaman, malah jawaban buat bikin polisi lebih dipercaya. Jadi kalo ada yang teriak-teriak nolak, ya jelas bukan aspirasi murni, tapi drama massa bayaran.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI