Kasus 7 pemain naturalisasi bermasalah di Malaysia sedang bergulir bak bola panas. FIFA sudah menjatuhkan sanksi, yang bisa berdampak signifikan pada situasi Malaysia di Kualifikasi Piala Asia 2027,
sementara FAM (PSSI-nya Malaysia) sedang berupaya melakukan banding.
Belakangan, FAM sendiri melempar klarifikasi adanya kesalahan teknis pada dokumen untuk keperluan administrasi. Tapi, perkembangan yang muncul setelah kasus ini mencuat, turut menghadirkan sudut pandang lain, khususnya soal apa yang terlihat dalam kompetisi domestik di sana.
Sekilas, kasus ini adalah bagian dari Proyek Harimau Malaya, yang berambisi menaikkan level Timnas Malaysia sesegera mungkin, dengan memanfaatkan potensi pemain diaspora dan naturalisasi. Sesuatu yang sebenarnya cukup umum di era kekinian, bukan hanya di Asia Tenggara, tapi secara global.
Tapi, kalau dilihat lagi secara spesifik, Proyek Harimau Malaya hanya menjadi bungkus besar, dari proyek olahraga ambisius klub Johor Darul Takzim.
Para pemain JDT merayakan gol yang dicetak Joao Figueiredo (ESPN.com)
Diharapkan, dengan performa standar tinggi di kompetisi strata teratas antarklub Asia, mereka dapat menaikkan level liga dan sepak bola Malaysia secara umum di level Asia.
Sebagai fondasinya, klub dari ujung selatan semenanjung Malaya ini membangun fasilitas latihan dan stadion modern. Mereka juga bekerja sama dengan PSG untuk mengembangkan jejaring internasional.
Dari segi rekrutmen pemain, JDT juga menampilkan pendekatan berbeda, yakni dengan rutin merekrut pemain jebolan Liga Spanyol dan liga-liga top Eropa. Mulai dari Pablo Aimar (Argentina) sampai Samu Castillejo (Spanyol) di tim musim 2025-2026, mereka selalu punya nama berprofil tinggi yang melengkapi deretan pemain asing di tim.
Hasilnya, The Southern Tiger bagai tak terbendung di liga. Sejak tahun 2014, mereka selalu keluar sebagai juara Liga Super Malaysia, dan rutin tampil di kasta tertinggi kompetisi antarklub Asia.