Lihat ke Halaman Asli

Yose Revela

TERVERIFIKASI

Freelance

Naik Turun Kiprah Hachim Mastour

Diperbarui: 6 September 2018   20:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Goal.com

Dalam sepak bola, selalu ada pemain muda yang muncul, dan mampu mencuri perhatian publik, baik karena talenta individunya, maupun karena prestasi yang diraih, dalam bentuk rekor personal atau raihan trofi bersama timnya. Tak jarang, orang lalu menyematkan sebutan "wonderkid" kepada mereka. Tapi, tak semua "wonderkid" itu mampu benar-benar menjadi pemain bintang. Salah satu contohnya adalah Hachim Mastour, pemain Maroko kelahiran Italia.

Lahir pada tanggal 15 Juni 1998 di Reggiana (Italia), dari keluarga imigran asal Maroko, Mastour memulai karir juniornya di AC Reggiana. Ia sudah mencuri perhatian klub-klub besar Eropa, seperti Juventus, Barcelona, dan Real Madrid, meski usianya masih 13 tahun. 

Kecepatan, visi bermain, dan kemampuan dribelnya yang aduhai pun viral di media sosial, khususnya di Youtube. Alhasil, ia digadang menjadi calon bintang sepakbola masa depan.

Setelah sempat trial di Inter Milan, Mastour akhirnya memilih berlabuh di tim junior AC Milan pada tahun 2012. Tak tanggung-tanggung, Milan merekrutnya dengan ongkos 500 ribu euro, atas rekomendasi Arrigo Sacchi, eks pelatih legendaris Milan. Tentunya, ini menjadi karpet merah, bagi seorang pemain yang kala itu masih berusia 14 tahun.

Sensasi Mastour berlanjut tahun 2013, dengan dirinya mampu mencatat total 7 caps dan 1 gol bersama timnas Italia U-16. Pemain yang diageni Mino Raiola (yang juga merupakan agen Paul Pogba, Zlatan Ibrahimovic, dan Romelu Lukaku) ini makin dianggap berprospek cerah, setelah dirinya mampu masuk daftar pemain tim senior AC Milan, di pekan terakhir musim kompetisi 2013/2014. Saat itu, usianya bahkan belum genap menyentuh angka 16 tahun.

Di level timnas senior, Mastour sempat menjadi rebutan antara timnas Italia dan Maroko. Tapi, ia akhirnya memilih untuk berseragam timnas Maroko, negara leluhurnya, pada tahun 2015. Segera setelahnya, Mastour mencatat debut di Tim Singa Atlas, di ajang kualifikasi Piala Afrika 2017, saat Maroko menang 1-0 atas Libya. Meski hanya bermain selama dua menit, Mastour mampu menjadi debutan termuda di timnas Maroko, dengan usia 16 tahun 363 hari.

Setelah sempat disimpan di tim junior Milan selama setahun, saat usianya menginjak 17 tahun, Mastour lalu dipinjamkan ke Malaga (Spanyol) dan PEC Zwolle (Belanda). Tujuannya jelas, supaya bakatnya makin berkembang. Milan menilai, level kualitas Mastour saat itu sudah mampu bersaing dengan pemain level senior. Jadi, menahannya lebih lama di tim junior Milan bukan pilihan ideal.

Membela klub besar, punya bakat spesial, dan punya agen pemain sekaliber Mino Raiola. Semua modal ini tentu menjadi satu paket yang akan memudahkan Mastour menjadi seorang bintang. Tapi, ternyata kenyataan berkata lain. Meski diberkahi modal wah, ternyata mental Mastour belum sepenuhnya siap untuk bermain di level senior. Terbukti, ia hanya mencatat masing-masing satu penampilan di Malaga dan 5 penampilan di Zwolle.

Jelas, jika bakat besarnya tak diimbangi dengan mental bertanding yang matang. Alhasil, Mastour lalu pulang ke Milan, dan bermain di tim junior Milan sampai kontraknya habis akhir Juni 2018 lalu. Mastour lalu melanjutkan kariernya di PAS Lamia, klub kompetisi kasta tertinggi Liga Yunani, per Selasa, (4/9). Ini menjadi satu kemunduran drastis bagi Mastour, yang dulu digadang-gadang menjadi pemain bintang.

Tapi, apa yang dialami Mastour ini menjadi satu contoh aktual, dari betapa pentingnya kehati-hatian, dan penanganan yang tepat, dalam membina pemain muda. Sebesar apapun bakatnya, jika ditangani dengan sembrono, ia tak akan pernah menjadi pemain bintang. Malah, ia hanya akan menjadi bintang jatuh, yang jatuh tanpa sempat bersinar.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline